Special Interview

Keliling Pasar Becek Hingga Bangun Bisnis Beraset Rp 2 T

Monica Wareza, CNBC Indonesia
20 September 2018 14:07
Pasalnya saat mengalami kesulitan, menurut Djonny, jaringan pertemanlah yang bisa diharapkan bisa membantu keluar dari krisis.
Foto: direktur utama Panca Budi Jonny Taslim (CNBC Indonesia/Monica Wareza)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pada 1978, Djonny Taslim merantau ke Jakarta mencoba peruntungan dengan mengunjungi satu per satu pasar becek di Jakarta. Di pasar yang disambangi Djonny, ia mencermati kebiasaan dan perilaku para pedagang dan pembeli.

Hingga suatu saat terbesit dibenaknya untuk berjualan gelang karet yang banyak diproduksi di kota kelahirannya Medan, Sumatera Utara. Seiring berjalan waktu, Djonny muda mulai mengembangkan usaha dengan berjualan plastik "asoy" sebutan untuk plastik kresek di Sumatera.

Dari sinilah Djonny mulai bergelut dengan plastik. Hingga akhirnya Djonny dikenal sebagai raja "kresek" karena perusahaannya PT Panca Budi Tbk (PBID) merupakan penguasa 30% pangsa pasar untuk produk ini.

Kisah sukses Djonny tidak dibangun dalam waktu semalam. Proses ia membangun kerajaan bisnisnya, hingga kini beraset Rp 2 triliun, dibangun dengan jatuh bangun. Sekarang perusahaannya dihargai sekitar Rp 2,06 triliun, berdasarkan nilai kapitalisasi pasarnya.

Namun yang paling penting bagi Djonny dalam berbisnis adalah memelihara dan membangun koneksi atau jaringan seluas-luasnya. Pasalnya saat mengalami kesulitan, menurut Djonny, jaringan pertemanlah yang bisa diharapkan bisa membantunya keluar dari krisis.

Beberapa waktu lalu, Tim CNBC Indonesia berkesempatan untuk bertemu dengan Djonny Taslim dan mewawancarainya. Dia menceritakan awal mula dia membangun kerajaan bisnis plastiknya.

Berikut petikannya:

Bagaimana cerita awalnya bisa masuk ke industri plastik?
Saat pertama ke Jakarta saya mengelilingi pasar becek. Rencananya mau jualan karet gelang dari Medan. Kan Medan penghasil karet jadi di sana ada produksi gelang karet. Karet gelang kan jadi kebutuhan sehari-hari kalau di pasar, jadi kalau pasar beli gula putih diikat pakai karet, minyak goreng diikat pakai karet, beli apa aja beli mie instan dibungkus diikat dengan karet karena kantungan plastik masih mahal.

Setelah saya masuk ke karet gelang saya melihat ada peluang dan ini produk baru dan saya lihat ke depan produk apa yang bisa mengganti kertas, mengganti daun karena orang di pasar membungkus barang belanjaan masih dengan daun waktu itu.

Peralihan dari karet gelang kek plastik bagaimana?
Ke plastik itu saya mulai ambil di grosir, terakhir saya melihat kalau ambil di grosir saja ada batasnya saya mengembangkan bisnisnya. Terakhir saya ada rencana buka pabrik, tapi tidak ada modal ya terpaksa saya pakai sistem tooling, jadi istilahnya seperti di Jepang.

Kalau di Jepang itu prosuksi pake tooling, dulu Jepang bangun pabrik otomotif semua spare part diproduksi di Taiwan, kirim balik di Jepang di sana hanya quality control (QC) langsung pasang merek. Itu teori Jepang, jadi saya beajar teori dari Jepang saya kasih tooling ke parik-pabrik. Saya beli bahan baku, lalu saya distrbusi sendiri. Butuh waktu yang panjang dan kesabaran buktinya sampai hari ini sudah 39 tahun berjalan.

Butuh waktu berapa lama untuk mengembangkan bisnis?
Kurang lebih butuh waktu 10 tahun. Waktu itu ada krisis 1997, dari situ banyak perusahaan kesulitan keuangan karena masalah valas dan punya utang dalam dolar sementara pendapatan dalam rupiah.

Karena banyak yang kolaps, itu kesempatan saya masuk di industri, saya akuisisi satu perusahaan yang kolaps dari situ saya berkembang jadi lebih besar. Saya akuisisi perusahaan itu, saya beri nama Panca Budi.

Setelah akuisisi dilakukan, apa kendala mengembangkan bisnis?
Di awal waktu saya akusisi kendala ada pada diri sendiri, karena keahlian saya adalah strategi marketing dan sedikit belajar finance. Sedangkan kalau industri plastik kan suatu yang baru, ini juga jadi tantangan.

Jadi saya mencoba sesuatu itu di industri ini dan banyak gagalnya tapi itu membuat saya belajar dan jadi lebih pengalaman. Jadi sukses itu harus melalui proses kegagalan yang membuat kita lebih pengelaman lagi.

Siapapun kalau tidak pernah jatuh dia tidak tahu namanya sakit. Dari situ saya belajar banyak.Djonny Taslim, Presiden Direktur Panca Budi
Siapapun kalau tidak pernah jatuh dia tidak tahu namanya sakit. Dari situ saya belajar banyak. Jadi Panca Budi pernah melalui masa sulit waktu memiliki pabrik pertama, ada kesulitan produksi karena dengan pabrik yang besar kan saya memiiki sumber daya manusia yang bagus, sedangkan pabrik ini sangat besar otomatis saya mencari orang yang bagus dalam sejekap kan butuh waktu jadi saya agak kesulitan di sana. Tapi berkat kerja keras bersama tim saya bisa lalukan yang terbaik.

Kenapa perusahaan Anda diberi nama Panca Budi?
Saya lebih suka bekerja sesuatu itu harus ingat budi orang. Kalau panca itu kan lima jadi ada budi orang dan kalau di Budha itu kan harus ingat jasa-jasa orang. Seperti kalau minum air itu harus ingat dulu airnya dari mana.

Dari waktu saya akuisisi kan ada kesulitan cashflow tapi berkat kepercayaan dari bank jadi kita maju bersama bank seperti Bank BCA karena kan mereka buat percaya orang usaha tidak gampang.
Keliling Pasar Becek Hingga Bangun Bisnis Beraset Rp 2 TFoto: Direktur Utama Panca Budi Jonny Taslim (CNBC Indonesia/Monica Wareza

Jika ada kendala keuangan bagaimana mengatasinya?
Untuk kendala perbankan kita mesti minta bantuan perbankan dan cari relasi, teman baik untuk mendukung proyek ini supaya jalan. Teori bisnis kan kalau mau sukses harus punya banyak teman dan semua kalangan itu kita anggap teman baik, semua kalangan saling membutuhkan jadi kita saling mengisi. Jadi hidup tidak bisa sendiri, mesti bersama-sama.

Kenapa memilih plastik?
Karena pertama saya pelajari tentang shopping bag karena setiap orang pasti membeli sesuatu dari pasar, minimal beli sarapan. Setiap beli sarapan apakah itu bakmi, bakso apa aja pasti pakai kantongan karena saya yakin ke depannya demikian. Waktu di pasar becek beli ikan harus pakai daun jati jadi saya lihat peluangnya besar sekali.

Siapa saja kompetitor?
Ada dan besar-besar tapi saya tidak menganggap sebagi musuh, saya anggap mitra saja. Jadi waktu itu plastik masih komoditi jadi saya lihat kalau terus seperti itu tidak akan ada kesempatan. Makanya saya pertama di Indonesia yang menjadikan plastik sebagai konsumer produk. Jadi plastiknya saya kasih merek. Lalu saya iklankan di TV dan dapat penghargaan dari MURI.

Market share Panca Budi seberapa besar?
Kalau kita Jabodetabek 47%, kalau Indonesia hampir 30%. Distribusi kita lakukan sendiri, jadi kita memiliki jaringan distribusi yang baik dan logistik juga sendiri.

Punya rencana bangun pabrik di Solo, apa alasannya?
Industri plastik itu padat karya, kita harus pilih daerah yang terbaik dan budaya daerahnya juga baik. Disana orang-orangnya mau kerja, fokusnya bekerja dan menghidupi keluarganya. Selain itu orang Solo "manut" daan tenaga kerja di sana juga murah. Selain itu, Solo berada di tengah-tengah. Dari Solo kami kuasai Indonesia bagian timur.

Ada rencana tambah produk?
Ya ada, kami punya banyak teknologi plastik yang sedang dikembangkan. Saya percaya semua bisnis kalau ditekuni itu ada peluangnya dan bisnis tidak ada habisnya kalau kita pelajari.

Setelah resmi tercatat di BEI, apa rasanya jadi perusahaan terbuka?
Perasaan saya pasti bebannya bertambah karena kontrol banyak tapi bukan jadi kendala juga karena saya punya perusahaan dari dulu dan terbiasa dengan dikontrol bank, fund manager. Tapi tanggungjawab saya kepada pemegang saham itu yang merupakan beban karena kalau orang sudah percaya kita, kita harus membuat orang senang, jangan mengecewakan pemegang saham itu prinsip hidup saya. Uang nomor dua tapi kepercayaan nomor satu dan saya disenangin semua orang itu poin intinya.

Apa bedanya jadi perusahaan terbuka dan tertutup?
Kita mesti lebih tertib di manajemen, tidak bisa seenaknya saya yang ngomong tapi kita karena bukan milik saya lagi tapi milik publik. Jadi kita kerja mesti terbuka. Dalam hal keuangan apa yang kita ambil biaya investasi dari publik itu kita mesti jelas.

Market cap sudah Rp 2 triliun dan dilihat dari kacamata orang awam valuasinya murah, ada upaya untuk meningkatkannya?
Ya pasti ada. Kinerja ditingkatkan karena saya yakin perusahaan yang sudah jadi perusahaan public kami harus menjadi lebih baik lagi. Kalau tidak untuk apa menjadi perusahaan terbuka.

Dalam 10 tahun ke depan bayangan Panca Budi akan seperti apa?
Harapan saya kita bisa jadi perusahaan terbesar nomor 2 saya sudah senang. Tapi kalau bisa nomor 2 lebih enak daripada nomor 1. Karena mengejar nomor 1 itu gampang, mempertahankannya agak berat.

Menurut Anda quality time itu seperti apa?
Kalau sekarang itu jaga kesehatan dan keluarga. Jadi jangan sukses di usaha tapi gagal di keluarga itu sayang juga ya. Sekarang waktu saya lebih banyak sama keluarga, itu fokus dan teman-teman saya.

Olahraga apa yang rutin Anda lakukan?
Saya jalan pagi dan golf. Satu saya main golf, setiap pagi saya jalan kaki rutin setiap pagi jam 5.30, setiap hari jalan 7 kilometer.

Ada kegiatan sosial di luar?
Kita ada yayasan sosial yang fokus di kesehatan dan pendidikan under grup Panca Budi. Jadi kita ada kegiatan rutin donor darah, setahun ada 2.000 kantong kita sumbahkan.

Bisa berbagi tips memulai bisnis untuk memulai?
Saya merasa bisnis yang baru harus dimiliki konsep dan dipelajari dulu apakah bisnis itu ada masa depannya atau tidak, jangan pilih bisnis yang tidak ada masa depannya karena akan membuang waktu. Misal kalau kerja di bisnis yang tidak ada masa depan tapi terus kerja di sana tapi bisnis tidak bisa jalan berati itu buang waktu kan sia-sia.

Jadi lebih baik bisnis itu di awal susah tapi ada masa depan dan bisa jadi trademark untuk kita. Seperti kita Panca Budi semua orang kenal sebagai ahlinya kantong plastik karena kita tidak ada kerja yang lain. Plastik kan banyak ada yang injection, ada yang blowing dan kita Panca Budi satu-satunya yang fokus di kantong plastik makanya saya berani klaim Panca Budi ahlinya kantong plastik.
Keliling Pasar Becek Hingga Bangun Bisnis Beraset Rp 2 TFoto: Direktur Utama Panca Budi Jonny Taslim (CNBC Indonesia/Monica Wareza)



(hps/hps) Next Article Dirut BRI Sunarso: Memimpin itu Menyetimbangkan!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular