Pandu Sastrowardoyo
Pandu Sastrowardoyo

CEO DeBio Network, NFT Curator Unique One Network, CoFounder Asosiasi Blockchain Indonesia. Mantan pegawai IBM dengan posisi sebagai Country Product Leader, Manajer Teknis APAC, Manajer Bisnis ASEAN, dan Territory General Manager, Pandu membawa pengalaman Enterprise yang kuat ke dalam ekosistem Blockchain. Beliau merupakan konsultan teknologi dan pengamat masa depan persimpangan bisnis dan teknologi.

Profil Selengkapnya

Saat Picasso Memasuki Metaverse

Opini - Pandu Sastrowardoyo, CNBC Indonesia
21 July 2021 11:34
A member of Sotheby's staff poses for a photograph with Gerhard Richter's Gelbrun (Yellow-Green) which is estimated at 7 to 8 million pounds in a forthcoming sale, in London, Britain, February 22, 2018. REUTERS/Peter Nicholls  NO RESALES. NO ARCHIVES Foto: REUTERS/Peter Nicholls

Tim Unique One Network tidak mengira akan menuai banyak reaksi saat merilis berita tentang Burned Picasso di media arus utama. Beragam tanggapan dari warganet, mulai dari bersukacita hingga bergidik ngeri.

"Ini epik!"

"Selamat datang di Metaverse!"

"Apa? Karya Picasso dibakar?"

"Benar-benar ide yang bodoh. Ini harus ditindak oleh hukum."

Sayangnya, beberapa warganet mungkin tidak mendapatkan penjelasan yang menyeluruh tentang mengapa ada orang yang ingin "menghancurkan" karya yang dibuat oleh seorang maestro ternama.

Menurut saya, tujuannya adalah untuk melestarikan karya tersebut agar tak berubah, dan mentransfer nilai karya dari dunia nyata ke dalam NFT Metaverse.

"Apa?"

Reaksi ini persis dengan apa yang dilontarkan oleh Flobo Boyce dalam sebuah wawancara menarik di Radio Knew Amsterdam dengan saya, Pandu Sastrowardoyo (atau @decentricity sebagaimana saya dikenal di Metaverse), Kurator Seni Unique One Network.

Namun, tujuan dari artikel ini untuk pembaca CNBC Indonesia adalah untuk menjawab beberapa pertanyaan yang muncul dan untuk menjelaskan lebih lanjut tentang proyek misterius Burned Picasso.



[Gambas:Video CNBC]




Siapa yang Melakukan Pembakaran Karya Picasso?

Sambil menikmati ramen dan sake di RiNo Arts District Denver, anggota pendiri Tim UON dan pendiri kolektif seni Fractal Studios setuju untuk melelang NFT (token yang tak dapat dipertukarkan) Burned Picasso di Unique.One Art Marketplace.

Untuk lebih jelasnya, proyek Burned Picasso adalah gagasan dari Fractal Studios, Unique One Art Marketplace hanyalah tempat pelelangan NFT.

Karya asli Pablo Picasso dipajang di sebuah galeri di Denver. Di akhir pemajangan galeri, karya itu dibakar dan dilelang di Unique One Art Marketplace v2.

Namun, sebuah peristiwa menarik terjadi saat proses pembakaran. Menurut Fractal Studios, karya Picasso itu sendiri masih dapat dikenali dalam bentuk abunya.
Dan di samping tanda tangan Picasso yang masih dapat terbaca, muncul sebuah bentuk hati yang tampak sempurna.

Kemudian, Fractal Studios mengumpulkan abunya dan NFT tambahan dari karya yang telah dibakar dicetak dan dibawa ke pelelangan.

Pemenang lelang Burned Picasso NFT akan menerima NFT pra-pembakaran dan pasca-pembakaran.

Lelang akan berakhir sekitar 10 hari dari tanggal artikel ini diterbitkan.

Sekarang mari beralih ke alasannya...

Mengapa Sebuah Karya Picasso Dibakar?

Flobo memiliki poin yang bagus saat bertanya pada saya, dalam wawancara yang disebutkan di atas, tentang mengapa sebuah mahakarya seni dibakar.

"Mengapa harus dibakar? Mengapa melakukan penghancuran seni dan budaya pada hal yang pada dasarnya berkaitan erat dengan sensor?"

Sepanjang sejarah, "pembakaran" memang terkait dengan "penyensoran". Hal itu tak dapat disangkal. Tapi, hubungan "pembakaran" dan "penyensoran" hanya sampai di sana. Membakar belum tentu menyensor.

Saya meminta Anda untuk mengesampingkan hubungan kedua hal tersebut sebagai ambiguitas semantik. Ini penting dilakukan untuk memahami fenomena berbeda yang terjadi di ruang blockchain (buku besar digital). Pembakaran ini dapat bermakna lebih dari penghancuran, ia juga bisa diartikan sebagai penghancuran kreatif (creative destruction).

Apa Itu Realitas?

Bisakah internet dikatakan sebagai bagian dari realitas sehari-hari Anda? Jika Anda sedang membaca ini, saya akan asumsikan demikian.

Saat ini, hampir semua orang memanfaatkan setidaknya Web2.0 untuk menjalin hubungan sosial, bermain game dan dunia meta, menjalankan bisnis, dan mengakses layanan peraliran. Dengan alasan ini, untuk menyatakan bahwa ada berbagai realitas digital pada belahan internet lainnya bukanlah hal yang kontroversial.

Jika ada satu hal yang kita pelajari dari pandemi ialah pertemuan pikiran tidak lagi membutuhkan kontak fisik. Malah menurut saya, pertemuan fisik justru dapat mengurangi kualitasnya.

Hubungan manusia itu nyata. Ambillah contoh dari media sosial dan aplikasi obrolan. Bukankah itu semua bagian kecil dari Metaverse? Bukankah hubungannya nyata? Apakah mereka tidak ada?

Seni hubungan manusia adalah pertemuan pikiran. Metaverse melangkah lebih jauh dari sekadar aplikasi. Pengalaman sosialnya bersifat nyata.

Pemindahan Nilai melalui Penghancuran Kreatif

Jika blockchain itu sendiri dapat didesentralisasi, blockchain yang terpisah umumnya terdapat pada silos. Hal ini dikarenakan mereka tak dapat benar-benar berbicara satu sama lain atau mentransfer nilai dan data. Pengembang blockchain di seluruh dunia sedang berlomba-lomba mengerjakan solusi untuk menciptakan ekosistem blockchain yang terdesentralisasi dan dapat dioperasikan sepenuhnya.

Salah satu cara untuk memindahkan aset bolak-balik melintasi blockchain saat ini adalah melalui cross-chain bridge. Tetapi, untuk memindahkan aset bolak-balik dari satu blockchain ke yang lain melalui akses tersebut membutuhkan sedikit penghancuran kreatif.

Pada umumnya, dalam skenario cross-chain bridge yang terdesentralisasi, token dari satu rantai dikunci pada rantai asal mereka melalui smart contract. Kemudian, jumlah/nilai token yang setara dicetak di blockchain baru.

Apa yang terjadi jika pemegang token ingin memindahkan token mereka kembali ke rantai asal? Dalam hal ini, token baru dibakar untuk melepaskan token yang terkunci. Singkatnya, pembakaran satu token melahirkan token yang lain.

Dalam contoh ini perlu dicatat bahwa nilai token tidak dibakar, melainkan ditransfer.

Realitas sebagai Metaverse

Melalui karya Burned Picasso, Fractal Studios mengambil langkah lebih jauh dengan mengakui realita sebagai sebuah rantai. Dengan membakar karya Picasso dan mencetak NFT-nya, NFT menjadi penyimpan nilai dan sumber karya seni asli yang diteruskan ke Web3.0.

Provenance (penelusuran asal usul dan otentitas) dari sebuah karya seni adalah yang membantu menciptakan sebuah nilai. Sebuah objek fisik dapat memiliki provenance, tetapi adanya provenance membutuhkan pengetahuan asal-usul yang baik. Jika tidak dicatat atau diingat, provenance tidak dapat diketahui. Dengan umat manusia bergerak menuju penciptaan realitas digital yang lebih produktif, apa yang terjadi pada bentuk fisik provenance untuk generasi mendatang?

Data di blockchain tidak dapat diubah. Ia tidak bisa dilupakan. (Jika realitas memiliki bukti provenance yang lebih sedikit ketimbang blockchain, apakah nyatanya berkurang?)

Fokusnya bukan lagi pada kehancuran, tetapi pada transisi. Sebenarnya, fakta bahwa aksi "pembakaran" memiliki kaitan dengan "penyensoran" adalah sebuah kebetulan. Dari perspektif blockchain, pembakaran dilakukan untuk mengubah satu nilai ke nilai lain.

Jadi, walau ia dapat memiliki arti yang berbeda untuk beberapa orang, dari perspektif Fractal Studios dan Unique One Network, penghancuran Picasso diperlukan untuk menjembatani nilai dan provenance-nya ke versi lain.

Dalam hal ini, memindahkan aspek kehidupan kita dari in-world ke Web3.0 tidak menghancurkannya, tetapi justru mengubahnya. Dan bagi Anda para penggemar yang memercayai supremasi tak terelakkan dari Web3.0 dan interoperabilitas dari blockchain, ia mempertahankannya untuk generasi mendatang.

Siapa yang akan Bertahan dari Revolusi Web 3.0?

Seniman yang kita sanjung hari ini hanya hebat dalam realitas kita karena kita sudah tahu tentang mereka. Kita paham provenance karya mereka. Tetapi, seorang anak tidak belajar tentang Kandinsky melalui osmosis. Pengetahuan harus dicatat di suatu tempat dan diturunkan.

Kunonya seorang seniman mana pun bisa menjadi sebuah kematian artistik. Tetapi, barang antik dan mahakarya yang bertahan melalui transformasi digital dapat menghindari keusangan dalam revolusi teknologi.

Dengan demikian, seseorang dapat menganggapnya sebagai suatu kehormatan untuk dapat melintasi jembatan Web3.0 dan hidup selamanya di Metaverse.
Mungkin itu sebabnya bentuk hati muncul di sebelah nama Picasso pada karya yang terbakar.

Metaverse itu nyata sama seperti Bitcoin itu nyata. Jika menurut Anda Bitcoin tidak nyata, berikan Bitcoin Anda pada saya.

Karya-karya Picasso sangat berpengaruh. Burned Picasso melestarikan satu bagian dengan membuatnya tidak berubah di blockchain selamanya.

(dru)
Opini Terpopuler
    spinner loading
Opinion Makers
    z
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading