Monetisasi Flare Gas untuk Transisi Energi

Catatan: Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi CNBCIndonesia.com
Gelombang besar sedang bergerak di depan mata. Dunia memasuki babak baru transisi energi, dan bagi Indonesia, inilah momen yang menentukan arah masa depan.
McKinsey & Company, firma konsultan global, memprediksi bahwa pada tahun 2025, teknologi energi bersih seperti hidrogen, CCUS, dan e-fuels akan keluar dari tahap uji coba menuju skala komersial.
Negara dan perusahaan yang bergerak cepat akan menguasai pasar yang nilainya bisa mencapai triliunan dolar Amerika Serikat dalam satu dekade ke depan. Lalu, bagaimana dengan Indonesia?
Indonesia punya semua modal untuk memimpin, cadangan minyak dan gas yang masih besar, infrastruktur yang terbangun, posisi geografis strategis di jalur perdagangan energi dunia, dan pasar domestik yang terus tumbuh.
Tetapi modal saja tidak cukup. Kita harus berani melompat dari zona nyaman produksi minyak dan gas tradisional menuju model bisnis energi bersih yang terintegrasi.
Bayangkan sebuah lapangan migas tua di lepas pantai Kalimantan yang tidak lagi hanya memompa minyak, tetapi juga menjadi pusat penangkapan dan penyimpanan karbon untuk industri Asia Tenggara.
Bayangkan fasilitas gas di Natuna yang bukan hanya memasok LNG, tetapi juga menghasilkan hidrogen biru untuk diekspor ke Jepang dan Korea Selatan.
Bayangkan platform lepas pantai yang diubah menjadi pembangkit tenaga angin, menggerakkan elektrolisis air untuk memproduksi hidrogen hijau yang menjadi bahan bakar masa depan transportasi global.
Ini bukan sekadar mimpi. Semua ini bisa menjadi kenyataan dalam tiga tahun jika kita menggabungkan disiplin operasional kelas dunia dengan inovasi teknologi yang sudah terbukti di panggung global.
Hilangkan kebocoran produksi hingga di bawah satu persen dengan pemantauan real-time berbasis AI. Tingkatkan profit tiga kali lipat melalui optimalisasi aset dan monetisasi produk sampingan seperti e-fuels.
Gunakan kreativitas dan karya anak bangsa untuk merancang solusi yang tidak hanya mengikuti tren dunia, tetapi memimpin arah baru.
Waktu kita terbatas. Jendela kesempatan hanya akan terbuka sebentar sebelum pasar dan teknologi kunci dikunci oleh negara lain.
Pilihannya sederhana: kita bergerak cepat dan memimpin, atau kita tertinggal dan menonton negara lain memanen peluang emas ini.
Indonesia sudah terlalu besar untuk hanya menjadi penonton. Saatnya mengukir masa depan sebagai pemimpin energi bersih regional, dari hulu migas hingga inovasi energi yang mengubah peta dunia.