Tren Herbal dalam Produk Kosmetik Rambut: Potensi & Tantangan

Emma Sri Kuncari, CNBC Indonesia
06 November 2023 09:15
Emma Sri Kuncari
Emma Sri Kuncari
Emma Sri Kuncari merupakan seorang staf peneliti di Pusat Riset Ekologi dan Etnobiologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (sebelumnya LIPI), sejak tahun 2005. Fokus risetnya mengenai pemanfaatan tumbuhan, herbal, estetika, botani, dan hal terkait lainnya. E.. Selengkapnya
Ilustrasi kuncir kuda (Freepik)
Foto: Ilustrasi kuncir kuda (Freepik)

Catatan: Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi CNBCIndonesia.com

Rambut merupakan mahkota bagi wanita. Rambut alami yang sehat, bersih, berkilau, kencang, kuat, tebal, lembut, rapi, dan mudah diurai saat basah maupun kering merupakan idaman setiap orang karena dapat menunjang penampilan dan meningkatkan rasa percaya diri. Sudah sepantasnya kita memuliakan dan merawat rambut kita. Berbagai cara perawatan rambut perlu kita lakukan untuk menjaga kesehatan rambut.

Tren herbal dalam produk kosmetik perawatan rambut semakin berkembang dan disukai masyarakat. Pemanfaatan bahan alam sebagai komponen estetika Indonesia dalam bentuk ramuan perawatan rambut ini merupakan bagian dari sejarah dan kebudayaan masyarakat. Konsep ini bersifat unik yang membedakan dengan bangsa lain karena hanya dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri.

Penggunaan produk kosmetik rambut dipengaruhi oleh beberapa hal seperti tingkat perekonomian, pendidikan, usia, jenis kelamin, etnis, gaya hidup, pergaulan, termasuk seberapa sering orang terpapar oleh media. Berbagai media seperti televisi, internet, papan reklame, iklan, majalah, koran, dan juga media sosial terbukti sebagai media komunikasi dan informasi yang efektif dalam masyarakat.

Media berpengaruh signifikan dan mampu meresap cepat dalam kehidupan sehari-hari, termasuk informasi terkait fashion dan kecantikan ini.

Perkembangan industri kosmetik rambut
Industri kosmetik rambut telah mengalami perubahan revolusioner selama dua dekade terakhir, beradaptasi dan berinovasi dengan tren pasar dengan cara mengembangkan produk yang memenuhi kebutuhan. Fokusnya telah berubah drastis dari sekedar hanya untuk membersihkan menjadi memperbaiki, mengubah, merangsang pertumbuhan, mengurangi kerusakan hingga meningkatkan kekuatan rambut.

Berbagai prosedur estetika dan formulasi produk baru diperkenalkan, dirancang, dan berubah cepat mengikuti perkembangan zaman. Peluang ini ditangkap oleh para praktisi dan industri kosmetik relevan untuk mengembangkan produk kosmetik rambut yang menyasar berbagai kriteria rambut seperti rambut kering, rusak, rontok, berminyak, diwarnai, dan beruban.

Kosmetik rambut untuk pria sering dikaitkan dengan kaum metroseksual. Istilah metroseksual merujuk pada pria heteroseksual dengan beberapa sifat stereotip feminin, seperti selera dalam berdandan dan berbudaya. Sosiolog Toby Miller menyatakan bahwa fenomena metroseksualitas mencerminkan "pergeseran sejarah yang mengubah tubuh laki-laki" agar terlihat lebih muda, modis, bugar, dan kekinian dalam bekerja agar mendapatkan nilai yang lebih istimewa.

Potensi herbal dalam produk kosmetik rambut
Penggunaan herbal dalam kosmetika tradisional masih banyak dilakukan berdasarkan informasi secara empiris, turun temurun berdasarkan pengalaman dari generasi ke generasi. Transmisi pengalaman masih banyak dilakukan tanpa dokumen tertulis secara benar akibat masih minimnya sistem pendidikan formal terkait pengobatan herbal Indonesia.

Kosmetik herbal banyak dipilih karena dianggap lebih nyaman dan aman jika digunakan setiap hari. Selain itu untuk turut berpartisipasi dalam menjaga kelestarian lingkungan.

Beberapa kategori produk kosmetik rambut beserta herbal yang dapat digunakan, antara lain:
1. Pembersih rambut (shampoo)
Shampo merupakan produk "hair care" yang paling banyak digunakan untuk membersihkan dan merawat rambut. "Champo" dalam bahasa Hindi India berarti memijat, menguleni, sedangkan dalam bahasa Inggris "sampo" diartikan sebagai produk yang digunakan untuk membersihkan rambut dan kulit kepala. Tumbuhan yang dapat digunakan sebagai bahan pembuat shampoo diantaranya adalah legundi (Vitex trifolia L.), kelor (Moringa oleifera Lam,), murbei (Morus alba L.), kemiri (Aleurites moluccana (L.) Willd.), jeruk nipis (Citrus aurantifolia), dan mint (Mentha x piperita L.).

2. Anti ketombe
Ketombe merupakan kelainan kulit kepala yang bersisik. Dimasukkan ke dalam kategori penyakit jinak yang dialami oleh sekitar 45% populasi manusia, tanpa memandang jenis kelamin dan etnis. Penyebab ketombe bermacam-macam seperti dermatitis seboroik, eksim, infeksi jamur pada kulit kepala, kulit kepala kering, psoriasis, dan reaksi terhadap produk kosmetik rambut tertentu.

Berbagai produk anti ketombe mengandung bahan aktif yang mampu membangun kembali mikroba alami permukaan kulit. Kosmetik anti ketombe ini mulai bekerja setelah beberapa kali pemakaian, bila digunakan secara teratur akan dapat mencegahnya munculnya kembali ketombe. Herbal yang dapat digunakan untuk mengatasi ketombe diantaranya rebusan daun jambu biji (Psidium guajava L.), lidah buaya (Aloe vera (L.) Burm.f.), jeruk nipis (Citrus aurantifolia), rosemary (Rosemarinus officinalis), dan kemiri (Aleurites moluccana (L.) Willd.).

3. Penyubur rambut (untuk rambut rusak, kering, berminyak, dll)
Rambut berminyak terjadi karena pengeluaran kelenjar minyak yang berlebihan. Sebaliknya rambut kering terjadi jika sekresi kelenjar minyak (sebacea) tidak mencukupi sehingga kulit kepala tampak kencang dan kering, rambut kusam dan rapuh saat disentuh. Rambut rusak dapat terjadi karena beberapa sebab seperti trauma akibat pengaruh mekanis atau kimia yang terlalu kuat seperti obat pengeriting dan pewarna rambut.

Faktor lain adalah terjadinya pelapukan rambut akibat paparan iklim seperti sinar matahari, polutan udara, angin, air laut, buih laut, atau air kolam renang yang mengandung klor. Tumbuhan yang dapat membantu menyuburkan rambut di antaranya adalah seledri (Apium graveolens L.), kemiri (Aleurites moluccana (L.) Willd.), daging buah kelapa (Cocos nucifera L.), waru (Hibiscus tiliaceus L.), urang-aring (Eclipta prostata (L.) L.), buah avocad (Persea americana Mill.), dan lidah buaya (Aloe vera (L.) Burm.f.).

4. Penumbuh rambut
Kerontokan rambut dapat mengakibatkan terjadinya "alopecia" (pitak) bahkan kebotakan. Alopecia merupakan suatu kelainan dermatologis yang dapat menimpa laki-laki ataupun perempuan, didefinisikan sebagai penurunan kepadatan rambut. Gangguan estetika ini cukup mengkhawatirkan bagi sebagian besar orang. Setiap hari, sekitar 30-80 helai rambut pada fase telogen akhir, artinya dianggap normal jika terjadi kerontokan sejumlah itu.

Rambut rontok yang signifikan didefinisikan sebagai kerontokan lebih dari 100 helai rambut per hari. Beberapa tumbuhan yang dapat membantu menumbuhkan rambut adalah seledri (Apium graveolens L.), kemiri (Aleurites moluccana), lidah buaya (Aloe vera (L.) Burm.f.), daun cabe rawit (Capsicum frutescens L.), dan kayu manis (Cinnamomom zeylanicum Blume).

Rumus Sukses WardahFoto: Rumus sukses Wardah (Edward Ricardo/CNBC Indonesia)

5. Pewarna rambut
Saat ini semakin banyak orang, baik laki-laki maupun perempuan yang mengubah warna rambut alami mereka dengan maksud agar terlihat lebih menarik. Ada berbagai alasan yang mendasarinya di antaranya untuk menyembunyikan uban, mencerahkan warna rambut, menambahkan highlight tambahan, menghilangkan tampilan kuning kecoklatan pada uban, atau untuk mempertegas warna uban alami.

Dokumen dan benda paling kuno yang dapat membuktikan penggunaan produk pewarna, ditemukan di makam para Firaun Mesir, berupa bubuk dari daun henna (Lawsonia inermis L.). Perempuan Mesir sudah menggunakan henna untuk mengecat kuku dan mewarnai rambut mereka.

Chamomile Romawi (Anthemis nobilis L.) dari Eropa Barat dan Amerika Serikat, serta chamomile Jerman (Matricaria chamomilla L.) dari Jerman dan Hungaria, menghasilkan bunga yang bisa mewarnai rambut menjadi coklat muda karena mengandung zat pewarna kuning dan apigenin. Indigo (Indogofera sp.) dari Hindia Barat dan Amerika Selatan dapat menghasilkan warna biru kehijauan pada rambut, kadang-kadang digunakan bersama dengan daun henna untuk mendapatkan corak mulai coklat kemerahan (kastanye) hingga hitam.

Sage (Salvia officinalis L.) dapat mewarnai rambut menjadi merah atau coklat terang. Kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) akan menghasilkan warna merah tua pada rambut. Buah bit (Beta vulgaris L.) juga dapat memberikan warna semburat merah pada rambut.

6. Pelembut rambut (kondisioner)
Kondisioner biasanya digunakan setelah keramas, ditujukan untuk melembutkan, menghaluskan, menambah kilau pada rambut, dan mengurangi kerontokan. Beberapa tumbuhan yang dapat digunakan sebagai bahan kondisioner diantaranya adalah mangga (Mangifera indica L.), kedelai hitam (Glycine soja Siebold & Zucc.), dan lidah buaya (Aloe vera (L.) Burm.f.).

7. Pemutih rambut (bleaching)
Bleaching biasa dilakukan untuk mencerahkan warna rambut alami. Terkadang, seseorang perlu menghilangkan sebagian atau seluruh pewarna semipermanen atau permanen rambutnya. Fakta menunjukkan bahwa bleaching adalah salah satu bidang yang paling rumit dan krusial dalam bidang perawatan rambut.

Tumbuhan yang dapat digunakan sebagai bahan bleaching diantaranya adalah lemon (Citrus x limon (L.) Osbeck) dan minyak zaitun (Olea europaea L.) yang dicampur dengan madu. Selain yang dikemukakan di atas, masih ada produk kosmetik rambut lain seperti pelembab rambut, penguat akar rambut, pengurang rasa gatal di kulit kepala, penata rambut, pemberi sensasi dingin dan segar, penghitam rambut, serta pewangi rambut.

Herbal vs sintetis
Bahan baku kosmetik dapat berasal dari bahan herbal dan atau kimia sintetis. Industri kosmetik rambut dari bahan kimia sintetis menunjukkan peningkatan permintaan akibat sulit dan menipisnya bahan baku dari sumber daya alam hayati (herbal). Perlu digarisbawahi bahwa penggunaan bahan sintetis sebagai bahan baku, dalam proses produksi, konsumsi, dan pembuangan limbah kosmetik, harus dapat menjamin kepastian keamanan bagi konsumen dan lingkungan.

Kesadaran akan lingkungan, membuat sebagian orang lebih percaya dan memilih kosmetik yang mengandung bahan herbal karena dianggap bersifat alami, lebih aman, dan lebih sedikit efek sampingnya bila dibandingkan kosmetik berbahan kimia sintetis. Kelebihan lain dari herbal adalah bersifat biodegradable sehingga lebih ramah terhadap lingkungan.

Herbal termasuk sumber daya alam yang dapat diperbarui, sehingga mestinya dapat disediakan dalam waktu lebih singkat jika diperlukan, untuk menjamin ketersediaan pasokan bahan bakunya. Untuk lebih memastikan keamanan, khasiat, dan kualitasnya maka bahan baku herbal perlu melalui proses standardisasi dan uji efektivitas.

Masalah dan tantangan produk kosmetik rambut
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) secara prinsip menyetujui integrasi pemanfaatan herbal dalam kosmetik rambut ke dalam pelayanan publik. Hal ini merupakan pengakuan dan penghargaan akan kekayaan, kemampuan, dan kebijaksanaan budaya setempat (local wisdom) dalam upaya peningkatan kualitas hidup masyarakat.

Sayangnya, pemerintah Indonesia kurang tanggap terhadap keputusan WHO tersebut bila dibandingkan dengan Cina, India, Korea, Jepang, Jerman, dan Kanada yang juga memiliki latar belakang pengetahuan tradisional (local knowledge) yang kuat. Untuk itu mestinya para peramu/pengobat tradisional dididik secara profesional dengan standar pendidikan yang diakui secara nasional, bahkan internasional.

Secara anekdot, harga produk kosmetik rambut dari bahan alami relatif mahal. Kebijakan penetapan harga kosmetik seharusnya dapat memastikan bahwa harga cukup terjangkau (wajar) untuk semua individu yang ingin mengakses produk tersebut. Revitalisasi ekonomi merupakan salah satu langkah globalisasi ekonomi dan budaya.

Langkah ini pastinya akan sangat berpengaruh terhadap pelonggaran peraturan impor karena bahan baku yang digunakan dalam industri kosmetik rambut mayoritas masih berasal dari luar negeri (impor). Jika harga bahan baku dapat ditekan, diharapkan harga jual produk kosmetik rambut dapat lebih terjangkau bagi masyarakat banyak.

Konsumen tetap perlu berhati-hati ketika memilih produk kosmetik untuk rambut termasuk yang berasal dari herbal. Kandungan bahan-bahan yang ada pada produk kosmetik terkadang dapat menimbulkan berbagai efek samping, seperti reaksi iritasi dan atau alergi. Jika anda bingung, cobalah berkonsultasi dengan dokter atau tenaga ahli terkait guna mendapatkan masukan dan saran yang tepat bagi Anda.

Sudut pandang keanekaragaman hayati, menggarisbawahi upaya pemanfaatan tumbuhan Indonesia secara tepat guna dan optimal akan dapat menunjang upaya konservasi plasma nutfah species secara berkelanjutan dan tetap lestari.

Dunia pendidikan baik formal maupun non formal semestinya dapat menghasilkan lulusan yang berjiwa wirausaha, mampu bersaing baik di tingkat global, nasional maupun regional, mampu mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi pemanfaatan herbal yang inovatif dan teruji, dalam bidang kosmetik rambut. Harapan ke depan adalah masyarakat luas dapat lebih mengenal dan memanfaatkan herbal untuk perawatan rambut mereka sehari-hari secara lebih aman.


(miq/miq)

Tags

Related Opinion
Recommendation