Pelabuhan Gdansk yang Makin G(a)dang

Siswanto Rusdi, CNBC Indonesia
12 January 2024 15:40
Siswanto Rusdi
Siswanto Rusdi
Siswanto Rusdi adalah pendiri dan Direktur The National Maritime Institute (Namarin), lembaga pengkajian yang fokus di bidang pelayaran, pelabuhan, MET (Maritime Education and Training (MET), dan keamanan maritim. Ia berlatar belakang pendidikan pascasarja.. Selengkapnya
Pelabuhan Gdansk. (Tangkapan Layar/portgdansk.pl)
Foto: Pelabuhan Gdansk. (Tangkapan layar situs www.portgdansk.pl)

Catatan: Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi CNBCIndonesia.com

G(a)dang, selanjutnya akan ditulis gadang, merupakan sebuah kata dalam bahasa Minangkabau yang artinya besar, tinggi atau kata semakna lainnya. Jadi, kalau melihat judul artikel ini, itu berarti salah satu pelabuhan di Polandia itu semakin besar performanya.

Begitulah yang dapat saya simpulkan dari berbagai sumber. Dan, situasi ini, sampai derajat tertentu, perlu diketahui oleh publik domestik karena Polandia dan Indonesia sedang memperdalam hubungan perekonomian bilateral di mana peran pelabuhan jelas amat sentral.

Awalnya adalah perang Rusia-Ukraina yang meletus sekitar Februari 2022. Kondisi itu benar-benar mengubah rantai pasokan yang ada di Eropa khususnya dan di dunia pada umumnya. Sehingga, perombakan perekonomian benua tersebut merupakan pilihan yang tidak terhindarkan.

Khusus bagi Polandia, caranya adalah melalui Pelabuhan Gdansk yang dalam situasi tak menentu akibat perang kedua negara di atas harus mencari pasokan barang dari arah baru sama sekali. Hal ini dimungkinkan karena pelabuhan tersebut memiliki akses langsung ke laut lepas.

Karenanya, Pelabuhan Gdańsk ditargetkan menempati posisi pertama di Laut Baltik. Dalam bahasa yang lebih spesifik, ia diharapkan melampaui batasan 100 juta ton transshipment dan mampu bersaing secara setara dengan pelabuhan utama lainnya di Eropa.

Berdasarkan data Badan Statistik Eropa (Eurostat), pelabuhan Polandia tersebut mencatatkan peningkatan terbesar. Pada 2022 misalnya, kinerjanya tumbuh sebesar 40% lebih tinggi dibanding 2021. Ini berarti ia menyalip, antara lain, Bremerhaven, Marseille, dan Barcelona.

Sementara pada kuartal pertama 2023 menempati peringkat ke 5 di Uni Eropa dengan pertumbuhan sebesar 51%. Di sisi lain, pelabuhan-pelabuhan utama Eropa seperti Rotterdam, Antwerp-Bruges dan Hamburg mencatatkan penurunan.

Sejatinya Pelabuhan Gdańsk telah bertumbuh dengan perkembangan tercepat di Eropa selama satu dekade belakangan. Namun, karena situasi geopolitik di Benua Biru terjadi lompatan besar dalam aktivitas transshipment atau alih muatan. Kita menyebutnya blessing in disguise.

Pada 2022 saja, alih muatan meningkat sebesar 15 juta ton, dan I 2023 meningkat sebesar 13 juta ton. Skala pertumbuhannya dalam dua tahun terakhir setara dengan transshipment seluruh Pelabuhan Gdynia, pelabuhan lain di Polandia.

Adapun komoditas yang dialihmuatkan melalui Pelabuhan Gdansk mencakup energi, batu bara, minyak mentah, dan bahan bakar minyak. Tahun lalu, transshipment batu bara di pelabuhan ini mencapai 12,8 juta ton. Namun kenaikan terbesar terjadi pada bahan bakar cair; meningkat dari 23 juta ton menjadi 34,4 juta.

Kita harus memperhitungkan bahwa dalam belasan tahun ke depan, beberapa sektor perekonomian akan berbasis pada hidrokarbon. Pada 2024 ini diprediksi akan terjadi peningkatan lebih lanjut dalam aktivitas transshipment, sekira 87 juta ton.

Menghadapi perjalanan ke depan, Pelabuhan Gdansk kini sedang dalam proses pengembangan. Salah satunya adalah perluasan kawasan industri Quay. Pada Januari ini, proyek perkuatan dermaga dan fender-nya akan dimulai.

Menelan investasi sebesar hampir PLN 28 juta, kedalaman kolam dermaga akan ditingkatkan menjadi 10 m yang secara signifikan akan meningkatkan kemampuan transhipment operator. Pengerjaan akan dilakukan secara bertahap pada ruas dengan total panjang 802 m.

Lalu, akan dibangun pula empat dermaga lagi dengan total panjang hampir 2 kilometer. Selain itu, sistem jalan raya dan kereta api di pedalaman Wiślane Quay akan dibangun kembali.

Tidak ketinggalan, terminal peti kemas Baltic Hub juga mau dikembangkan. Bagian pertama dermaga T3 dijadwalkan akan diluncurkan pada paruh pertama tahun 2025. Kemampuannya akan mencapai 4,5 juta TEU setiap tahunnya.

Pertanyaannya, apa hubungan semua itu dengan Indonesia? Jelas amat sangat terkait dengan kita. Soalnya, Pelabuhan Gdansk bisa dijadikan pintu masuk ekspor nasional ke Benua Biru. Hal ini sejalan dengan kebijakan operator pelabuhan dalam negeri, Pelindo, yang rajin membuka pelayaran langsung (direct call) ke berbagai destinasi baru.

Yang teranyar adalah pelayaran langsung ke Rusia. Polandia dapat dijadikan pintu ke Eropa karena hal ini. Polandia memiliki persamaan dengan Indonesia, yaitu sama-sama terletak di persimpangan jalan alias crossroad.

Hanya dimensinya saja yang beda. Karena Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelagic country) dimensi kemaritiman jelas lebih kental. Sementara sebagai negara land mass pastinya aspek kedaratan amat kentara bagi Polandia. Sederhananya, Indonesia berada di persimpangan antara Samudra Pasifik dan India adapun Polandia terletak di persimpangan jalur kereta api yang menghubungkan Asia dan Eropa.

Dan, itu semua ditumpukan di Malazewicze, sebuah kota kecil di sana. Kendati demikian, peran kota ini dalam dunia perlogistikan Polandia amat signifikan. Sebetulnya bukan bagi Polandia, eksistensi kota tersebut penting bagi Eropa.

Dengan posisinya sebagai titik pertemuan Asia dan Eropa, Malazewicze melayani sekitar 90% kargo China yang akan masuk ke Benua Biru menggunakan moda kereta api. Ada cerita menarik seputar konektivitas rel ini. China bermitra dengan Polandia karena ukuran standar rel keretanya sama dengan yang digunakan oleh mereka.

Sementara, standar rel negara Eropa yang lain jauh berbeda dengan Negeri Tirai Bambu dan Polandia, yakni lebih lebar. Tetapi Malazewicze juga memiliki jaringan rel yang sama ukurannya dengan tetangganya.

Walhasil, China mengumpulkan kargo mereka di sini dan selanjutnya oleh Polandia dialihkan menggunakan kereta api standar Eropa. Dengan jalur kereta api ini, bisa jadi, ekspor Indonesia yang ingin masuk ke berbagai negara Eropa Barat dapat didistribusikan. Entahlah.


(miq/miq)

Tags

Related Opinion
Recommendation