Wawancara Ekslusif

Buka-bukaan Dubes RI, Kunci Vietnam Sukses Lawan Covid 2 Kali

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
28 September 2020 14:13
Dubes RI untuk Vetnam, Ibnu Hadi (Dok. Kemenlu)
Foto: Dubes RI untuk Vetnam, Ibnu Hadi (Dok. Kemenlu)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi corona (Covid-19) sudah menginfeksi 33 juta warga dunia sejak pertama kali merebak Desember 2019. Sebanyak 1 juta pasien meninggal dan sebanyak 24 juta sembuh.

Berdasarkan Worldometers, ada 213 negara dan teritori yang sudah terinfeksi. Hanya sedikit saja negara yang mampu menangani ganasnya virus ini.

Satu diantara yang sedikit itu adalah Vietnam. Negara ini sukses menangani corona bahkan ketika serangan kedua kembali datang.

Ini pula yang membuat ekonomi negeri itu tetap positif, di saat semua negara berkontraksi, bahkan masuk ke jurang resesi. Lalu apa yang menjadi kunci?

Berikut perbincangan CNBC Indonesia dengan Duta Besar RI untuk Vietnam, Ibnu Hadi.

Sebenarnya apa yang menjadi kunci Vietnam bisa mengatasi virus corona?

Saat ini betul dikatakan bahwa, walaupun secara kumulatif, total kasusnya itu 1.068, tapi saat ini yang masih aktif yang berada di rumah sakit itu hanya 40 orang. Dari 40 kasus itu, 26 kasus adalah imported cases. Jadi sebenarnya penyebarannya bukan dari dalam negeri. Dari dalam itu hanya ada 14 local transmission.

Betul sudah lebih dari 2 minggu tidak ada local transmission, tidak ada penyebaran. Jadi tampaknya memang cukup berhasil Pemerintah Vietnam dalam menangani pandemi.

Sebenarnya kunci yang dilakukan Pemerintah Vietnam hampir sama dengan gelombang pertama terjadi. Waktu gelombang pertama terjadi, Pemerintah Vietnam langsung mengambil keputusan secara cepat dan langsung diterapkan secara komprehensif.

Mereka melakukan lockdown atau istilahnya adalah Nationwide Distancing, yang gelombang kedua ini juga mirip, hanya bedanya mereka tidak menerapkan secara nasional, hanya provinsi per provinsi. Termasuk Ibu Kota Hanoi dan Kota Ho Chi Minh.

Jadi kuncinya adalah cepat mengambil keputusan, dan keputusan itu langsung dilaksanakan secara serentak dan diikuti oleh seluruh lapisan masyarakat.

Berbicara soal keputusan Vietnam, bagaimana Anda melihat sinergi dari pemerintah pusat dan daerah, sehingga berhasil menekan angka kasus corona?

Ini tidak terlepas dari sistem pemerintahan dan tata negara dari Vietnam, di mana memang satu pintu, satu komando, sehingga setiap keputusan yang diambil langsung dari pusat secara cepat ke tingkat daerah sampai ke tingkat distrik, dan semuanya wajib untuk mengikuti. Kuncinya komando di tingkat atas.

Di Vietnam sama seperti Indonesia, ada juga gugus tugas yang dibentuk. Namun ketika mereka mengantisipasi ada potensi penyebaran, mereka langsung mengambil langkah dan keputusan. Karena sifat dari negara tersebut, keputusannya bisa langsung dilaksanakan secara serentak. Masyarakat di sini kan juga patuh, jadi mau tidak mau harus mengikuti aturan.

Terkait lockdown, seperti apa Pemerintah Vietnam memberikan stimulus atau bantuan kepada masyarakat?

Pandemi ini membuat ekonomi Vietnam terpukul. Meskipun begitu, pada Q1 Vietnam masih meningkat 3,8%, dan Q2 masih ada peningkatan 0,4%. Ke depan, Q3 dan Q4, saya rasa, karena situasinya sekarang sudah membaik, mungkin bisa balik sekitar 2%.

Akhir 2020, proyeksi Vietnam untuk tumbuh tadinya 5% tapi sudah direvisi menjadi kemungkinan naiknya 2%-2,5%. Jadi tetap positif.

Dampak secara kasat mata terlihat ya. Cukup banyak toko-toko yang tutup, terutama toko-toko dan bisnis yang terkait dengan sektor pariwisata. Karena pariwisata di Vietnam itu cukup signifikan. Jumlah turis pada 2019 mencapai 18 juta orang, sehingga pendapatan dari pariwisata cukup besar. Dengan tidak adanya turis, industri pariwisata cukup terpukul.

Namun untuk bisnis yang ada di sub-urban, nampaknya tidak terlihat adanya penutupan toko. Hanya yang tutup kebanyakan di lokasi-lokasi wisata. Bahkan beberapa hotel juga masih tutup.

Struktur PDB Vietnam seperti apa? Apa yang dilakukan pemerintah Vietnam, sehingga masih bisa tumbuh positif meskipun kecil di Q2?

Secara persentase, saya tidak bisa memberikan angka, tetapi ekonomi Vietnam cukup tergantung dengan ekspor, tergantung dengan dunia internasional. Bisa dilihat bahwa nilai ekspor PDB-nya sekitar 250%. Artinya nilai perdagangan Vietnam jauh lebih besar dibandingkan PDB-nya. Dibandingkan dengan Indonesia yang mungkin sekitar 25%-30%.

Namun, Pemerintah Vietnam mengantisipasi dengan memfasilitasi bisnis-bisnis yang sifatnya ekspor untuk produk-produk tertentu, sehingga tetap bisa berjalan walaupun tetap berpengaruh akibat corona.

Seperti garmen, sepatu, itu tetap pemerintah dorong, bahkan alat kesehatan, seperti masker, APD, dan beberapa produk yang terkait dengan kesehatan yang diproduksi Vietnam itu mereka gencar. Ekspor utama beras juga digerakkan. Jadi memang dengan segala cara Vietnam mencoba agar ekonominya tetap bisa berjalan.

Wisatawan masih bisa masuk ke Vietnam selama dua periode lockdown ini?

Tanggal 15 September, Pemerintah Vietnam baru mulai membuka penerbangan internasional, dalam pengertian untuk passengers. Sebelumnya yang boleh terbang hanya pesawat kargo dan special flight dalam rangka patriasi, orang-orang asing yang mau keluar dari Vietnam.

Tapi penerbangan sekarang ini hanya ditunjukkan kepada essentials business traveler dengan Korea Selatan, Jepang, China (hanya dari Kota Guangzhou), Taiwan, dan Laos, Kamboja, Thailand (Bangkok).

Apa yang menjadi daya tarik bagi Vietnam sehingga dipilih oleh para investor untuk lokasi manufaktur?

Memang Vietnam menjadi mengemuka untuk menjadi relokasi FMA(?) yang khususnya berlokasi di China Selatan. Mereka memilihnya, hampir sebagian besar ke Vietnam. Ini sebelum Covid-19 ya dan ini bisa terkait dengan war antara China-AS ya, karena memang cost production di China sendiri sudah mulai meningkat, mulai lebih tinggi dari rata-rata di Asia Tenggara. Lebih tinggi dari Indonesia dan Vietnam.

Lalu kenapa Vietnam? Salah satunya adalah lokasi. Lokasi Vietnam dan China Selatan tidak jauh berbeda, dalam pengertian dari jarak. Kemudian juga kalau you bikin produksi di satu tempat, basically sebagian besar untuk ekspor, jadi biaya logistik jadi salah satu determinan utama.

Dari perpindahan China selatan ke Vietnam itu masalah logistiknya tidak jauh berbeda dibandingkan dengan Indonesia. Ini saya lihat memang kunci utamanya di situ. Walaupun memang juga berbagai elemen yang menyebabkan cost of production-nya lebih rendah, yaitu upah buruh, harga tanah, kemudian harga-harga utilitas, harga infrastruktur yang memadai, dan juga birokrasi perizinan.

Secara keseluruhan, Vietnam memang bisa lebih menjanjikan. Mungkin dengan Indonesia tidak berbeda jauh, cuman tadi kalau saya lihat, ada dua faktor yang memang Vietnam lebih unggul, yaitu letak geografis mereka, dan Vietnam memiliki FTE yang cukup banyak dan terus meningkat. Jadi dia agresif dalam terus melakukan kerjasama dan menandatangani berbagai agreement.

Terakhir dengan Uni Eropa awal tahun 2020 dan mulai berlaku sejak pertengahan tahun ini. Dengan berbagai kerangka tersebut, memang prospeknya jadi lebih menjanjikan bagi perusahaan asing yang berlokasi di Vietnam.

Dengan banyaknya FDI, peredaran investment yang masuk ke Vietnam juga tentu menggeliatkan sektor manufaktur. Seberapa besar pertumbuhan sektor manufaktur untuk Vietnam?

Secara statistik saya belum bisa memberikan data ya, tapi saya rasa memang cukup signifikan. Jumlah investasi dari luar negeri ke Vietnam, kalau secara nilai absolut sih tidak begitu berbeda dengan yang ada di Indonesia. Hanya memang secara luas negara, tentu intensitasnya menjadi besar ya. Jadi multiplayer-nya jadi lebih besar di Vietnam.

Memang betul di Vietnam ini kuncinya lebih banyak di tangan para konsultan-konsultan asing. Pemerintahnya sendiri saya lihat tidak sekencang dalam mempromosikan ke luar negeri, seperti Indonesia. Mungkin memang budgetnya terbatas atau itu memang policy-nya mereka. Tapi memang mereka lebih mengandalkan para konsultan asing yang sebagian besar sudah beroperasi di Vietnam.

Konsultan asing ini juga muncul dengan positive stories, image, analysis yang secara kumulatif menjadi daya tarik bagi investor asing, terutama dari belahan dunia Eropa dan AS.

Peluang potensi Vietnam pada Q4 untuk tumbuh dan sektor apa yang paling menjanjikan?

Dengan dunia internasional, saya sudah kasih sedikit gambaran, saya melihatnya cukup prospektif, dia bisa mencapai at least Q3 dan Q4 sekitar 2% atau lebih.

Selain itu, kebijakan Pemerintah Vietnam saat ini, dengan adanya corona, mirip dengan Indonesia. Jadi mereka menggencarkan public spending, dalam pengertian, anggaran pemerintah untuk proyek-proyek infrastruktur dipercepat dan dikencangkan, karena itu jadi stimulan supaya ekonomi bergerak.

Misalkan proyek kereta api jalan dari utara ke selatan itu dipercepat, dimulai pengembangan airport baik di Hanoi maupun di Ho Chi Minh City mulai ditingkatkan. Proyek MRT yang sudah stagnan, dengan bantuan Jepang, itu juga langsung digencarkan. Jadi adanya international flight ke Jepang ini memfasilitasi para investor yang terkait dengan proyek-proyek tersebut.

Kalau Indonesia, sebenarnya not bad ya. Total thread kita dengan tahun lalu kan sudah mencapai US$ 9,1 miliar. Vietnam adalah negara 10 terbesar tujuan ekspor utama, Jadi Vietnam ini merupakan pesaing Indonesia dalam menarik investasi, dan pasar dunia untuk produk kopi, garmen, tekstil, tetapi juga sebagai pasar karena ekonominya tinggi itu juga merupakan pasar yang prospektif.

Pasar dunia untuk beberapa produk seperti kopi agar tekstil tapi juga sebagai pasar pada ekonominya tinggi itu juga merupakan pasar yang prospektif buktinya merupakan negara tujuan ekspor terbesar nomor 10. Jadi nggak bisa dipandang dan kita posisi kita adalah A mengalami surplus selama 4 tahun terakhir.

Kenapa demikian karena memang ditunjang oleh pertumbuhan ekonomi Vietnam yang tinggi sehingga tentunya demand-nya menjadi lebih besar contoh mobil dari Indonesia akan masuk ini Ekspor utama Indonesia ke Vietnam adalah mobil dan batubara. Kenapa batubara karena mereka dalam konteks mengembangkan negara mereka membangun power plus yang banyak.

Indonesia itu sebagian 50% dari yang baru itu yaitu semuanya adalah berdasarkan bahan baku batu bara dan batubara untuk power plan yang paling bagus yang paling wilayah Indonesia ekspor dari Indonesia tuh besar.

Kalau otomotif memang karena masyarakatnya makin punya uang ya makin meningkat income perkapitanya sehingga mobil itu juga demand-nya sangat tinggi, jadi saya rasa prospek bilateralnya cukup besar.

Untuk bilateralnya cukup besar akan mencapai 9,1 miliar sama dengan tahun lalu. Kami menargetkan 10 miliar ya. Kalau tanpa Covid saya optimis sampai 10 miliar dolar. Tapi mungkin agak turun dari 9,1 mungkin sekitar 8 sampai 8,8 sampai 8,9 miliar dengan tahun yang lalu.

Bagaimana hubungan bilateral dan juga trait untuk Indonesia dan Vietnam ke depannya? Prospeknya seperti apa?

Prospeknya cukup cerah. Dalam pengertian asal kita smart. Pertama saya sudah memberikan gambaran bahwa selintas Vietnam sebagai pesaing tetapi kalau kita lihat detail, beberapa celah atau lobang itu merupakan kesempatan buat Indonesia karena negaranya bertumbuh dengan pesat, sehingga kebutuhan atas berbagai barang juga meningkat. Jadi sudut itu, prospeknya cukup baik.

Tinggal pintar-pintarnya kita memanfaatkan kesempatan tersebut. Nah itu salah satu tugasnya KBRI ya untuk selalu mengingatkan dan mendorong peningkatan trait tersebut.

Berikutnya dengan berbagai FTE dari Vietnam. Sebenarnya itu juga merupakan kesempatan buat kita. Contoh kongkritnya, beberapa produk seafood dia pasarnya ke UE dan AS. Kita juga bisa memanfaatkan itu. Untuk memenuhi kebutuhan negara-negara yang punya FTE tadi meningkat, dia bisa ambil bahan baku dari Indonesia. Jadi win-win solution


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sri Mulyani Bicara Jurus Hindari Resesi & Kekuatan RI

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular