
Membandingkan Debat Capres & Cawapres di Indonesia Hingga Peru

h. Penyelenggaraan Debat Calon Presiden dan Wakil Presiden di Peru
Penyelenggaraan debat di Peru hanya dilakukan untuk kandidat presiden saja. Debat diselenggarakan oleh Dewan Pemilu Nasional bekerja sama dengan lembaga penyiaran dan organisasi internasional.
Debat presiden dilaksanakan sebanyak 3 (tiga) kali, yang mana 1 (satu) kali sebelum pilpresputaran pertama, dan 2 (dua) kali setelah pilpres putaran pertama. Debat pertama diikuti oleh seluruh kandidat, dan debat kedua dan ketiga diikuti oleh capresdengan perolehan suara tertinggi yang akan kembali bertarung pada pilpres putaran kedua.
Debat dilaksanakan secara head to head sehingga ada pembagian kelompok. Debat dipimpin oleh seorang moderator. Adapun audiens dapat mengajukan pertanyaan paling banyak 10 (sepuluh) pertanyaan. 10 pertanyaan tersebut merupakan 10 pertanyaan terpilih yang disaring dari kumpulan pertanyaan yang dikirimkan kepada website penyelenggara. Debat disiarkan secara langsung oleh stasiun televisi yang telah ditunjuk sebelumnya.
Pada tahun 2016, debat putaran pertama diikuti oleh 10 kandidat yang terbagi atas 5 (lima) kelompok debat, yaitu:
1. Antara Alan García melawan Fernando Olivera;
2. Pedro Pablo Kuczcynski melawan Antero Flóres-Araoz;
3. Alfredo Barnechea melawan Gregorio Santos;
4. Keiko Fujimori melawan Miguel Hilario;
5. Verónika Mendoza melawan Alejandro Toledo
Selanjutnya pada debat terakhir diikuti oleh Keiko Fujimori dan Pedro Pablo Kuczcynski. Pemilihan akhirnya dimenangkan oleh Pedro Pablo Kuczcynski.
i. Penyelenggaraan Debat Calon Presiden dan Wakil Presiden di Filipina
Penyelenggaraan debat capres dan cawapres di Filipina untuk pertama kali diselenggarakan pada tahun 2016. Penyelenggaraan debat capres dilaksanakan sebanyak 3 (tiga) kali, sedangkan debat cawapres dilaksanakan sebanyak 1 (satu) kali.
Pada debat capres yang pertama, dilaksanakan dengan format dual moderator. Topik debat pertama ini adalah tentang kemiskinan, isu Mindanao, dan latar belakang para kandidat. Debat kedua dilaksanakan dengan format panel. Adapun topik yang diperdebatkan adalah tentang kesehatan, siaga bencana dan perubahan iklim, dan korupsi.
Sedangkan debat capres ang ketiga dilaksanakan dengan format Town Hall, yang mana audiens terpilih akan dapat menyampaikan pertanyaannya secara langsung. Topik yang akan diperdebatkan adalah tentang kemacetan dan transportasi publik, reformasi pemilu dan politik, politik luar negeri, pajak, dan pertahanan nasional.
Adapun debat cawapres dilaksanakan dengan format panel. Pelaksanaan debat disiarkan secara langsung pada televisi nasional yang sudah ditentukan oleh Commission on Elections (Comelec). Debat kandidat ini diikuti oleh seluruh kandidat, yaitu Jejomar Binay, Miriam Defensor Santiago, Rodrigo Duterte, Grace Poe dan Mar Roxas.
j. Penyelenggaraan Debat Calon Presiden dan Wakil Presiden di Taiwan
Pelaksanaan debat capres dan cawapres di Taiwan diselenggarakan atas kesepakatan antara partai politik pengusung capres dan cawapres dengan lembaga penyiaran nasional. Sedangkan Central Election Commission/CEC (KPU-nya Taiwan) hanya memberikan persetujuan atas kegiatan tersebut.
Debat dilaksanakan sebanyak 3 (tiga) kali, yakni 2 (dua) kali debat capres dan 1 (satu) kali debat cawapres, yang mana debat cawapres dilaksanakan terlebih dahulu, dan selanjutnya debat capres.
Pada tahun 2016 debat diikuti oleh seluruh kandidat, baik itu capres maupun cawapres. Debat cawapres diikuti oleh Wang Ju-hsuan dari Partai Kuomintang (KMT), Chen Chien-jen dari Democratic Progressive Party (DPP), dan Hsu Hsin-ying dari People First Party (PFP).
Adapun debat capres diikuti oleh Eric Chu dari Partai Kuomintang, Tsai Ing-wen dari Democratic Progressive Party (DPP), dan James Soong dari People First Party (PFP). Penyelenggaraan debat dilaksanakan atas kerja sama dari berbagai pihak sponsor; The Nine Media, Central News Agency (CNA), Public Television Service, United Daily News, the China Times, the Liberty Times, Apple Daily, Sanlih E-Televison (SET-TV), Google dan Watchout Company.
k. Penyelenggaraan Debat Calon Presiden dan Wakil Presiden di Amerika Serikat
Amerika Serikat telah menyiarkan debat capres dan cawapressejak tahun 1960. Pelaksanaan debat di Negeri Paman Sam tidak diselenggarakan oleh lembaga pemilu-nya, melainkan oleh suatu lembaga yang telah terinstitusional yang dinamakan Commission On Presidental Debates (CPD).
Pengaturan debatnya pun telah dilakukan sejak tahun 1960. Commission On Presidental Debates menyelenggarakan debat capres sebanyak 3 (tiga) kali debat dan cawapres sebanyak 1 (satu) kali debat. Adapun lokasi debat dilaksanakan di wilayah kampus.
Debat di AS telah menjadi salah satu metode kampanye yang sangat efektif dan bermanfaat, tidak hanya manfaat dari sisi demokrasi sebagai pembelajaran politik, tetapi juga dari sisi elektabilitas para kandidat calon presiden dan wakil presiden. Keberhasilan kandidat dalam debat dari masa ke masa turut mengalami perkembangan.
Terdapat beberapa variabel yang mempengaruhi elektabilitas seseorang atas kemenangan debat kandidat, diantaranya:
1. Nilai atas debat,
2. Keterjangkauan tayangan kegiatan debat bagi pemilih,
3. Respons media sosial
Nilai atas debat biasanya dikeluarkan oleh media-media ternama yang memberikan nilai atas keberhasilan seseorang kandidat dalam debat, misalnya CNN/ORC. Adapun keterjangkauan tayangan kegiatan debat bagi pemilih turut dipengaruhi oleh perkembangan media televisi.
Seperti yang dituliskan Pippa Norris dalam Campaign Communications, televisi merupakan media informasi dan komunikasi yang utama di AS. Dalam sejarah debat AS, jumlah penonton terbesar dalam sejarah debat presiden di AS adalah 80,6 juta penonton, tercatat dalam debat antara Jimmy Carter dan Ronald Reagan pada 1980.
Rekor ini akhirnya dipecahkan oleh debat calon presiden antara Hillary Clinton dan Donald Trump dengan jumlah penonton 84 juta penonton. Namun, perlu diketahui bahwa saat debat Carter-Reagan, penduduk AS hanya 226 juta jiwa. Sedangkan, saat debat Clinton-Trump, penduduk AS telah bertambah menjadi 324 juta jiwa. Setelah itu, tidak pernah ada perdebatan politik yang melebihi 70 juta penonton.
Sebagai tambahan, menurut pengamat debat kandidat merupakan poin utama kemenangan Ronald Reagan dalam 2 (dua) pemilu, yang mana pada pemilu pertama menang melawan petahana dan terkenal dengan pernyataannya "Are you better off than you were four years ago?" (apakah kamu merasa lebih baik daripada empat tahun lalu?).
Selanjutnya, pada pemilu kedua Ronald Reagan yang dinilai sudah terlalu tua untuk menjadi presiden dan kalah dalam debat sebelumnya, akhirnya berbalik menang atas lawannya saat itu Walter Mondale dan terkenal dengan pernyataannya "I will not make age an issue of this campaign. I am not going to exploit, for political purposes, my opponent's youth and inexperience." ("Saya tidak akan menjadikan usia sebagai isu pada kampanye ini, saya tidak akan memanfaatkannya untuk tujuan politik, bagi lawan saya yang muda dan belum berpengalaman.").
Adapun respons media sosial dapat kita lihat pada debat Clinton-Trump, yang mana saat debat Clinton-Trump berlangsung, ada 17,1 juta interaksi Twitter yang melibatkan 2,7 juta akun.
Adapun format debat capres dan cawapres AS adalah sebagai berikut:
1. Debat dilaksanakan selama 90 menit,
2. Debat berlangsung selama 6 (enam) segment, masing-masing 15 menit/segmen,
3. Setiap segmen diawali dengan sebuah pertanyaan dari moderator, lalu dijawab oleh para kandidat, masing-masing selama 2 (dua) menit. Selanjutnya, baik moderator maupun kandidat lain dapat menenggapi jawaban masing-masing kandidat jika waktu masih tersedia,
4. Setiap kandidat tidak diperbolehkan membawa catatan apapun ke atas panggung, tetapi mereka diperkenankan untuk menulis ide,
5. Debat cawapres memiliki aturan yang sama, kecuali durasi waktu 90 menit yang dibagi ke dalam 9 (sembilan) segmen,
6. Pemilih berhak mengajukan pertanyaan yang selanjutnya disaring dan dipilih oleh Commission on Presidental Debates untuk diserahkan ke moderator. Moderator memiliki wewenang untuk menentukan dibacakan atau tidaknya pertanyaan terpilih tersebut.
Berdasarkan beberapa ulasan singkat di beberapa negara di atas, diketahui bahwa terdapat beberapa perbedaan dari penyelenggaraan debat di beberapa negara, seperti dari penyelenggara, frekuensi debat hingga format debatnya. Dari 11 (sebelas) negara yang diulas, terdapat 1 (satu) negara yang menyelenggarakan debat tanpa moderator yakni Austria, sedangkan 10 (sepuluh) negara lainnya menggunakan moderator.
Frekuensi debat di beberapa negara juga beragam, hanya Indonesia yang melaksanakan debat hingga 5 (lima) kali, selebihnya melaksanakan debat paling banyak 4 (empat) kali. Penyelenggara debat di beberapa negara juga beragam, ada yang diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan di negara tersebut, seperti di Indonesia, Kenya, dan Filipina.
Penyelenggara debat di Malawi diselenggarakan oleh task force yang dibentuk oleh Komisi Pemilihan Umum Malawi. Debat di AS diselenggarakan oleh lembaga independen yang sudah terinstitusional, yakni Commission on Presidential Debates (CPD).
Selain itu, beberapa negara penyelenggaraan debatnya dilaksanakan atas kerjasama lembaga penyiaran dan NGO. Adapun dari beberapa perbedaan bentuk penyelenggaraan debat di beberapa negara di atas, terdapat beberapa lesson learned yang dapat menjadi alternatif pilihan ketika penyelenggaraan debat.
Misalnya penyelenggaraan debat yang dapat diproyeksikan melalui penyelenggaraan oleh sebuah lembaga independen dan terinstitusional tersendiri, seperti Commission on Presidential Debates (CPD) di AS, ataupun penyediaan waktu untuk audiens terpilih untuk menyampaikan pertanyaannya secara langsung kepada capres dan cawapres.