Jebakan Pseudo Safety dan Peran Ideal Regulator Keselamatan

Ardhana Sitompul, CNBC Indonesia
14 January 2025 10:55
Ardhana Sitompul
Ardhana Sitompul
Ardhana Sitompul merupakan alumni PLP Curug. Titel Magister Manajemen Jurusan Manajemen Strategis diraihnya dari Universitas Gadjah Mada. Ardhana dikenal sebagai profesional di bidang keselamatan penerbangan dengan pengalaman lebih dari 30 tahun dalam as.. Selengkapnya
Firefighters take a look at the wreckage of the aircraft that crashed after it went off the runway, at Muan International Airport, in Muan, South Korea, December 31, 2024. REUTERS/Kim Hong-Ji
Foto: Puing pesawat Jeju Air. (REUTERS/Kim Hong-Ji)

Catatan: Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi CNBCIndonesia.com

Apa itu Pseudo Safety?
Pseudo safety atau keselamatan semu mengacu pada situasi di mana keselamatan hanya diklaim ada atau hanya tampak aman di permukaan tetapi sebenarnya tidak memberikan perlindungan yang memadai.

Ini bisa terjadi karena peralatan yang tidak adekuat, pelatihan yang tidak efektif atau ketentuan yang dibuat hanya untuk memenuhi persyaratan tanpa benar-benar meningkatkan keselamatan. Ini seperti ilusi keselamatan yang menipu kita untuk merasa aman, padahal risiko sebenarnya masih tinggi.

Dalam konteks yang lebih sederhana, pseudo safety adalah seperti gembok yang terlihat kokoh, namun mudah dibobol.

"Pseudo safety" seringkali menjadi celah dalam suatu industri karena menyimpan risiko yang tersembunyi atau tidak teridentifikasi. Kondisi ini dapat muncul akibat berbagai faktor, mulai dari kesalahan persepsi, kegagalan dalam mengidentifikasi bahaya, hingga tekanan untuk mencapai target bisnis.

Mengapa Pseudo Safety Berbahaya?
a. Kepercayaan Berlebihan: Kondisi ini terpicu oleh kepercayaan berlebihan pada sistem atau individu tertentu, sehingga potensi bahaya diabaikan.
b. Kegagalan dalam Identifikasi Bahaya: Risiko yang diabaikan atau jarang terjadi seringkali luput dari perhatian.
c. Normalisasi Deviasi: Tindakan yang menyimpang dari prosedur standar dapat dianggap normal seiring waktu, sehingga meningkatkan resiko insiden atau kecelakaan (accident).

Pseudo safety adalah jebakan yang berbahaya dan berpotensi merugikan karena alokasi sumber daya menjadi tidak tepat sasaran sementara biaya terbuang percuma. Kondisi ini bisa timbul karena ketidaktahuan, misintepretasi ataupun malah sebaliknya, disengaja dan disadari oleh oknum tertentu.

Sebagaimana dokter yang membutuhkan hasil pemeriksaan laboratorium untuk mendiagnosa penyakit pasien demikian pula divisi keselamatan menetapkan indikator dengan parameter yang terukur.

Beberapa informasi teknis ini tidak mudah dipahami oleh pemilik atau atasan yang minim wawasannya tentang keselamatan. Bahkan atas pertimbangan tertentu seperti perspektif dan pengalaman individu, tingkat resiko tertentu diabaikan atau tidak disampaikan secara transparan.

Dengan memahami konsep pseudo safety dan mengambil langkah-langkah yang tepat, kita dapat meningkatkan keselamatan diri sendiri dan masyarakat sekitar serta kesinambungan eksistensi aset pribadi maupun pihak lain.

Mencegah Jebakan Pseudo Safety
Untuk mencegah terjadinya hal yang fatal & kerugian materil serta immateril akibat pseudo safety, perlu dilakukan upaya yang komprehensif, antara lain:

a. Membangun Budaya Keselamatan yang kuat: Membangun budaya di mana keselamatan adalah prioritas utama dan karyawan merasa aman untuk melaporkan masalah tanpa khawatir dihukum atau disanksi. Hal ini dikenal dengan istilah Budaya Adil (just culture).

b. Pelatihan profesional yang efektif: Melakukan pelatihan yang realistis dan berfokus pada pengembangan ketrampilan pemecahan masalah.
c. Analisis insiden secara detail: Melakukan analisis yang mendalam terhadap setiap insiden untuk mengidentifikasi akar penyebab dan mencegah terulangnya kejadian serupa.
d. Pemantauan Kinerja Secara Berkala: Melakukan pemantauan kinerja keselamatan secara berkala untuk mengidentifikasi tren negatif dan mengambil tindakan korektif.
e. Komunikasi yang Efektif: Memastikan komunikasi yang efektif antara semua pihak yang terlibat. Istilah transparan namun tidak telanjang adalah strategi komunikasi yang bersifat terbuka dan fokus pada hal yang substansial.

Dengan memahami konsep pseudo safety dan menerapkan langkah pencegahan yang tepat, kita dapat meningkatkan level keselamatan, mengurangi risiko kecelakaan dan mengalokasikan sumber daya secara tepat, efektif dan efisien.

Penting untuk diingat bahwa keselamatan adalah tanggung jawab bersama. Selain pelaku industri, masyarakat pun memiliki peran penting dalam menjaga keselamatan. Masyarakat wajib memahami aturan yang berlaku dan patuh kepada instruksi dari profesional yang bertugas.

Regulator memiliki peran yang sangat krusial dalam mencegah terjadinya pseudo safety. Mereka bertindak sebagai pengawas standar keselamatan (safety oversight) dan memastikan semua pihak yang terlibat dalam industri tidak sekedar patuh kepada regulasi namun juga mengimplementasi protokol keselamatan secara efektif.

Menurut penulis berikut adalah beberapa peran ideal regulator:

1. Pembuatan kebijakan dan Penegakan Aturan (Law Enforcement) :
Aturan Keselamatan: Regulator menetapkan aturan yang transparan dan tidak multi-intepretasi untuk semua proses bisnis.
Sertifikasi: Regulator mengeluarkan sertifikasi kepada pelaku industri, safety sensitive personnel dan fasilitas pendukung serta memastikan semua persyaratan yang ditetapkan terpenuhi.
Inspeksi Berkala: Melakukan inspeksi secara berkala terhadap semua pemangku kepentingan dan fasilitas terkait untuk memastikan kepatuhan terhadap peraturan.
Penegakan Aturan: Pelanggaran aturan memiliki konsekuensi baik materil maupun immateril baik kepada industri maupun secara pribadi.

2. Penyelidikan Insiden dan Kecelakaan yang bersifat Close Loop:
Analisis Mendalam: Setelah terjadi insiden atau kecelakaan, regulator berpartisipasi aktif dalam investigasi untuk mengidentifikasi penyebab kecelakaan,
Rekomendasi dan Pemantauan: Berdasarkan hasil investigasi, regulator mengeluarkan rekomendasi untuk mencegah terjadinya kecelakaan serupa di masa mendatang. Tahap selanjutnya adalah memantau (monitoring) apakah rekomendasi tersebut efektif atau perlu direvisi.

3. Pengembangan Sistem Pelaporan:
Program Pelaporan Insiden: Mendorong semua pihak untuk melaporkan setiap safety event, insiden atau near-miss. Manfaatkan teknologi Big Data, Artificial Intelligence dan lain-lain sehingga proses analisis akar permasalahan (root cause analysis) dilakukan secara cepat & akurat.
Analisis Data: Menganalisis data yang diperoleh dari laporan insiden atau kecelakaan untuk mengidentifikasi tren dan memprediksi masalah yang berpotensi terjadi di masa depan.

4. Promosi Budaya Keselamatan:
Edukasi: Melakukan kampanye edukasi untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya keselamatan di kalangan pemangku kepentingan termasuk masyarakat awam.
Kerja sama: Kerja sama lintas industri untuk mempromosikan budaya keselamatan yang kuat.

5. Pemantauan Teknologi:
Evaluasi Teknologi Baru: Menguji dan mengevaluasi teknologi baru yang digunakan untuk memastikan keamanan dan keandalannya.
Pembaruan Peraturan: Memperbarui peraturan yang ada untuk mengakomodir perubahan jaman dan perkembangan teknologi.

6. Kolaborasi Internasional:
Standar Internasional: Bekerja sama dengan organisasi internasional untuk mengembangkan dan menerapkan standar keselamatan yang konsisten di seluruh dunia.
Pertukaran Informasi: Berbagi informasi dan pengalaman dengan regulator dari negara lain.

Mengapa Peran Regulator Sangat Penting?
a. Mencegah Kecelakaan: Dengan menetapkan standar yang tinggi dan melakukan pengawasan yang ketat, regulator dapat mencegah terjadinya kecelakaan yang disebabkan oleh permasalahan sistemik atau kegagalan organisasi pelaku industri.

b. Memastikan Kepercayaan Publik: Regulator memberikan jaminan keselamatan kepada masyarakat dan melibatkan publik untuk ikut berpartisipasi dalam pelaporan.

c. Mendorong Peningkatan Industri: Dengan terus meningkatkan standar keselamatan, regulator mendorong industri untuk terus berinovasi dan meningkatkan kualitas layanan.

Tantangan yang berpotensi dihadapi oleh Regulator
a. Tekanan Industri: Regulator seringkali menghadapi tekanan dari pelaku industri untuk meringankan peraturan, mempercepat proses sertifikasi atau perijinan,
Perkembangan Teknologi yang Cepat: Sulit untuk terus mengikuti perkembangan teknologi yang sangat cepat dalam industri.

b. Sumber Daya yang Terbatas: Regulator seringkali memiliki sumber daya manusia dan anggaran yang terbatas untuk menjalankan tugasnya secara efektif.

c. Mekanisme Birokrasi dan kelembagaan: Tidak mudah bagi Regulator untuk melakukan reorganisasi dan menyesuaikan dengan perubahan tugas pokok dan fungsi yang baru.

Peran regulator dalam mencegah pseudo safety sangatlah penting. Dengan menjalankan tugasnya secara efektif bekerja sama dengan para pelaku industri, regulator dapat menciptakan ekosistem industri yang aman dan terpercaya.

Dukungan secara politis dari wakil rakyat dan pemerintah dibutuhkan untuk memperkuat Regulator, sebagaimana peran aktif masyarakat menyampaikan koreksi dan informasi keselamatan.


(miq/miq)

Tags
Recommendation