Quo Vadis Pariwisata RI & Peran Penting Maskapai Perintis

Arista Atmadjati, CNBC Indonesia
02 December 2022 16:50
Arista Atmadjati
Arista Atmadjati
Arista Atmadjati merupakan Dosen Manajemen Transportasi Udara, Universitas International University Liason Indonesia (IULI), BSD, Banten. Ia juga menjabat sebagai Chairman Aviation School AIAC dan dikenal sebagai pengamat penerbangan... Selengkapnya
Sektor pariwisata di Bali utamanya perhotelan di Nusa Dua, kelimpahan cuan karena Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Suasana di salah satu hotel di Bali (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Catatan: Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi CNBCIndonesia.com

Pandemi Covid-19 yang membaik turut berdampak kepada sektor pariwisata. Baru-baru ini, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) per Oktober 2022 mencapai 678,53 ribu kunjungan, naik 364,31% secara tahunan.



Kemudian dari Januari hingga Oktober 2022, jumlah kunjungan wisman ke Indonesia mencapai 3,92 juta kunjungan, naik 215,16% dibandingkan periode yang sama tahun 2021.

Kenaikan jumlah kunjungan wisman rasa-rasanya tidak dapat dilepaskan dari keindahan berbagai tempat wisata di tanah air. Baru-baru ini, sebuah situs dari Inggris, Money.co.uk, dalam laporan bertajuk 'Natural Beauty Report' menobatkan Indonesia dengan panorama alam terbanyak dan kondisi alam terindah.

Terdapat 11 destinasi untuk berwisata di Indonesia, tentu dengan panorama alam terindah saat berlibur. Perinciannya adalah sebagai berikut:

Danau Toba, Sumatera Utara
Batu, Malang, Jawa Timur
Kintamani, Bali
Dataran Tinggi Dieng, Jawa Tengah
Ruteng, Nusa Tenggara Timur
Bukit Ollon Bonggakaradeng, Tana Toraja
Pulau Cinta, Gorontalo
Bandungan dan Ungaran, Semarang
Kampung Sampireun, Garut
Hutan Hujan Tropis di Bukit Bangkirai, Kalimantan Timur
Taman Nasional Komodo, Nusa Tenggara Timur

Saya pribadi sangat bangga dan tidak terlalu heran dengan predikat Indonesia sebagai negara terindah untuk dikunjungi. Sebab, indonesia memiliki berbagai variasi destinasi wisata, berbagai suku yang menjaga tradisi leluhur seperti Baduy, Tengger, Sasak ,Asmat, dan lain-lain.

Ada pula wisata padang savana di Ende, hutan Baluran Banyuwangi, Komodo Labuan Bajo, dan masih banyak lagi tak terhitung destinasi kita tersebar di antara 17.000 pulau. Belum lagi beberapa destinasi selancar yang uniknya lebih diketahui wisman semisal pantai selancar di G land Banyuwangi, Kepulauan Nias, Kepulauan Tojo Uno Uno Sulawesi Tengah.

Ada pengalaman unik sewaktu saya di Bandara Monginsidi. Saat itu saya bertemu 7 anak muda (laki-laki dan perempuan) asal Prancis.

Kebetulan saya sedikit paham bahasa Prancis. Saya lantas menyambangi mereka dan bertanya cara mereka bisa sampai ke Pulau Tojo Uno Uno.Saya coba menerangkan aksesnya yang nyambung menyambung dari udara, darat hingga menyewa sampan. Yang jadi pertanyaan saya, seharusnya mereka bisa memperoleh informasi di Bandara Sam Ratulangi.

Ini menunjukkan semua stake holder pariwisata masih belum satu padu, belum satu jiwa dalam mencari devisa dari pariwisata. Pariwisata bagi indonesia cuma dipandang rezeki sampingan.

Padahal multiplier effect dunia pariwisata ke mana-mana. Ibarat dari hotel bintang 5 sekelas The Apurva Kempinski Nusa Dua Bali, tukang parkir hingga tukang pijat pun kebagian rezeki.

Yang penting lagi adalah dunia pariwisata dan transportasi udara perlu dukungan hebat dari kementerian-kementerian lain semisal Kementerian PUPR untuk pembangunan sarana prasarana. Untuk itu, saya berharap cara kerja antarkementerian bisa dibuat sederhana.

Jumlah wisman yang datang ke Indonesia sampai dengan saat ini masih kalah dengan Thailand, Singapura dan Malaysia. Padahal jelas-jelas negara kita adalah negara terindah sedunia menurut Money.co.uk Inggris.

Maskapai perintis
Masih berkaitan dengan pariwisata, saya ingin menceritakan perihal urgensi maskapai perintis. Maskapai-maskapai ini berperan membuka isolasi di daerah 3T.

Beberapa waktu lalu, ada kabar maskapai penerbangan SAM Air (Semuwa Aviasi Mandiri) kembali melayani penerbangan subsidi perintis di sejumlah wilayah provinsi Maluku tahun 2022. Saya menilai ini sebagai langkah cerdas.

Tarif tiketnya saya monitor cukup terjangkau antara Rp 300 sampai dengan Rp 500 untuk terbang dari satu kota ke kota lainnya. Misal dari Ambon ke kota Wahai dan seterusnya.

Ini bisa berjalan karena ada skema KSO atau kerja sama operasi berupa hard block system. Jadi dari 15 tempat duduk yang ada, misal 8 tempat duduk sudah diblok/dibayar setahun oleh pemda setempat.

Perjalanan jajaran pemda setempat terjamin aman karena ada pesawat dan maskapai terjamin karena 50% kapasitas sudah diborong. Cara ini sudah lama dipakai oleh Merpati Nusantara Airline sebenarnya,

Jadi pemda dan maskapai tinggal me-rerun jenis bisnis model. Ini sangat simpel.

Dengan cara KSO terbukti bisa mujarab membuka isolasi daerah terpencil seperti yang dilakukan SAM AIR. Itulah ikhtiar brilian yang bisa dilakukann pebisnis maskapai yang menggunakan small aircraft.

Peluang tetap ada, tinggal semua pengusaha saling berdekapan erat dengan pemda setempat. Maka isolasi yang terbuka jadi sesuatu yang realistis, bukan?


(miq/miq)

Tags

Related Opinion
Recommendation