
Ketua LPS Buka-bukaan Soal Likuiditas Bank & Kaburnya Asing

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan ketahanan likuiditas perbankan dalam negeri tidak tergantung pada bank sentral Amerika maupun dunia.
Menurutnya, Indonesia sudah dapat mengendalikan supply uang di sistem.
Hal ini dibuktikan dengan uang di sistem dengan pertumbuhan M0 bertumbuh 28%. Hal ini juga terlihat dari indikator DPK yang mencapai 133%.
Selain itu, Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) dikatakannya juga memiliki cara jitu sehingga mampu mengendalikan likuiditas perbankan dengan baik di tengah langkah tapering bank sentral global.
Pada acara CNBC Indonesia Economic Update, Purbaya menuturkan bank sentral AS diperkirakan akan menaikkan lagi suku bunganya sebesar 50 basis poin. Jika pertumbuhan ekonomi AS masih lemah, kenaikan bunga dikatakan akan berakhir akhir tahun ini.
Seperti apa pernyataan Purbaya lebih lanjut?
Berikut hasil perbincangan antara CNBC Indonesia dengan Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa.
Data DPK valuta asing tumbuh 4,5% YoY. Deposito dan Giro mengalami kenaikan juga namun tipis. Apakah sinyal ini menjadi kuat kalau ekonomi makin ekspansif?
Deposito valas tumbuh 4,5%, artinya uang tidak lari keluar. Ada pergeseran dari deposito ke giro dan tabungan. Deposito pada bulan Juli YoY turun 9,6%, tapi Giro tumbuh 8,9%, dan tabungan tumbuh 9,8% YoY.
Jadi ada pergeseran bunga tinggi ke rendah. Itu kan agak aneh kalau lihat hitungan bunga saja. Tapi kalau lihat aktivitas ekonomi sekarang, yang punya uang siap-siap menggunakan dan menempatkan uang di tempat yang lebih cepat dicairkan, yaitu Giro. Ini menandakan juga aktivitas ekonomi yang akan semakin cepat ke depannya. Prospek kita amat baik.
Q2 kenaikan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,44%, seperti apa hingga sisa 2022? Kinerja ekspor di semester 2 mungkin tidak akan sebesar semester 1, apakah akan mempengaruhi PDB?
Sumbangan ekspor ke PDB di bawah 30%, naik 23% kemarin. Tapi tetap saja domestik lebih dominan dari global. Kalau kita bisa me-maintain mesin-mesin pertumbuhan domestik, harusnya kita akan tetap baik.
Pertumbuhan ekonomi kita 5,44%. Ini masih jauh dari kepanasan karena laju pertumbuhan ekonomi potensial harusnya 6%-6,5%. Ruang untuk tumbuh masih terbuka lebar, apalagi kalau dilihat uang di sistem dibiarkan tumbuh baik, artinya perbankan punya dana untuk tetap menyalurkan kredit, ini akan mendorong terus ekonomi kita. Ekonomi semester ke 2 masih akan tetap baik, mungkin lambat sedikit, tapi full year tumbuh, kita prediksi bisa tumbuh maksimum 5,5% terendah mungkin 5%.
Perbankan semakin banyak menaruh dananya di SBN atau SBSN, tapi di saat sekarang sudah banyak orang menyalurkan dananya di deposito jangka pendek, apakah perbankan akan mengurangi porsinya di SBN?
Sejak April-Juni 2022 porsi perbankan di SBN sempat turun, mungkin takut SBN akan naik terus atau harga SBN turun. Tapi akhir-akhir ini yield SBN sudah mulai stabil. Bahkan data bulan Juli memperlihatkan kepemilikan perbankan di SBN mulai naik lagi. Untuk dana SBN yang di perbankan ketika yield naik mereka akan khawatir. Tapi ekonomi jalan terus, mereka punya dana baru dari masyarakat, dana itu masih menarik ditaruh di SBN karena bunganya lebih tinggi dibandingkan di BI. Tren kepemilikan bank domestik di SBN masih akan naik, SBN kita masih amat menarik bagi perbankan, apalagi sekarang pricing-nya sudah lebih stabil.
Kepemilikan asing di SBN susut 15%, lalu seperti apa dibandingkan negara lain?
Sekarang semakin kecil kepemilikan asing sisi bagusnya sebagian besar pembangunan kita dibiayai oleh orang kita sendiri. Kedua, stabilitas pasar SBN jadi lebih mudah dikendalikan oleh kita sendiri, jadi kita bisa lihat stabilitas pasar keuangan lebih stabil.
Misal bandingkan dengan Jepang, mereka 95% lebih bond-nya dimiliki pemain domestik, sehingga walaupun ada gonjang-ganjing pasar dunia, yield tetap terjaga. Jadi untuk saya turun 15% menandakan orang keluar karena profit taking, tapi pada saat bersamaan menggambarkan dana domestik lebih banyak bisa dipakai membiayai pertumbuhan ekonomi dalam negeri.
LPS menyebut ruang penurunan suku bunga dana perbankan sudah terbatas, apa pengaruhnya?
LPS akan terus mengamati pergerakan deposito maupun cost of fund di pasar, dan kami akan menyesuaikan kebijakan berdasarkan apa yang terjadi di pasar. Tapi untuk sekarang kami hanya bisa bilang ruang untuk menurunkan bunga penjaminan menjadi amat terbatas dan kami tidak mengubah Tingkat Bunga Penjaminan (TBP).
LPS menangkap indikasi perbankan tidak secara agresif menurunkan suku bunga dana perbankan karena khawatir bank sentral akan menaikkan secara agresif?
Mungkin ada ekspektasi semacam itu. Tapi sebetulnya untuk perbankan lebih untung kalau menurunkan suku bunga deposito. Hanya saja mungkin karena persaingan perebutan dana di perbankan atau ada ekspektasi makin ketat, mereka naikkan sedikit-sedikit.
Ketika ekspektasi itu hilang, ada ruang untuk perbankan menurunkan suku bunga deposito, karena mereka sadar tidak perlu menaikkan bunga karena masih kelebihan likuiditas. Tapi untuk saat ini ekspektasi itu masih ada sehingga mereka cenderung berkompetisi untuk tidak menurunkan suku bunga deposito terlalu dalam.
(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dinamika Perbankan di 5 Tahun Heru Kristiyana Menjabat DK OJK
