
Dirjen Migas Buka-bukaan Nasib Migas RI 2021

Jakarta, CNBC Indonesia - Tahun 2020 merupakan tahun yang sangat memberatkan bagi industri minyak dan gas bumi, baik global maupun di dalam negeri. Tak hanya karena anjloknya harga minyak, namun runtuhnya permintaan minyak dan gas dunia akibat pandemi Covid-19 turut berkontribusi dalam lemahnya investasi pada tahun ini.
Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), investasi di sektor energi hingga akhir tahun ini diperkirakan turun 31% menjadi US$ 22 miliar-US$ 23 miliar atau sekitar Rp 310 triliun (asumsi kurs Rp 14.100 per US$) dibandingkan 2019 yang mencapai US$ 31,9 miliar.
Sementara hingga Oktober 2020, investasi sektor energi mencapai US$ 17,7 miliar, di mana investasi di spesifik sektor migas sekitar US$ 8,1 miliar. Capaian investasi di sektor migas hingga Oktober ini baru sekitar 59% dari target tahun ini yang telah dipatok sebesar US$ 13,8 miliar.
Sementara untuk 2021, Kementerian ESDM menargetkan investasi sektor migas naik menjadi US$ 18 miliar.
Tak hanya itu, produksi migas di dalam negeri pun kian menurun. Berdasarkan data SKK Migas, produksi terangkut (lifting) minyak hingga 30 November 2020 mencapai 703.700 barel per hari (bph), turun 5,7% dibandingkan realisasi lifting minyak pada 2019 yang rata-rata mencapai 746.300 bph. Begitu pun dengan salur gas hingga akhir November 2020 baru mencapai 5.455 juta kaki kubik per hari (MMSCFD), turun 7,7% dibandingkan rata-rata 2019 yang sebesar 5.912 MMSCFD.
Tak hanya di hulu, sisi hilir migas pun Indonesia dihadapi pada ancaman krisis energi, seperti BBM dan LPG, di mana permintaan keduanya terus meningkat setiap tahunnya, namun produksi stagnan.
Lantas, bagaimana pemerintah menghadapi segala tantangan di sektor migas di Tanah Air ini?
Kepada CNBC Indonesia, Senin (21/12/2020), Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM Tutuka Ariadji memaparkan secara rinci apa saja yang akan dilakukan pemerintah dalam menghadapi segala tantangan dari hulu hingga hilir migas ini.
Dirinya pun mengaku optimistis, dengan segala langkah yang akan dilakukan pemerintah, iklim investasi pada 2021 mendatang akan bangkit.
Berikut petikan wawancara kami:
Bagaimana dengan kondisi sektor migas kita di 2020 secara keseluruhan?
"Jadi memang dua hal yang beratkan kondisi saat ini, pertama sebelum Covid harga minyak sudah rendah karena banyaknya suplai. Ada Covid, demand turun lagi, ini memperparah kondisi industri sampai hari-hari ini. Nah demand yang sebabkan beratnya bahwa create demand tidak bisa cepat dan disinyalir sekitar 35% demand turun.
Khusus di Indonesia kita tahu punya produksi minyak yang tidak bisa mencukupi. Kita konsumsi naik terus dan produksi saat ini melandai 700-an (ribu bph), sehingga untuk penuhi kebutuhan minyak dalam negeri cukup berat. Namun gas kondisinya masih menguntungkan, gas ini sebesar-besarnya diperuntukkan untuk kebutuhan domestik. Gas is better, minyak kita perlu kerja keras."
Ada beberapa faktor yang memperberat, ada eksternal dan internal. Tahun 2021 akan tetap sama untuk investasi di sektor energi anda melihat hal berbeda atau bagaimana?
"Sebenarnya pemerintah antisipasi ini jadi business not usual ya, pemerintah telah siapkan pertama adalah berbagai macam insentif, secara ekonomis nanti kami jelaskan. Kedua adalah fasilitas perpajakan yang mendukung untuk tumbuhnya iklim investasi, juga berbagai hal lain seperti pembebasan atau pengurangan biaya sewa barang milik negara.
Dan juga cost recovery akan lebih variasi hadapi Covid ini akan ada tambahan variabel di sana. Kemudian perizinan saat ini sudah bagus dikurangi ya kita dukung percepat dukung percepat proses pengeboran misalkan percepatan perizinan amdal. Kurang lebih tiga apa empat besar itu."
Pemerintah optimistis investasi migas di 2021 mendatang akan lebih baik dari 2020, seperti apa perbaikannya dan nilainya?
"Ya yang pertama perlu saya sampaikan dulu insentif yang bisa diberikan. Misalnya investment credit diberikan sampai berapa persen, kemudian depresiasi dipercepat, kemudian DMO (Domestic Market Obligation) full price, perpajakan juga berbagai hal misalnya untuk pajak PPN ya terkait LNG khusus hingga 1% nanti kita bicarakan lebih detail.
Kemudian juga PPh badan, pengurangannya berapa akan diupayakan agar membuat iklim-iklim ini bisa lebih bagus. Kemudian penundaan biaya pencadangan, biaya pencadangan pasca operasi. Berbagai hal ini, termasuk terakhir kita bekerja sama untuk split yang pas dalam kondisi sulit ini. Kita optimis memang diharapkan meningkatkan investasi sekarang masih 60% dari target sebelumnya ya, diharapkan tahun depan terpenuhi target itu. Kondisinya mudah-mudahan membaik dengan adanya aksi di Covid ini, diharapkan membaik tahun depan."
Di tahun 2020 fluktuasi harga minyak sangat bergejolak karena pandemi Covid-19. Ini harus diantisipasi. Tahun 2021 mendatang langkah strategis apa yang sudah disiapkan pemerintah pak?
"Pemerintah, Pak Menteri ESDM Arifin Tasrif telah mencanangkan program 1 juta barrels oil per day (barel per hari/ bph) dan gas 12 miliar kaki kubik per hari (BSCFD) (pada 2030), kami Dirjen Migas menyiapkan detail program capai kedua tujuan tersebut. Di bidang minyak ada beberapa hal penting, pertama adalah existing production harus bisa dioptimalkan, optimasi produksi namanya baik yang tidak ada injeksi air maupun yang dengan optimasi injeksi air. Kita sebut dengan primary recovery (pemulihan utama) maupun secondary recovery (pemulihan lanjutan) kita optimalkan.
Kedua adalah resources to reserve (mengubah sumber daya menjadi cadangan), reserve to production (mengubah cadangan menjadi produksi), lalu beberapa hal seperti percepatan proses persetujuan POD (Plan of Development/ rencana pengembangan) dan lainnya dikembangkan, kemudian dilaksanakan juga percepatan EOR (Enhanced Oil Recovery) kita mulai dan per detail langkah ke depan. Berbagai metode di sana perlu kita implementasikan di lapangan minyak di Indonesia.
Kemudian tidak kalah penting eksplorasi, potensinya besar baik basin maupun cekungan yang belum (dieksplorasi) ada 68, maupun yang unconventional hydrocarbon (hidrokarbon non konvensional). Potensi kita cukup besar, perlu direncanakan dengan baik dan bisa dilakukan investigasi di sana untuk dilakukan pengeboran. Beberapa langkah strategis tersebut diharapkan bisa capai 1 juta bph dan 12 BSCFD. Ini langkah jangka panjang, tapi harus dimulai dari sekarang. Kegiatan di gas ini baru ada hasil setelah 5-10 tahun.
Demikian rencana rinci akan kita siapkan, mudah-mudahan tahun depan ada rencana tersebut dan kita bisa komunikasikan dengan SKK Migas dan KKKS."
Anda melihat dengan tingkat konsumsi energi masyarakat di 2021 mendatang diperkirakan masih meningkat, apa langkah pemerintah untuk antisipasi krisis energi?
"Pertama adalah peningkatan produksi minyak, yang kedua, pengalihan gas untuk kebutuhan domestik nah ini penting. Gas ini bisa mengurangi impor BBM misalnya program yang dilakukan dikembangkan lebih besar yaitu jaringan gas kota, sampai tahun ini 500 ribu lebih sambungan rumah dan ditingkatkan dua kali lagi. Diharapkan beberapa tahun ke depan signifikan. Kemudian ini juga bisa kurangi impor LPG juga karena LPG bisa diganti jaringan gas perlahan-lahan. Ini yang gas dialihkan ke kebutuhan sehari-hari dan juga industri.
Pak menteri juga telah keluarkan aturan harga gas US$ 6 per MMBTU. Dari informasi yang kita peroleh dari Kemenperin, itu membantu industri menumbuhkan industrinya. Jadi itu signifikan dampaknya."
Produksi migas di dalam negeri harus ada investasi dan kerja sama dengan swasta. Blok Rokan ada transisi dari Pertamina ke Chevron, prosesnya seperti apa?
"Kami dapatkan informasi bahwa transisinya berjalan smooth, berjalan bagus, CPI sangat kooperatif dan bekerja sama dengan Pertamina, difasilitasi SKK. Sampai saat ini berjalan bagus. Masih ada proses saja yang belum selesai. Memang ini memengaruhi produksi nasional nanti.
Harapannya investasi tetap dilakukan karena ini sangat tergantung dari pertahankan atau peningkatan produksi, ini porsinya besar untuk produksi nasional. Kita harapkan bisa selesai dengan baik sampai awal tahun depan, terima kasih kepada CPI, SKK Migas, dan Pertamina mudah-mudahan bisa smooth sampai selesai."
Dengan transisi diharapkan bisa smooth, apakah bisa dorong produksi migas kita di Blok Rokan, peningkatan 2021 mendatang?
"Jadi, kalau kami mengamati di Blok Rokan masih banyak potensi, masih bisa dikembangkan, tidak hanya EOR, tapi juga untuk lapangan-lapangan yang memang belum dikembangkan. Di sana ada beberapa lapangan yang kami lihat potensinya masih besar diambilnya masih dimungkinkan ditingkatkan lagi jumlahnya cukup besar. Jadi, informasi yang tepat informasi yang menyeluruh dari CPI ke Pertamina itu menjadi kualitas dan kuantitas eksplorasi jadi kunci untuk alih kelola ini sehingga bisa meningkatkan produksi."
Bagaimana outlook migas di tahun 2021 mendatang?
"Pertama ada beberapa strategi yang perlu kita komunikasikan dengan SKK Migas dan KKKS, bahwa strategi-strategi itu berupaya untuk menjaga jangan sampai turun produksi minyak, pertama itu. Kedua, upaya-upaya untuk mulai bagaimana tingkatkan produksi minyak. Jadi ada beberapa strategi yang kami siapkan untuk itu dan mudah-mudahan bisa ter-deliver terkomunikasikan dengan baik, baik dengan SKK Migas maupun dengan KKKS. Dan ini masih kita godog upaya-upaya itu.
Kemudian untuk gas program yang ada saya kira sudah bagus, karena untuk gas kita secara potensi apabila proyek itu berjalan kita bisa memenuhi kebutuhan. Gas itu untuk industri ada juga jaringan gas kota. Harapannya industri itu tidak turun bahkan diharapkan bisa naik. Memang Rokan menjadi prioritas karena data lebih bagus, infrastruktur juga lebih bagus, potensi masih besar ini dari berbagai hal Rokan jadi prioritas kami untuk minyak."
Tahun 2021 adakah regulasi baru untuk perbaikan di sektor migas?
"Pertama regulasinya adalah percepat terlaksananya EOR, juga eksplorasi unconventional MNK (Migas Non Konvensional), MNK itu minyak non konvensional potensinya kita besar tapi belum tersentuh. Kami lihat Sumatra Basin diharapkan punya potensi besar karena ketertarikan pihak luar juga. Ini menjadi hal penting. Ada perubahan di regulasi di sana percepatan peningkatan produksi ini. Jadi saya sebutkan tadi strategi agar bisa jalan unconventional juga demikian mungkin kita perlu gesit dan aturan di bawahnya perlu disiapkan supaya program ini bisa berjalan lancar."
Mungkin ada yang mau disampaikan Kementerian ESDM untuk bisa meyakinkan investasi di sektor migas akan ada perbaikan dan perbaikan daya saing dan daya tarik?
"Pemerintah sangat berkeinginan untuk bekerja sama dengan mengembangkan iklim investasi yang lebih baik. Kami siapkan berbagai macam insentif yang bisa penuhi kebutuhan investor. Dan juga fasilitas perpajakan yang diharapkan menarik investasi dan memudahkan dalam investasi dan juga perizinan yang perlu diperbaiki kami bersedia berdiskusi bersama bagaimana lebih memperbaiki itu.
Juga kami buka diri stakeholder bicara regulasi yang sekiranya lebih baik ke depan. Jadi kami membuka diri berdiskusi bersama mana yang bisa menghasilkan win-win ya terbaik buat negara dan KKS, sehingga kita bisa investor bisa investasi di Indonesia dengan nyaman karena kita juga aktif menawarkan opsi kerja sama cost recovery, gross split dan lainnya kemudian kita kita upayakan berbagai regulasi yang bisa dukung ke sana.
Kita sangat terbuka, kami semua, kami siap diajak diskusi bersama. Kemudian juga data baru dalam pemanfaatan data, ada mekanisme membership jadi member bisa lihat subsurface. Bisa dikaji di sana. Kalau tertarik, dilanjutkan investasi. Selain incentive management, data ini dikelola oleh Pusdatin, kita terus perbaiki lakukan servis itu dan kita sangat apresiasi Pusdatin yang lama makin punya database lebih banyak. Juga SKK Migas punya database bisa dimanfaatkan dan kita punya 68 cekungan yang belum dieksplorasi."
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Eksklusif: Menteri ESDM Buka Kondisi Migas RI Saat Pandemi
