Minyak Makan Merah dan Masa Depan Hilirisasi Kelapa Sawit Indonesia

M Pradana Indraputra CNBC Indonesia
Senin, 27/05/2024 14:45 WIB
M Pradana Indraputra
M Pradana Indraputra
Muhammad Pradana Indraputra atau biasa dikenal dengan sapaan Mas Dana merupakan Staf Khusus Bidang Percepatan Penyelesaian Isu Strategis Sek... Selengkapnya
Foto: Ilustrasi minyak makan merah. (Freepik)

Perkembangan industri komoditas kelapa sawit Indonesia semakin menunjukkan kemajuan signifikan. Hal ini dibuktikan dengan peresmian pabrik minyak makan merah (M3) pertama di tanah air oleh Presiden Joko Widodo di Pagar Merbau, Kabupaten Deli Serdang, Sumatra Utara, pada 14 Maret 2024.

Pabrik milik PTPN III itu merupakan langkah strategis dalam upaya peningkatan nilai tambah komoditas kelapa sawit melalui proses hilirisasi, yaitu pengolahan tandan buah segar (TBS) menjadi produk siap pakai.


Keberadaan pabrik M3 ini menjadi angin segar bagi petani sawit dalam negeri. Dengan kapasitas produksi 10 ton CPO (crude palm oil) per hari, pabrik ini mampu menghasilkan sekitar 7 ton minyak makan merah setiap harinya.

Tentu hal ini akan memberikan nilai tambah yang baik bagi para petani sawit, utamanya yang tergabung dalam koperasi. Sehingga mereka dapat mengumpulkan dan
menjual hasil panen mereka secara kolektif ke pabrik M3, sehingga meningkatkan daya tawar mereka. Harga TBS pun diharapkan lebih stabil karena bahan baku diolah langsung menjadi barang jadi.

Minyak makan merah memiliki keunggulan dari segi harga dan gizi. Tanpa subsidi pemerintah, M3 dijual dengan harga Rp14.500 per liter. Bahkan dengan subsidi, harga jualnya bisa mencapai Rp8.000 saja. Hal ini dimungkinkan karena efisiensi dalam proses distribusi dari TBS ke pabrik.

Dari segi kualitas, M3 terbukti lebih sehat dengan kandungan Vitamin A dan E yang terjaga hingga dikonsumsi. Ini menjadikan M3 sebagai alternatif minyak goreng yang ekonomis dan berkualitas bagi masyarakat.

Dalam rapat kerja bersama Komisi VI DPR RI Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan bahwa dirinya yakin minyak makan merah akan laku di pasaran sebagai alternatif minyak kelapa sawit.

Potensi M3 tidak hanya sebatas pasar domestik, namun juga merambah pasar ekspor. Teten menyatakan bahwa minyak makan merah terbukti laku dan sudah diekspor ke Malaysia.

Ini menjadi indikasi bahwa produk M3 memiliki daya saing yang potensial di kancah internasional. Dengan luas lahan perkebunan sawit yang mencapai 5,3 juta hektare kebun kelapa sawit dengan 40,5 persen atau 6,2 juta hektare di antaranya dimiliki oleh petani sawit, produksi minyak makan merah ini diyakini presiden dapat meningkatkan daya saing produk petani sawit dalam negeri.

Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan akses masyarakat terhadap minyak goreng yang murah dan berkualitas, terutama di wilayah-wilayah sentra produksi sawit. Selain manfaat ekonomi, M3 juga berpotensi memberikan dampak positif bagi kesehatan masyarakat.

Kandungan gizi yang baik dalam M3 diyakini dapat menjadi solusi atas permasalahan stunting, khususnya di wilayah pedesaan. Ini sejalan dengan upaya pemerintah saat ini dan program Presiden Republik Indonesia Terpilih dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia, terutama dalam bidang kesehatan dan gizi.

Optimisme terhadap masa depan industri sawit Indonesia semakin kuat dengan kinerja ekspor yang terus membaik. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik pada bulan Januari 2024, minyak kelapa sawit menjadi salah satu komoditas unggulan ekspor Indonesia pada Januari 2024 dengan kontribusi sekitar 33,72 persen.

Badan Pusat Statistik juga menyebutkan pada tahun 2022, Indonesia telah mengekspor sebanyak 26,2 juta ton produk minyak kelapa sawit dari Indonesia
dengan tujuan ekspor terbesar ke India dan disusul oleh Tiongkok.

Selain itu, pada tahun 2022, kontribusi Indonesia terhadap volume minyak kelapa sawit masih terbesar, dengan kontribusi sebanyak 46,50 juta ton dan kedua Malaysia sebesar 19,80 juta ton. Sedangkan negara lainnya kurang dari 3,26 juta ton. Ini membuktikan bahwa produk turunan sawit Indonesia memiliki daya saing yang besar di pasar global.

Untuk mendukung hilirisasi kelapa sawit, khususnya dalam pengembangan M3, ada beberapa rekomendasi kebijakan strategis yang dapat dipertimbangkan pemerintah Indonesia. Pertama, pemerintah dapat mendukung konsumsi M3 secara meluas dan menyeluruh melalui program bantuan sosial.

Ahli Gizi Universitas Airlangga Lailatul Muniroh mengeklaim M3 memiliki kandungan nutrisi yang baik untuk anak-anak karena mengandung asam oleat dan asam linoleat, yaitu kelompok asam lemak omega-9 dan omega-6 yang penting untuk perkembangan otak anak.

Program ini juga merupakan upaya untuk mendukung program pemerintah dalam menanggulangi angka stunting di Indonesia yang masih cukup tinggi yaitu 21,6% berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022.

Kedua, memperkuat kerja sama dengan pemerintah daerah dan asosiasi petani sawit untuk memastikan ketersediaan dan pemberdayaan TBS yang berkualitas dan berkelanjutan melalui aplikasi mobile. Aplikasi mobile tersebut nantinya terintegrasi dengan database pemerintahan terkait dan dapat digunakan oleh para petani sawit untuk melaporkan hasil produksi dan pemberdayaan secara berkala.

Di sisi lain, database tersebut dapat meningkatkan kemampuan pemerintah dalam menelusuri dan mengamati ekspor produk minyak kelapa sawit. Secara keseluruhan, database tersebut nantinya akan mempermudah informasi ketersediaan bahan baku untuk produksi minyak makan merah.

Selain itu, database ini juga dapat mendukung aspek traceability yang sangat penting dalam ekspor minyak sawit dunia, terutama ke negara-negara Eropa dan Amerika yang menjunjung tinggi konsep ini.

Dengan adanya fitur traceability, setiap produk minyak sawit yang diekspor dapat dilacak asal-usulnya hingga kontribusi petani dalam batch produk ekspor terkait. Hal ini akan meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam rantai pasok minyak sawit, serta memastikan bahwa produk yang diekspor memenuhi standar keberlanjutan yang dipersyaratkan oleh negara tujuan.

Lebih lanjut, pemerintah Indonesia juga dapat memanfaatkan database ini untuk mempromosikan kisah para petani di balik panen buah kelapa sawit. Dengan mengangkat cerita tentang kehidupan dan perjuangan petani sawit, pemerintah dapat membangun citra positif industri sawit Indonesia di mata dunia.

Kisah-kisah ini dapat disajikan melalui konten multimedia yang menarik dan informatif, sehingga konsumen di negara tujuan ekspor dapat lebih memahami dan
menghargai upaya keberlanjutan yang dilakukan oleh para petani sawit Indonesia.

Ketiga, pemerintah dapat mengoptimalkan peran Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) untuk mempercepat promosi dan realisasi investasi di sektor hilir sawit di daerah, terkhususnya dalam pengembangan industri M3.

Dengan berbagai keunggulan yang dimiliki, M3 berpotensi besar menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Ekspor M3 tidak hanya akan meningkatkan devisa negara, tetapi juga membuka lapangan kerja baru dan meningkatkan kesejahteraan 2,6 juta kepala keluarga petani sawit di Indonesia. Ini sejalan dengan cita-cita Indonesia untuk lepas dari jebakan nilai tambah rendah dan menuju industri sawit yang mandiri dan berdaya saing global.

Peresmian pabrik M3 pertama di Indonesia menjadi tonggak sejarah baru dalam perjalanan industri sawit nasional. Ini membuktikan keseriusan pemerintah dalam mendorong hilirisasi dan peningkatan nilai tambah produk sawit.

Dengan dukungan seluruh pemangku kepentingan, termasuk kebijakan strategis dari Kementerian Investasi/BKPM, Indonesia sudah berada di jalur yang tepat untuk menjadi pemain utama industri sawit dunia yang tidak hanya mengekspor TBS dan CPO, tetapi juga produk-produk turunan bernilai tambah tinggi seperti minyak makan merah.


(miq/miq)