Pengobatan Tradisional Ida Dayak & Dinamika Pengobatan Modern

Budiyanto Dwi Prasetyo, CNBC Indonesia
12 April 2023 17:15
Budiyanto Dwi Prasetyo
Budiyanto Dwi Prasetyo
Budiyanto Dwi Prasetyo merupakan peneliti Ahli Madya di Pusat Riset Kependudukan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) sejak 2022. Sebelumnya bekerja 14 tahun sebagai peneliti sosiologi lingkungan di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sejak 2006.. Selengkapnya
Viral Ida Dayak, Ini Penjelasan di Balik Pengobatannya
Foto: Ilustrasi Ida Dayak (Aristya Rahadian/CNBC Indonesia)

Catatan: Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi CNBCIndonesia.com

Tiba-tiba saja nama Ida Dayak menjadi viral. Nama itu mencuat setelah video rekaman dirinya saat mengobati pasien secara non-medis tersebar di media sosial.

Apalagi media massa arus utama seperti tak mau ketinggalan meliput keahlian pengobatan alternatif perempuan 51 tahun bernama asli Ida Indriyani asal Kabupaten Paser, Provinsi Kalimantan Timur itu.

Keahliannya tak main-main. Dalam video yang beredar di media sosial, Ida Dayak mengawali ritual menari sebelum melakukan praktik pengobatannya.

Saat mengobati pasiennya, Ia menggunakan minyak bintang berwarna merah. Ida Dayak mengobati berbagai penyakit pasiennya (yang termasuk pejabat militer), mulai dari patah tulang, stroke, hingga menyembuhkan pasien tuli dan bisu. 

Efek viral video praktik pengobatan tradisional Ida Dayak mengusik rasa penasaran masyarakat. Puncaknya, saat Ida Dayak melakukan pengobatan alternatif di Gedung Olah Raga Divif 1 Kostrad pada 3-4 April 2023, terjadilah kemacetan luar biasa di Jalan Raya Bogor arah Jakarta di Cilodong, Depok (detik.com, 6 April 2023).

Masyarakat rela mengantre dan berdesak-desakan untuk mendapatkan pengobatan alternatif dari Ida Dayak.

Fenomena itu mengundang komentar berbagai kalangan. Seorang dokter ortopedi menyebutkan kalau dirinya masih ragu dengan metode pengobatan Ida Dayak.

Bahkan ia tidak memahami apa yang dilakukan Ida Dayak. Menurut dokter tersebut, metode itu bukanlah cara medis ilmiah yang umumnya dipraktikkan para dokter ortopedi (republika.co.id, 7 April 2023).

Sedangkan pemerintah, melalui Kementerian Kesehatan, justru bersikap moderat dalam menanggapi pengobatan Ida Dayak. Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI dr. Siti Nadia Tarmizi mengatakan bahwa pemerintah sudah mengatur tentang pengobatan tradisional melalui Permenkes Nomor 37 Tahun 2017.

Pengobatan tradisional bukanlah hal yang dilarang, namun masyarakat diminta hati-hati karena beberapa penyakit dapat berakibat fatal jika salah dalam penanganan. Setiap tenaga penyehat tradisional (hatra), menurut Siti Nadia, sebaiknya memiliki terdaftar sebagai tenaga hatra agar memudahkan pemerintah melakukan pembinaan (cnbcindonesia.com, 7 April 2023).



Bukan sesuatu yang baru
Pengobatan tradisional sebetulnya bukanlah sesuatu yang baru bagi masyarakat Indonesia. Akar pengobatan tradisional adalah pengetahuan ekologi tradisional.

Fikret Berkes (2012) berpendapat, pengetahuan ekologi tradisional terbentuk dari interaksi mutualisme yang lama dan intensif antara manusia dengan lingkungannya.

Pengetahuan ekologi tradisional bersumber dari pengetahuan lokal yang diproduksi masyarakat tradisional, diwariskan dari generasi ke generasi melalui pranata informal.

Pengetahuan ekologi tradisional berbeda dengan pengetahuan akademis (Academic Ecological Knowledge-AEK) (Albuquerque et al., 2021) atau Pengetahuan Barat (Western Knowledge - WK) (Henri et al., 2021) yang diperoleh dari hasil riset ilmiah melalui pranata pendidikan formal seperti sekolah dan perguruan tinggi atau universitas.

Indonesia merupakan negara dengan tingkat diferensiasi sosial budaya yang cukup tinggi. Sebuah studi menyebutkan, terdapat 1.340 kelompok etnis yang tersebar di berbagai pulau di Indonesia dengan keragaman adat, budaya dan pengetahuan lokal masing-masing (Laalobang, et al, 2021).

Pada tiap-tiap kelompok etnis terdapat suku-suku. Mereka punya pengetahuan tentang keterampilan membuat obat dan menguasai cara pengobatan secara tradisional.

Sejak dulu masyarakat Indonesia telah mengenal berbagai macam pengobatan tradisional yang dilakukan dengan menggunakan bahan-bahan alami dari lingkungan sekitar. Masyarakat Indonesia juga mengenal berbagai macam pengobatan tradisional seperti akupunktur, pijat refleksi, dan berbagai jenis pengobatan lainnya yang dilakukan oleh dukun atau tabib.

Meskipun sekarang ini sudah banyak bermunculan pengobatan modern, tetapi pengobatan tradisional masih tetap menjadi pilihan masyarakat Indonesia dalam mengobati penyakit, terutama bagi mereka yang tidak memiliki akses terhadap pengobatan modern atau mencari alternatif pengobatan yang lebih alami.

Fenomena Ida Dayak dapat dilihat dari beberapa sudut pandang yang menarik untuk dibahas. Pertama, masyarakat pada dasarnya belum sepenuhnya bertransformasi dari masyarakat tradisional irasional menjadi masyarakat modern rasional.

Meskipun telah terjadi banyak perubahan dalam hal teknologi, pendidikan, dan globalisasi, nilai-nilai dan tradisi-tradisi yang terkandung dalam pengobatan tradisional tetap dianggap penting bagi masyarakat. Hal ini tercermin dari kepercayaan yang masih kuat pada pengobatan tradisional yang dianggap lebih alami.

Kedua, masyarakat sudah sepenuhnya menjadi masyarakat modern yang rasional, namun masyarakat cenderung frustrasi dengan peradaban modern yang dianggap mahal dan tidak terjangkau, tidak manusiawi, dan (meminjam istilah Max Weber) birokrasinya kaku dan dingin seperti kurungan besi (iron cage).

Banyak orang modern yang mengeluhkan biaya mahal dan akses yang sulit ke pengobatan modern dan teknologi medis yang canggih, serta keterbatasan dalam hal pemahaman dan penanganan penyakit-penyakit kronis. Sehingga, meskipun orang modern sudah terdidik dan memiliki akses lebih baik ke pengobatan modern dan teknologi medis yang canggih, mereka justru lebih memilih untuk pergi ke pengobatan tradisional.

Namun, penyebab paling krusial atas kehebohan pengobatan alternatif Ida Dayak, lagi-lagi adalah karena media sosial. Sosiolog Universitas Indonesia Ida Ruwaida menyebutkan paparan media sosial yang masif dalam mentransmisi video kesembuhan pasien Ida Dayak menjadi variabel utama dalam menarik perhatian publik untuk ikut merasakan pengalaman yang sama diobati Ida Dayak (fisip.ui.ac.id, 6 April 2023).

Apalagi dengan tanpa biaya alias gratis. Masyarakat menjadi irasional dan impulsif dengan mengikuti informasi yang deras tanpa berupaya mencerna informasi tersebut melalui akal sehat.

Ida Dayak bukanlah satu-satunya pengobat tradisional yang viral. Pernah ada Ningsih Tinampi di tahun 2019 dan Ponari di tahun 2009 silam yang juga memantik kehebohan yang sama dari aksi "dukun ajaib" yang mereka lakukan.

Runutan sejarah kehebohan pengobat tradisional tersebut setidaknya membenarkan asumsi bahwa kita masih hidup di wilayah abu-abu, di antara tradisional dan modern.


(miq/miq)

Tags

Related Opinion
Recommendation