Yusuf Mansur
Yusuf Mansur

Yusuf Mansur, inisiator lahirnya Paytren, Sistem Pembayaran Digital dan Aset Manajemen Syariah pertama dan satu-satunya, di bawah bendera Paytren Aset Manajemen. Yusuf Mansur juga aktif juga di dunia pendidikan. Hingga 2021, sudah 42 Cabang Pesantren Daarul Qur'an berdiri, dengan lebih kurang 9.000 rumah Tahfizh di seluruh Indonesia dan Mancanegara. Yusuf Mansur merupakan seorang anak bangsa yang bercita-cita menasionalkan aset asing dan membangkitkan semangat, minat, dan motivasi, bagi masyarakat tanah air untuk menjadi investor bagi negerinya dan investor global.

Profil Selengkapnya

SPAC Jadi Solusi Bangun Pabrik Baterai Mobil Listrik RI

Opini - Yusuf Mansur, CNBC Indonesia
16 February 2021 11:02
Aktivitas perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (16/1/2018). Pasca ambruknya koridor lantai 1 di Tower 2 Gedung BEI kemarin (15/1/2018), hari ini aktifitas perdagangan saham kembali berjalan normal Foto: CNBC Indonesia

SPAC (Special Purpose Acquisition Company) atau Blank Check Company (Perusahaan Cek Kosong) lagi menjadi primadona Pasar Modal di Amerika Serikat dan juga Eropa. Nyaris hampir 80% transaksi saham IPO didominasi oleh saham-saham SPAC.

SPAC sangat membantu industri-industri berbasis teknologi untuk mengembangkan usahanya seperti Electric Vehicle (Mobil Listrik), baik untuk industri penunjang seperti pabrik baterai, jaringan pengisian listrik untuk mobil listrik SPKLU atau SPBKLU, healthchare berbasis teknologi dan pengembangan-pengembangan teknologi inovasi lain nya.

Kita ambil contoh salah satu contoh, jika Indonesia ingin mengembangkan pabrik baterai, atau sekalian membangun industri mobil listrik nasional, kita dapat memanfaatkan SPAC.

Namun jika aturan nya belum ada di Bursa Efek Indonesia atau OJK (Otoritas Jasa Keuangan) dikarenakan syarat perusahaan IPO di BEI harus memiliki usaha dan penghasilan maka kita coba IPO SPAC di Amerika Serikat baik di Nasdaq Amerika Serikat.

Apa itu SPAC? Perusahaan yang dibuat dan listing di Bursa Saham dengan tujuan untuk akusisi perusahaan yang sudah beroperasi dan memerlukan pengembangan terhadap usaha tersebut. Saham-saham yang berbasis SPAC adalah Virgin Galactic, Airbnb, Dragon Growth dan masih banyak lagi.

SPAC simple-nya perusahaan cangkang yang didirikan oleh investor dengan tujuan mengumpulkan uang melalui IPO untuk akhirnya mengakuisisi perusahaan lain. Misalnya, Diamond Eagle Acquisition Corp. Didirikan pada 2019 dan go public sebagai SPAC pada Desember.

Kemudian perusahaan tersebut mengumumkan merger dengan DraftKings dan platform teknologi perjudian SBTech. DraftKings mulai diperdagangkan sebagai perusahaan publik ketika kesepakatan ditutup pada bulan April.

Jadi SPAC tidak memiliki operasi komersial - tidak membuat produk dan tidak menjual apa pun. Faktanya, satu-satunya aset SPAC biasanya adalah uang yang dikumpulkan dalam IPO-nya sendiri. Biasanya SPAC dibuat, atau disponsori, oleh tim investor institusional, profesional Wall Street dari dunia ekuitas swasta atau hedge fund, sementara bahkan CEO terkenal seperti Richard Branson dan sesama miliarder Tilman Fertitta telah mengikuti tren dan membentuk SPAC mereka sendiri.

Memang SPAC itu belum memiliki usaha yang jelas di karenakan SPAC nanti nya digunakan untuk mengakusisi perusahaan yang sedang beroperasi dan berkembang. Jika dalam kurun waktu 2 tahun SPAC tidak dapat mencapai target akusisi tersebut maka dana hasil IPO tersebut di kembalikan kepada sponsor dan para investor.

Nah, mungkin aturan tersebut belum tersedia di BEI. Kita harapkan pihak BEI maupun OJK dapat mempertimbangkan SPAC dapat listing di BEI.

Baik kita kembali ke rencana kita listing di Nasdaq. Sebagai ilustrasi, jika kita mau membangun industri baterai untuk kebutuhan produsen mobil listrik seperti Tesla, Hyundai, Fickers EV, BMW dan lain sebagainya. Kita bentuklah sebagai contoh Batavia Lithium Batery Capital, sebagai SPAC dengan listing di Nasdaq. Sebagai sponsor BLBC terdiri dari SWF, Dana Pensiun dan pengusaha-pengusaha Indonesia.

Setelah mencatatkan saham di Nasdaq, BLBC ditargetkan akuisisi pabrik baterai di Amerika, Korea atau negara lain yang sudah memiliki teknologi baterai mobil listrik. BLBC akan melakukan Rights Issues untuk akusisi pabrik baterai tersebut sekaligus menggalang dana untuk pembangunan pabrik baterai mobil listrik di Indonesia.

Satu hal yang perlu kita ketahui, sebagai Perusahaan yang berdomisili di Amerika Serikat, akan jauh lebih mudah untuk mendapatkan dana untuk akusisi perusahaan dengan nilai transaksi yang cukup besar. Di samping rating Amerika Serikat menurut Standard & Poor AA+ dan Moodys Aaa sudah cukup menjamin keberhasilan Right Issues BLBC.

Di samping akses dana yang cukup besar, keuntungan lain adalah kita mendapatkan pabrik baterai dengan teknologi nya sekaligus. Jika ini dapat dilaksanakan kita akan menjadi investor di bidang industri mobil listrik. Dan kita tidak tergantung dari pabrikan produsen baterai luar negeri untuk membangun pabrik di Indonesia. Tapi kita sendiri yang menentukan nya dan teknologi yang sudah tersedia.

Jika perlu LGChem kita akusisi. Kenapa tidak? Masayoshi Son dengan Softbank memiliki Gojek dan Tokopedia di waktu bersamaan melalui transaksi SPAC serta berencana melakukan merger atas 2 unicorn kebanggaan kita. Kenapa kita tidak mencontoh Softbank?

Saya yakin kemampuan kita sangat mumpuni , apalagi Pemerintah sangat mendukung sekali untuk perkembangan industri mobil listrik dan prasarana pendukung lain nya. Ini dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru yang berbasis teknologi dan kita dapat di sejajarkan dengan negara Amerika Serikat, Korea, Eropa maupun China. Kita tidak perlu menunggu Tesla untuk datang dan membangun pabrik di Indonesia. Tapi kita berinisiatif untuk membeli pabrik baterai dan membangun pabrik nya di Indonesia lewat SPAC.

(dru)
Opini Terpopuler
    spinner loading
Artikel Terkait
Opinion Makers
    z
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading