
RI Mau Jadi Pemain Mobil Listrik, Bos PLN Bongkar Kesiapannya

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah Indonesia kini semakin gencar untuk membangun industri kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (KBLBB). Sejumlah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di sektor energi dan pertambangan disiapkan untuk membentuk konsorsium membangun perusahaan untuk khusus industri kendaraan listrik ini, mulai dari hulu yakni pertambangan, smelter, hingga hilir seperti pabrik baterai dan kendaraan listrik, serta infrastruktur pendukungnya.
Tak tanggung-tanggung, sejumlah investor kelas dunia seperti LG Energy Solution asal Korea Selatan dan Tesla asal Amerika Serikat pun didekati pemerintah untuk mau menanamkan modalnya membangun pabrik baterai hingga mobil listrik di Tanah Air.
Menteri BUMN Erick Thohir pun sempat menuturkan akan berdiskusi dengan Tesla pada Februari mendatang untuk mengembangkan kerja sama di sektor ini. Hal ini menurutnya sebagai salah satu langkah RI menjadi pemain utama industri mobil listrik dunia.
Menurutnya, sumber kekayaan nikel yang besar di Tanah Air mendukung Indonesia menjadi produsen utama sumber daya baterai mobil listrik nantinya.
Namun, untuk memajukan industri kendaraan listrik ini, sisi hilir menurutnya juga harus ditingkatkan. Salah satunya dari pihak PT PLN (Persero) yang akan menyediakan infrastruktur pendukung dan langsung berhadapan dengan konsumen.
Dia pun meminta PLN untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan mengubah strategi bisnisnya pascapandemi ini. Seperti diketahui, PLN turut menjadi bagian dari konsorsium PT Indonesia Battery yang merupakan holding di bidang industri kendaraan listrik nasional, bersama BUMN lainnya seperti MIND ID atau PT Inalum, PT Aneka Tambang, dan PT Pertamina (Persero).
Untuk mengetahui sejauh mana persiapan PLN menghadapi industri kendaraan listrik ini, CNBC Indonesia telah mewawancarai Wakil Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo, Senin (04/01/2020).
Dia menjelaskan PLN telah menyiapkan sejumlah infrastruktur pendukung industri kendaraan listrik ini, mulai dari Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) hingga pemberian diskon 30% bagi konsumen yang mengisi daya kendaraan listriknya di rumah pada malam hari, khususnya di atas jam 10 malam hingga pagi hari keesokannya.
Tak hanya itu, dia pun tak segan membeberkan hitung-hitungan antara ongkos yang dikeluarkan untuk mengisi daya mobil listrik dibandingkan dengan biaya isi bensin pada kendaraan konvensional. Berdasarkan hitungannya, diperoleh biaya operasional pengisian daya menggunakan mobil listrik jauh lebih hemat dan murah bila dibandingkan dengan biaya isi bensin pada kendaraan biasa. Bahkan, mencapai seperlima daripada ongkos bensin.
Dari sisi lingkungan pun menurutnya penggunaan mobil listrik bisa jauh lebih mengurangi emisi karbon dibandingkan penggunaan bahan bakar minyak (BBM).
Pada akhirnya, penggunaan mobil listrik ini juga berkontribusi dalam pengurangan impor BBM yang selama ini masih sangat besar. Pasalnya, dari kebutuhan BBM nasional sekitar 1,3-1,5 juta bph, hampir separuhnya disediakan melalui impor. Bila impor BBM berkurang, maka diharapkan akan mengurangi beban negara.
Untuk mengetahui apa saja yang dia paparkan, berikut petikan wawancara CNBC Indonesia bersama Darmawan Prasodjo:
Pak Erick Thohir sudah memberikan lampu hijau bahkan memerintahkan PLN untuk meningkatkan pelayanan ke masyarakat, merubah strategi bisnis di 2021 ini dengan terlibat dalam pembuatan EV baterai. Bagaimana kesiapan PLN menyambut era mobil listrik?
"Memang ini pemerintah sudah mengeluarkan Perpres (Peraturan Presiden) 55 tahun 2019 mengenai percepatan penggunaan kendaraan bermotor berbahan bakar listrik yang berbasis pada baterai. Nah apa porsi PLN? kan gitu, kita sudah siapkan ekosistemnya kemarin sudah dicoba mobil listrik dari Jakarta sampai ke Bali, lancar alhamdulilah.
Jadi ngecasnya sekitar 300 kilo (km), sampai ke Bali aman. Kemudian juga porsinya itu 80% nge-charge di rumah. Ini kayak beli kopi kalau mau murah, ya buat kopi di rumah. Kalau mau premium, ya di publik di sini, misalnya seperti beli kopi di Starbucks dan tempat kopi lain.
Untuk ngecas di rumah kami siapkan suatu ekosistemnya bahkan kalau ngecharge di rumah ada khusus kalau jam 10 malam sampai jam pagi itu ada diskon 30%. Artinya kalau bayar listrik rumah tangga biasanya Rp 1.469 per kWh, turun jadi sekitar Rp 1.000 per kWh. Jadi, kita siapkan. Kemudian stimulus kami siapkan charging di tempat publik sedang kita tambah yang tadinya kita siapkan dari tahun ke tahun, animo luar biasa, kita juga senang sekali. PLN kerja keras."
Yang dikatakan Pak Erick pakai BBM Jakarta Bali Rp 1,1 juta, pakai mobil listrik Rp 200 ribu? Seperti itukah perbandingannya Pak?
"Betul, jadi begini, ada namanya hukum kekekalan energi, energi tidak bisa diciptakan dan tidak bisa dimusnahkan hanya berganti ke bentuk lain. Kalau di energi BBM jadi energi kinetik atau mobil bergerak itu efisiensinya rendah, jika dengan mobil biasa BBM.
Efisiensinya rendah karena sebagian energinya itu bukan diubah menjadi energi kinetik, tapi jadi energi panas. Kalau tidak percaya naik motor tiga jam dipegang knalpotnya. Jadi sebagian besar energi BBM ke kinetik itu diubah jadi panas.
Tapi energi listrik jadi energi kinetik sangat efisien transformasinya. Coba pasang kipas angin, ada knalpotnya tidak, tidak kan yang keluar hanya dingin. Makanya satu liter BBM 10-12 km itu sejajar dengan 1,3 kWh listrik, sedangkan 1 kWh listrik Rp 1.469. Kalau 1,3 kWh ya sekitar Rp 1.800-an lah atau Rp 1.700-an. Sejajar dengan satu liter bensin Pertamax Rp 7.000-8.000, underlying hukum kekekalan energi."
Bagaimana kesiapan PLN untuk charging station mempersiapkan dan berapa besar investasi untuk itu?
"PLN sangat antusias sekali untuk menyambut mobil listrik ini, tidak hanya charging untuk umum tetapi juga untuk yang di rumah. Yang umum kita revamping, tahun ini saja 60 charging station, ini tambahan tetapi juga sesuai Permen, tidak hanya PLN saja yang sediakan.
Tapi juga Pertamina, SPBU nanti akan diubah bekerja sama dengan swasta juga berbentuk kafe-kafe, sudah ada model bisnisnya sehingga bisa juga hotel-hotel investasi di sana kemudian ada selisih margin nanti di penjualan listrik, sehingga ada sedikit keuntungan, ini jadi pola usaha baru, ini bukan hanya tugas PLN saja tapi ini misalnya namanya energy security rakyat semesta.
Tapi yang lebih penting kita juga sediakan charging station yang ada di rumah. Jadi nanti ada pembelian mobil biasanya ada alat charging bahkan kami akan akan sediakan billing-nya tidak digabung jadi satu, tapi terpisah. Di mana kita gunakan internet of things, ada artificial intelligent-nya. Jadi, alatnya dikoneksikan ke server kita, kemudian dari sini kita juga ketahui pola pemakaian listriknya di siang hari. Siang hari berapa, malam hari berapa.
Nah, khusus malam hari kami akan berikan diskon 30%, jadi hanya Rp 1.000 per kWh. Kebetulan ini pembangkit kami kalau siang hari kerja keras, penuh. Tapi malam hari agak nganggur sekitar 20% penurunan utilisasi di malam hari. Untuk itu, di malam hari kami berikan diskon.
Yang penting lagi, Pak Menteri BUMN sampaikan konsumsi BBM dengan crude oil kita 1,3 - 1,5 juta barel, berapa sih yang diproduksi di Indonesia? separuhnya. Separuhnya lagi impor. Untuk itu, konsumsi menggunakan BBM ini energi berbasis impor. Pak Menteri di Bali sampaikan perlu ada perubahan pola konsumsi energi impor ke energi domestik. Tadi lebih murah ternyata ada elemen juga ramah lingkungan."
Bangun 1 charging butuh investasi berapa?
"Akan terbangun tahun ini 60 kita tambahkan. Ini ada beberapa tingkat ya. Peralatannya sendiri sebenarnya tidak terlalu mahal, tetapi ini bisa jadi gaya hidup. Di situ charging station bisa ada, istilahnya kalau minum kopi di rumah satu cangkir hanya Rp 1.000 perak paling menyeduh minum. Tetapi charging station ini jadi gaya hidup ini seperti kafe nanti di situ jadi sambil ngecas minum kopi kerja, ada laptop, wifi.
Nanti investasi peralatan hanya sekitar Rp 400 juta (per satu alat). Tapi bagaimana bisa dibuatkan lifestyle ke depan karena ini perubahan gaya hidup, bagaimana mobil BBM menjadi suatu tren yang masa lalu. Kalau lihat di Eropa sudah banyak sekali negara-negara yang melontarkan UU-nya di 2035 tidak ada lagi mobil BBM, bahkan Toyota, BMW, Tesla sudah merespons dan bertransisi dari mobil berbahan bakar BBM ke listrik.
This is the future lifestyle, investasinya belum, tapi peralatannya tidak terlalu mahal tapi sudah ada Permen atur model bisnisnya ada keuntungannya tentu saja keuntungannya bukan hanya dari jualan listrik tapi di situ ada ada kopinya ada restorannya."
Bisa dikatakan satu sarana terpadu?
"Betul."
Seperti apa rencana kerja PLN di tahun 2021 ini, selain membuat charging station?
"Ada permasalahan utama yakni adalah impor LPG, jadi LPG yang kita gunakan ini sebagian besar adalah impor. Ini ada subsidi sebesar Rp 50 triliun, impornya Rp 60 T. Kalau kita lihat ya berapa PDB Indonesia sekitar Rp 15.000 T, impor Rp 60 T, berarti pengurangan pertumbuhan ekonomi 0,3% kalau dengan adanya impor LPG ini.
Maka ada kebijakan pemerintah bagaimana dengan LPG ini bisa digantikan dengan kompor listrik ada program satu juta penggunaan kompor listrik. Ini PLN ubah pola konsumsi berbasis impor jadi domestik dalam kerangka yang lain.
Untuk itu memang PLN kerja sama dengan pada para manufaktur dari kompor listrik, pada distributornya termasuk Indomaret, Alfamart, Giant, dan lain-lain, kemudian pasar tradisional, sehingga penggunaan kompor listrik ini bisa disosialisasikan, peralatan tersedia di mana-mana dan ini gaya hidup juga karena sekarang kita melihat dapur yang modern ini biasanya lumayan mewah orang-orang buat dapur bagaimana kita dukung konsumsi energi yang berbasis domestik kemudian energi bersih.
Kemudian juga kita baru saja melontarkan new PLN mobile. Di sinilah seluruh fasilitas pelayanan pelanggan kita satukan dalam satu apps. Nanti kalau ada keluhan monggo bisa melihat tagihan, histori tagihan juga bisa, ubah daya juga bisa, bayar listrik juga bisa. Nanti juga ada notifikasi nanti juga catat meter kalau mau lihat sehingga tidak ada kesalahpahaman kayak zaman Covid-19 dulu.
Karena kita dulu di 2015 mengalami defisit listrik saat ini alami oversupply alhamdulillah jadi lebih andal, karena sudah ada reserve marginnya, perlu digalakkan penggunaan listrik. Nah untuk itu, kita ada juga captive power. Bagaimana industri yang masih punya pembangkit sendiri, monggo gunakan listrik dari PLN yang berbeda dengan lima tahun lalu. Mulai tahun ini oversupply artinya ada ruang keandalan listrik meningkat ini kemudian juga melakukan customer relationship management dengan berbasis pada digital.
Balik lagi ke mobil listrik ke lingkungan memang satu liter bensin emisi CO2-nya 2,4 kg setiap ada yang konsumsi bensin satu liter motor itu 30 kilo 2,4 kg. Kalau satu liter bensin untuk mobil ada 10-15 kilo, 2,4 kg.
Sejajar dengan 1,3 kWh listrik yang hanya 1,2 kg CO2. Emisi CO2 ada separuh ditambah emisi pada pembangkit kami yang ada kendali pada lingkungannya. Jalan-jalan jadi lebih bersih tidak ada debu tidak ada CO2, tidak SOx, NOx, hujan asam tidak ada mercury. Di tambah emisi ke lingkungan berkurang 50% artinya bahwa perubahan mobil BBM ke mobil listrik pertama dari impor energi impor ke domestik, lebih murah hanya seperlima dan lebih ramah lingkungan.
Walaupun listrik dari batu bara, tapi ke depan kita mulai gunakan pembangkit listrik tenaga panas bumi, emisi CO2 nol, pembangkit listrik berbasis energi surya juga nol, bayu juga nol, kemudian juga PLTA."
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Binaan PLN Go International, Ekspor Madu Hutan ke Singapura
