Original Design Manufacturer is a Must: Jalan Kemandirian Baru RI

Catatan: Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi CNBCIndonesia.com
Tahun 1970, Norwegia hanyalah negeri dingin di tepi kutub dengan laut yang luas dan ekonomi sederhana. Produk domestik bruto (PDB) per kapitanya hanya US$3.306.
Tapi sepuluh tahun kemudian, angka itu melonjak menjadi US$15.772. Terbaru pada tahun 2024, nilainya telah mencapai US$86.809 per kapita menurut Bank Dunia.
Mereka tidak kaya karena minyak semata, tapi karena satu keputusan strategis: menjadikan minyak bukan komoditas, melainkan mesin pembelajaran nasional.
Norwegia menolak menjadi negara penyedia bahan mentah bagi industri asing. Mereka menciptakan sistem Original Design Manufacturing (ODM) di sektor migas. Artinya, mereka tidak hanya mengekstrak minyak, tetapi juga mendesain, memproduksi, dan menguasai teknologi di seluruh rantai nilainya.
Pemerintah membangun Statoil (kini Equinor) bukan untuk monopoli, tetapi untuk memastikan pengetahuan, desain, dan keuntungan tetap tinggal di dalam negeri. Industri seperti Aker Solutions dan Kongsberg Gruppen berkembang sebagai rumah desain nasional untuk teknologi bawah laut, sistem kontrol, dan kapal lepas pantai.
Semua berbasis kreativitas, bukan lisensi impor. Kunci keberhasilannya sederhana: no one left behind. Semua sektor dan semua wilayah ikut naik kelas. Galangan kapal pesisir diubah menjadi produsen kapal suplai minyak.
Universitas seperti NTNU dan lembaga riset SINTEF bukan hanya pusat akademik, tapi mitra riset industri. Pemerintah mewajibkan transfer teknologi di setiap proyek, memberi ruang bagi insinyur muda untuk belajar langsung dari praktik lapangan.
Dari nelayan menjadi teknisi, dari tukang las menjadi insinyur subsea, semua tumbuh bersama minyak, bukan ditinggalkan olehnya.
Indonesia kini berada di titik yang sama. Kita punya sumber daya, pasar, dan generasi kreatif. Yang dibutuhkan hanyalah keberanian politik untuk berkata: kita tidak hanya akan mengebor minyak, kita akan mendesain dan memproduksi seluruh sistemnya di dalam negeri.
Proyek-proyek Enhanced Oil Recovery (EOR) harus menjadi tonggak awal, tidak hanya dalam tahap operasional, tetapi juga dalam chemical dan mechanical engineering-nya. Semua bahan kimia, sistem pompa, pipa, sensor, dan kontrol harus locally designed and produced. Bukan sekadar dirakit di Indonesia, tapi benar-benar hasil rancangan putra bangsa.
Kementerian Ekonomi Kreatif harus mengambil peran sebagai penggerak utama. ODM migas adalah bentuk ekonomi kreatif paling konkret: kreativitas yang melahirkan teknologi dan kemandirian. Ia harus membangun ekosistem antara universitas, startup teknologi, industri baja, BUMN energi, dan investor lokal. Dari situ lahirlah produk-produk nasional yang bisa bersaing, bahkan diekspor ke dunia.
Dan jika ada yang merasa terganggu, itu bukan karena proyek ini salah, tetapi karena rantai rente mulai terputus. Proyek migas yang transparan dan berbasis desain lokal tidak mengganggu siapa pun, kecuali mereka yang hidup dari ketergantungan impor.
Norwegia sudah membuktikan: minyak bisa habis, tapi bangsa yang belajar dari minyak tidak akan pernah miskin. ODM migas adalah jalan Indonesia untuk berdiri di atas kakinya sendiri, menciptakan, bukan membeli; memimpin, bukan mengikuti.
Saat minyak dijadikan sekolah teknologi bangsa, barulah kita bisa mengatakan dengan bangga: tidak ada yang tertinggal di belakang.