YANG MUDA YANG JADI HARAPAN
Kencangnya Laju Pasar Modal Lampaui Singapura dan Malaysia
Irvin Avriano A,
CNBC Indonesia
30 January 2019 18:06
Irvin Avriano A
Jurnalis merangkap analis yang kembali ke media dengan diawali dari kerinduannya menulis. Saat ini fokus pada rubrik investasi bermodal sepucuk lightsaber merah dan ilmu sejarah, serta sejumput pengalaman di koran ekonomi berbahasa Indonesia terbesar dunia..
Selengkapnya
Catatan: Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi CNBCIndonesia.com
Jakarta, CNBC Indonesia - Aksi pencatatan saham perusahaan di Bursa Efek Indonesia tahun lalu patut dibanggakan karena untuk ketiga kalinya jumlah pencatatan kembali menyalip dua saudara terdekat Indonesia, yaitu Singapura dan Malaysia.Data yang berhasil dikumpulkan Tim Riset CNBC Indonesia menunjukkan jumlah pencatatan di pasar saham Indonesia tahun lalu sebanyak 56 perusahaan semakin meninggalkan jumlah penerbitan saham di dua negara tetangga tersebut.
Pertumbuhan yang lebih cepat di pasar saham Indonesia tersebut membuka peluang lebih besar untuk melampaui jumlah perusahaan tercatat di bursa kedua negara tetangga yang sebanyak 732 di pasar Singapura dan 916 di pasar Malaysia.
Jumlah IPO dan Perusahaan Tercatat
| 2015 | 2016 | 2017 | 2018 | Total | |
| Singapura | 13 | 16 | 20 | 13 | 732 |
| Indonesia | 18 | 16 | 37 | 56 | 619 |
| Malaysia | 13 | 12 | 14 | 22 | 916 |
Penjaminan Emisi oleh Sekuritas 2018
| Perusahaan Efek | Jumlah Emisi 2018 |
| PT Sinarmas Sekuritas | 7 |
| PT UOB Kay Hian Sekuritas | 7 |
| PT Erdikha Elit Sekuritas | 6 |
| PT Jasa Utama Capital Sekuritas | 5 |
| PT Mandiri Sekuritas | 5 |
| PT NH Korindo Sekuritas Indonesia | 4 |
| PT Panin Sekuritas Tbk | 4 |
| PT CGS-CIMB Sekuritas Indonesia | 3 |
| PT Danatama Makmur Sekuritas | 3 |
| PT Indo Premier Sekuritas | 3 |
| PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia | 3 |
| PT RHB Sekuritas Indonesia | 3 |
| PT Trimegah Sekuritas Tbk | 3 |
| PT Victoria Sekuritas Indonesia | 3 |
| PT Artha Sekuritas Indonesia | 2 |
| PT Bahana Sekuritas | 2 |
| PT Ciptadana Sekuritas Asia | 2 |
| PT Danareka Sekuritas | 2 |
| PT Investindo Nusantara Sekuritas | 2 |
| PT Kresna Sekuritas | 2 |
| PT Lotus Andalan Sekuritas | 2 |
| PT Binaartha Sekuritas | 1 |
| PT Buana Capital Sekuritas | 1 |
| PT Citigroup Sekuritas Indonesia | 1 |
| PT CLSA Sekuritas Indonesia | 1 |
| PT Credit Suisse Sekuritas Indonesia | 1 |
| PT DBS Vickers Sekuritas Indonesia | 1 |
| PT Dhanawibawa Sekuritas Indonesia | 1 |
| PT Ekuator Swarna Sekuritas | 1 |
| PT Evergreen Sekuritas Indonesia | 1 |
| PT KGI Sekuritas Indonesia | 1 |
| PT Mega Capital Sekuritas | 1 |
| PT MNC Sekuritas | 1 |
| PT Panca Global Sekuritas | 1 |
| PT Phillip Sekuritas | 1 |
| PT Sucor Sekuritas | 1 |
| PT Onix Sekuritas | 1 |
Di dalam negeri, jumlah 56 pencatatan saham di bursa tersebut didominasi oleh PT Sinarmas Sekuritas, PT UOB Kay Hian Sekuritas, dan PT Jasa Utama Capital. Ketiganya menjadi tiga sekuritas teraktif dalam penjaminan emisi penawaran umum perdana saham tahun lalu.
Raihan tersebut jauh di atas perusahaan efek lain yang biasa menjadi pemimpin liga penjaminan emisi saham IPO seperti PT Mandiri Sekuritas, PT CGS-CIMB Sekuritas Indonesia, PT Indo Premier Sekuritas, PT Bahana Sekuritas, dan PT Danareksa Sekuritas.
Uniknya, semakin banyak sekuritas yang turut ambil bagian dalam IPO perusahaan-perusahaan yang rerata dana raihannya hanya Rp 212,84 miliar, dan angka tertingginya (PT MAP Aktif Adiperkasa Tbk, Rp 897 miliar) tidak sampai Rp 1 triliun.
Pasar Kurang Bersahabat
Kondisi tersebut kemungkinan disebabkan tiga hal, yaitu kecilnya masing-masing target dana raihan IPO sehingga biasanya tidak menarik bagi sekuritas besar serta lesunya keinginan untuk mendapatkan kontrak penjaminan emisi ketika iklim pasar keuangan global masih kurang bersahabat.
Faktor lain adalah tidak adanya emiten BUMN atau anak BUMN besar yang biasanya 'dijaga' oleh sekuritas besar yang biasa mendapatkan kontrak penjaminan emisinya.
Tidak kondusifnya pasar saham tahun lalu ditunjukkan dengan koreksi IHSG 2,54% dan pasar obligasi sepanjang tahun lalu di tengah ketegangan perang dagang, kenaikan bunga the Fed, dan krisis mata uang Turki-Argentina.
Cerminan koreksi pasar obligasi adalah seri 10 tahun yang mengalami kenaikan tingkat imbal hasil (yield) 151 basis poin (bps) menjadi 7,99% dari 6,48%.
Di regional, data historis pencatatan saham di Indonesia, Singapura, dan Malaysia menunjukkan bahwa jumlah perusahaan yang tercatat di kedua negara tetangga menunjukkan tren penurunan, dibandingkan dengan semakin ekspansifnya pasar saham di dalam negeri.
Hal tersebut mencerminkan semakin ekspansifnya pasar saham dan pasar keuangan di dalam negeri dibandingkan dengan kedua negara pesaing tersebut yang penetrasi pasar keuangan dan pasar modalnya sudah lebih dalam.
Saat ini, pertumbuhan pasar modal Indonesia bisa dilihat dari kenaikan jumlah rekening efek di bursa sepanjang tahun lalu, yaitu 44% menjadi 1,61 juta dari sebelumnya 1,12 juta.
Kenaikan itu terlihat besar karena memang rendahnya dasar hitungan, yaitu hanya mewakili 0,64% dari total jumlah penduduk 250 juta jiwa.
Meskipun demikian, angka dana raihan dalam IPO saham di Indonesia pada tahun lalu yaitu Rp 12,56 triliun masih lebih kecil dibandingkan dengan dana raihan hasil IPO di Vietnam dan Thailand yang jumlah pencatatan sahamnya hanya 5 perusahaan dan 20 perusahaan.
| Dana Raihan IPO (US$ miliar) | Jumlah IPO 2018 | |
| Singapura | 0.5 | 13 |
| Indonesia | 1.0 | 56 |
| Malaysia | 0.2 | 22 |
| Vietnam | 2.6 | 5 |
| Thailand | 2.5 | 20 |
Yang mencengangkan, dari lima perusahaan yang tercatat di Vietnam saja pasar sahamnya sudah mampu meraup dana US$ 2,6 miliar akibat privatisasi BUMN yang akhirnya digulirkan pemerintah Negeri Bintang Kuning.
IPO perusahaan BUMN riil estate Vinhomes senilai US$ 1,35 miliar di Vietnam berhasil menempatkan posisinya sebagai penawaran perdana saham terbesar kedua di Asia Tenggara pada 2018, tulis CNBC.com.
Setelah 2018, pasar saham Vietnam diprediksi akan semakin berkembang dengan potensi IPO dari beberapa BUMN lain dan memuncaki raihan dana penawaran saham di pasar di antara tetangga regionalnya, berdasarkan riset Baker McKenzie dan Oxford Economics.
Bahkan riset tersebut memprediksi Vietnam akan terus memimpin jumlah dana dari penawaran umum perdana saham di bursanya dibanding negara tetangga hingga 2021, diikuti Singapura dan Thailand.
Karena itu, tidak menutup kemungkinan perusahaan yang sudah maju ingin mengekor pertumbuhan pasar yang sedang gencar di Vietnam sebagai salah satu negara dengan perekonomian pelopor (frontier economy) dengan mencatatkan sahamnya di sana, dibanding Indonesia, Malaysia, dan Singapura.
Dari sisi ekspansi, saat ini juga tengah terjadi perubahan perilaku investor.
Sekitar 5 tahun yang lalu, sekitar 90% nasabah CGS-CIMB Singapore masih mentransaksikan saham di pasar saham lokal, tetapi sejak tahun lalu sudah ada 30% yang juga bertransaksi di pasar saham Amerika Serikat dan Hong Kong.
Karena adanya perubahan gelagat investor tersebut, tidak sedikit perusahaan asal Singapura yang turut mencatatkan sahamnya di Hong Kong setelah tercatat di bursa SGX, atau bahkan memilih hanya masuk di pasar Hong Kong yang dianggap dapat memberi dampak positif dari pertumbuhan ekonomi China daratan.
Untuk itu, SGX sebagai otoritas bursa di negeri seberang turut berbenah, dengan memperkenalkan produk yang lebih inovatif dan jasa yang lebih menarik bagi investor lokal, investor asing, dan emiten potensial mereka.
Untuk Indonesia, masa depan yang masih menunggu bangunnya unicorn-unicorn tidur dari planet fintech di lantai bursa seperti Go-Jek, Traveloka, Bukalapak, dan Tokopedia haruslah disikapi dengan suka cita dan dengan realisasi dan dukungan yang nyata, tidak hanya di bibir saja.
Alih teknologi dan pengetahuan dari fintech-fintech tersebut ke pasar modal juga harus dapat dimanfaatkan untuk mempercepat perputaran uang dan mekanisme transaksi yang semakin hari semakin otomatis dan robotis.
Belum lagi gregetnya dan semangat muda dari generasi baru yang menggerakkan fintech dan dunia entrepreneur tentu harus diserap juga oleh regulator sehingga mampu menelurkan terobosan-terobosan yang mendukung aktivitas pasar, bukan menggerogotinya.
Untuk itu, pendalaman pasar modal ke milenials tentu menjadi PR tersendiri agar menyadarkan arti dan pentingnya investasi di depan mata mereka dan kemudian menularkannya kepada generasi penerus setelahnya.
Mekanisme bursa Indonesia yang lebih ramah terhadap investor lokal dan asing, terhadap emiten dan potensial emiten, tentulah harus terus didorong dan tak henti mengembangkan produk yang jauh lebih menarik daripada sekarang.
Tak lupa bahwa pendalaman yang masih dangkal tidak hanya menjadi potensi tetapi harus cepat direalisasikan perkembangannya sehingga dapat dilihat sebagai perkembangan yang konstruktif bagi perkembangan pasar modal ke depannya.
Paling utama yang patut diperbaiki adalah fundamental makroekonomi untuk mengejar ketertinggalan kualitas manufaktur, perdagangan, neraca pembayaran terutama defisit transaksi berjalan yang masih menjadi perhatian pasar dan investor sampai saat ini.
Dengan pasar modal yang semakin ramai dengan banyaknya emiten dan investor baru, tentu akan lebih banyak juga kemajuan dan perkembangan yang terjadi. The more, the merrier.
Proyeksi Dana Raihan IPO
| (US$ miliar) | 2019 | 2020 | 2021 |
| Singapura | 3.8 | 2 | 3.2 |
| Indonesia | 1.9 | 1.3 | 2 |
| Malaysia | 1.7 | 1.3 | 2.1 |
| Vietnam | 4.5 | 4.1 | 3.5 |
| Thailand | 4.3 | 2 | 3.1 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/irv)