Pandu Sjahrir Bongkar Peluang Startup Unicorn Indonesia IPO

Novina Putri Bestari, CNBC Indonesia
27 January 2021 11:34
Pandu Patria Sjahrir. Ist
Foto: Pandu Patria Sjahrir. Ist

Jakarta, CNBC Indonesia - Startup unicorn Indonesia seperti Gojek dan Tokopedia diisukan akan mencari dana dari pasar modal melalui pencatatan saham perdana atau IPO.

Jika kedua raksasa teknologi ini melantai di bursa saham maka dibutuhkan dana yang cukup besar untuk menyerap saham tersebut. Mampukah bursa saham Indonesia dan luar negeri menyerap saham tersebut?

Komisaris Bursa Efek Indonesia (BEI) dan juga Presiden Komisaris SEA Group Indonesia(Pemilik Shopee dan Garena), Pandu Sjahrir mengungkap potensi dan peluang startup besar Indonesia mencari dana di bursa saham. Berikut nukilan wawancaranya:

Ada sejumlah perusahaan digital yang beroperasi di Indonesia sudah membuka diri untuk go public, yang Anda lihat seperti apa kesempatannya? Apakah banyak perusahaan teknologi di Indonesia sudah matang dan siap untuk go public?

Menurut kami di SEA Group, kebetulan kami pemegang induk perusahaan yang bernama Garena mobile gaming dan perusahaan yang bernama Shopee perusahaan e-commerce, kami pertama kali IPO di Bulan Oktober 2017. Jadi kita sudah memasuki tiga tahun tiga bulan lah jadi perusahaan Tbk.

Menyangkut pertanyaan tadi perusahaan-perusahaan public, kebetulan posisi saya komisaris di Bursa Efek Indonesia, sebenarnya sudah cukup mature. Kalau dilihat tadi perusahaan-perusahaan disebut unicorn mereka bukan lagi startup, mereka perusahaan yang cukup besar malah kalau misalnya dimasukkan sekarang ke dalam suatu nilai market kapitalisasi, mereka sudah bisa masuk porsi LQ45 atau perusahaan 45 besar di republik ini.

Pandu Patria Sjahrir. IstFoto: Pandu Patria Sjahrir. Ist

Beberapa sudah IPO, bagaimana respon pasar menerima perusahaan-perusahaan teknologi atau startup untuk IPO?

Mungkin pengalamannya bagus dari kami (SEA Group), pertama kali IPO kan market cap kami di US$5-6 miliar, lebih kecil dibanding nilai Grab ataupun Gojek ataupun yang lain lah. Sekarang nilai market kapitalisasi kami US$122 miliar. Apabila Anda investor awal Anda sudah bikin 60 kali dari hasil investasi Anda dari awal.

Membaca investor Indonesia seperti apa? karena masih beberapa hal yang dipertanyakan misalnya aset tak berwujud dan lain-lain, bagaimana kalau market di Indonesia melihat untuk perusahaan teknologi di Indonesia?

Dari sisi market di Indonesia, kalau Anda lihat kapitalisasi seluruh perusahaan teknologi di Indonesia atau ada bisnis di Indonesia sekarang kalau ditotal lebih besar dari seluruh perusahaan komunikasi. Anda gabung deh SEA Group, Grab, ada nama-nama lain Gojek, Tokopedia dan lain-lain itu lebih besar dari Telko, Indosat, Telekomindo, Tower Bersama, semua perusahaan komunikasi Anda gabung semua.

Jadi sebenarnya perusahaan teknologi sekarang sudah cukup signifikan, itu harus dilihat jadi satu aset. Untuk cara menilai, memang investor publik harus belajar, bagaimana menilai perusahaan teknologi. Kita belum ada pengalaman di Indonesia untuk nilai itu. Jadi kita harus belajar dari market itu yang besar, contohnya di Amerika atau di Hong Kong karena itu dua market terbesar yang bisa mencakup pasar-pasar atau market pemain teknologi.

Basic penilaian dari market di luar bisa diimplementasikanĀ terhadap investor publik di Indonesia seperti apa?

Contohnya bagaimana cara menilai perusahaan. Mungkin bukan price to earning, semua melihatnya berapa PE-nya. Kalau melihat di sana bagaimana melihat secara discounted cash flow atau enterprise value to revenue. Jadi Anda harus melihat cara-cara hitungan lain untuk menilai. Jadi dari sisi analis, dari sisi pemain market mereka juga mulai belajar bagaimana menilai perusahaan ini. Ada kemungkinan teman-teman akan melakukan, karena ini sesuatu yang baru untuk melakukan dual listing, listing di luar dan listing di Indonesia. Dimana pemain saham atau investor-investor lokal akan mengikuti penilaian investor asing. Mau tidak mau karena belajar untuk pertama kali.

Hitung-hitungan itu bagaimana bisa diterima di sisi underwriter nya sendiri?

Kalau dari sisi underwriter, selalu mencari market mekanisme. Jadi underwriter untuk bisa sukses mereka akan bilang 'tolong, pak kalau bisa dual listing, listing di Indonesia dan listing misalnya di Hong Kong atau Amerika'. Karena memang mereka sudah sangat tahu market di dua market itu sangat dalam, maksudnya kualitas investor teknologi atau yang biasa berinvestasi di teknologi dan juga dari sisi likuiditas.

Saya kasih contoh Grab US$2 miliar, kemungkinan besar kan di luar negeri. Apabila ada perusahaan lain yang masuk itu angkanya pun miliaran. Sekali anda sebut US$1 miliar ke atas buat kita market Indonesia sangat besar jumlahnya. Karena rata-rata kalau Anda lihat jumlah IPO itu kan besar. Mungkin hanya di angka 500 miliar kalau US$1 miliar kurang lebih 500 triliun, untuk itu perlu education yang baik dan perlu referensi harga yang baik.

Saya kasih contoh apabila harga misalnya semacam Grab dual listing di Indonesia kalau di Amerika dinilai harganya US$15 miliar tapi di Indonesia hanya US$5 miliar, Investor pasti akan masuk dimana Indonesia biar menyamakan arbitrasi yang masuk. Orang-orang pasti takut berapa market arbitrasi yang ada di Indonesia dan luar. saya rasa arbitrasi akan menurun.

Jadi saya rasa untuk Indonesia satu dua IPO pertama di teknologi ada kemungkinan dual listing. Tapi nanti sekali investor lokal mengerti bagaimana menilai perusahaan-perusahaan teknologi dengan sendirinya akan berjalan bisa listing sendiri di Bursa Efek Indonesia.

Bursa Efek Indonesia sedang mempersiapkan peraturan untuk perusahaan teknologi, sejauh mana diskusi ini berjalan dengan Bursa sampai saat ini?

kami sudah berdiskusi dengan OJK, ada beberapa hal yang di FGD kan dan mendapatkan feedback. Satu adalah tentu mendapatkan perusahaan teknologi yang besar-besar ya, ini masuk di papan utama. Di papan utama ada peraturan seperti contoh 1-2 tahun harus menimbulkan net income yang positif, banyak sekali perusahaan teknologi besar belum ada. Argumen saya kalau kita pakai kacamata seperti itu perusahaan seperti Amazon, Tesla mungkin enggak bisa masuk perusahaan besar. Di Amerika saja masuk masa di kita tidak bisa mengakomodir suatu Gojek, Tokopedia untuk masuk ke papan utama misalnya.

Kedua bagaimana melihat tentang founder share dibandingkan saham publik. Yang penting dari sisi kacamata bursa, OJK, adalah bagaimana menjaga keamanan investor lokal atau menjaga minority shareholder. Jadi kita harus bisa menjelaskan dengan baik bagaimana founder share-nya.

Ketiga dari sisi pajak, founder share, capital gain tax untuk founder share dan ESOP. Jangan lupa buat banyak para pekerja perusahaan teknologi mereka hidup dari ESOP, ESOPĀ itu jadi sangat penting.

Kalau prospek baik dan bagus, apakah SEA Group siap menghantarkan salah satu anak usahanya untuk listing di Bursa Efek Indonesia?

Nanti kita lihat saja. Pertama perusahaan cukup fokus juga karena kita sudah list di New York Stock Exchange, tapi tentu ke depannya akan lihat bagaimana perkembangan. Karena kami dulu sempat coba juga 2017 tapi memang belum siap, kami fokus di NYSE, karena pada saat itu cukup early market cap kami saat itu masih kecil. Itu cerita dulu lah cerita 3,5 tahun lalu.

Kalau sekarang dilihat sebenarnya apa saja yang mungkin jadi salah satu penghambat atau tantangan untuk bisa listing Di Bursa Efek Indonesia?
Kesulitan utamanya siapa yang jadi pertama aja. Nanti yang jadi pertama berikutnya jadi flow-mo aja. Abis itu kalau sukses semua berlari berlomba-lomba. Selalu yang pertama yang paling susah karena baru pertama kali karena mungkin agak takut bagaimana menilai, padahal untuk menilai suatu Tokopedia menilai suatu Gojek menurut saya relatively sudah ada preseden-preseden sebelumnya.

Kalau contoh Tokopedia kita bisa lihat pengalaman Sea sendiri. Suatu Gojek juga bisa Anda menilai, karena kan Gojek perusahaan fintech yang terbesar di Indonesia perusahaan food delivery terbesar di Asia Tenggara. Maksudnya sudah ada preseden-preseden di dunia, bagaimana perusahaan ini setelah jadi public malah makin bertambah.

Kalau Shopee valuasinya berapa?

Saya enggak tahu juga, tapi Anda bisa lihat di CNBC ketik aja SE kan bisa lihat nilainya berapa.

Kalau dilihat secara keseluruhan perusahaan teknologi yang ada di Indonesia sejauh mana kesiapannya? Sektor-sektor apa yang memang sudah siap untuk IPO?

Menurut saya begini e-commerce jelas karena salah satu market yang paling besar. Menurut saya juga nanti dilihat dari sisi fintech atau food delivery itu besar karena sudah ada preseden cukup besar. Terakhir adalah perusahaan logistik yang mencoba solve e-commerce juga akan sangat menarik menurut saya 12 bulan ke depan.

Lembaga investasi Indonesia yang akan beroperasi, seperti apa Anda melihatnya?

Saya coba menjawab sebagai warga negara, saya rasa kalau dari sisi Sovereign Wealth Fund yang Indonesia puas itu yang intend. Saya enggak setuju kalau ada yang menyamakan dengan 1MDB (1Malaysia Development Berhad) karena berbeda. Jangan lupa 1MDB pakai uang pajak negara Malaysia.

Di sini proses sangat transparan dan ini penggunanya sebagian besar adalah uang dari negara-negara luar untuk menarik investasi ke dalam. Jadi menurut saya jangan disamakan saya rasa sangat salah. Dan intend nya sangat positif oleh Presiden untuk meningkatkan investasi publik ini, apalagi di sektor infrastruktur. Infrastruktur juga luas enggak soal port tapi juga bisa digital infrastructure, infrastruktur perbankan dan lain-lain.

Menurut saya ini salah satu proses yang sangat positif untuk meningkatkan investasi di Indonesia secara baik short term dan medium term.

Pandu Patria Sjahrir. IstFoto: Pandu Patria Sjahrir. Ist

Nanti SWF akan seperti apa private equity-nya Indonesia atau seperti apa?

Mungkin yang saya tahu yang saya baca-baca ini mirip bentuknya semacam Temasek, semacam Norway Fund mulainya mencari dana dari luar negeri. Beda dengan Singapura dan Norwegia dimana negara-negara tersebut memiliki surplus cash dimana mereka berinvestasi karena masyarakat mereka kecil enggak ada growth. Kalau di kita ke balik, masyarakat kita luas dan growth opportunities paling besar di Indonesia.

Yang ingin dilakukan kalau yang saya tahu melakukan best practices. Bagaimana bisa membuat, lebih baik kalau bisa dari Temasek atau Norway atau negara-negara di Kanada yang mempunyai Sovereign Wealth Fund yang sangat baik. Kita harus belajar best practices tersebut.

Seseksi apa Indonesia memikat para investor dari luar khususnya dengan skema SWF ini nantinya?

Menurut saya balik lagi kalau intend kita benar dan menawarkan barang yang menurut kita potensinya sangat baik, dimana baik investor akan make money kita sebagai warga negara dan barang yang dikelola akan makin baik, kita seharusnya positif ini jadi win-win. Yang paling penting intend, niat kita dan bagaimana pembentukannya. Semua balik ke sana.

Menurut saya you have to make it win-win untuk investor. Sekali anda melakukan yang benar akan rolling roll effect, sukses itu akan menghasilkan sukses baru. Sangat penting.

Yang penting 3-4 hal pertama harus sukses untuk semua, itu akan jadi preseden yang baik buat kami semua di sini yang berinvestasi di market.

Digadang-gandang nama Anda masuk jadi kandidat memimpin LPI atau SWF ke depan, jika iya seperti apa tanggapannya? Siapkah Anda?

Saya enggak bisa ngomong lah. Menurut saya balik lagi poin saya intend nya baik dan keinginan presiden baik. Indonesia sekarang diposisi yang sangat unik dimana kita bisa baik di semua negara, contoh Shopee SEA. Perusahaan dari sini yang bisa mulai dari South East Asia bisa jadi sangat besar under 20 billion. Belum pernah ada satu perusahaan dari South East Asia yang mencapai US$100 miliar valuasi. Jadi suatu bukti.

Pertanyaan tadi mungkin saya jawabnya adalah yang mungkin adalah ini bisa jadi suatu yang positif menjadi salah satu di luar vaksin, insya Allah tahun ini bisa bagus menjadi penggerak roda investasi untuk tahun ini dan tahun depan.


(roy/roy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Startup Will Smith Ini Sukses Ketika Pandemi, Apa Rahasianya?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular