Menimbang Akuisisi 20% Saham Blue Bird oleh Go-Jek

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
12 February 2018 19:12
Arif Gunawan
Arif Gunawan
Jurnalis pencinta sastra, yang baru meraih Master of Science bidang Energi Terbarukan dari Universitas Darma Persada. Mengawali proses jurnalistik di Hayamwuruk, Penulis berkarir di Bisnis Indonesia, Bloomberg TV Indonesia, The Jakarta Post dan kini bersam.. Selengkapnya
Go-Jek Indonesia dikabarkan membeli saham PT Blue Bird Tbk.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Catatan: Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi CNBCIndonesia.com

Go-Jek Indonesia tahun ini dipastikan kebanjiran dana menyusul masuknya investor asing dan lokal dalam konsorsium pendanaan senilai total US$1,2 miliar (Rp16,34 triliun). PT Astra International Tbk menjadi investor terbaru yang mengonfirmasi suntikan dana tersebut.

Bersamaan dengan suntikan dana tersebut, pelaku pasar ramai membicarakan wacana akuisisi saham PT Blue Bird Tbk oleh perusahaan penyedia jasa on-demand tersebut. Menyusul kabar tersebut, saham PT Blue Bird Tbk berkode BIRD tak tanggung-tanggung melesat 9,58% (Rp 340 per unit) pada penutupan sesi satu perdagangan Senin (12/2/2018) ke level Rp 3.890 per unit.

Sejauh ini, Pendiri serta CEO Go-Jek Nadiem Makarim mengaku tidak tahu menahu mengenai kabar tersebut, dan menyebutnya sebagai rumor. Sementara menurut beberapa sumber CNBC Indonesia, kedua belah pihak telah menjajaki aksi korporasi tersebut dan melakukan pertemuan awal.

Apakah peluang tersebut bisa terwujud dalam perhitungan bisnis? CNBC Indonesia menimbang skenario pembelian saham tersebut dari sisi keuangan, peluang bisnis ke depannya, dan kendala yang menghadang.

1. Nilai akuisisi
Saat ini, saham Blue Bird berjumlah 2,5 miliar (2.502.100.000) unit, dengan saham yang beredar di publik sebanyak 396,2 juta (396.200.900) atau sebanyak 15,83%. Dua puluh persen saham setara dengan 500,42 juta unit.

Nilainya tentu bergantung pada kesepakatan kedua belah pihak. Menurut data PT Bursa Efek Indonesia (BEI), harga saham BIRD tertinggi dalam 90 hari terakhir perdagangan berada di level Rp 4.830 per unit.

Dengan mengasumsikan bahwa harga yang disepakati adalah premium, atau minimal harga tertinggi dalam 90 hari terakhir perdagangannya, maka Go-Jek perlu merogoh kocek senilai Rp2,42 triliun.

Angka tersebut jelas bukan persoalan besar untuk Gojek, mengingat perseroan pada tahun ini saja telah mengumpulkan dana sebesar Rp16,34 triliun. Bahkan, seandainya harga tersebut memasukkan goodwill berupa posisi Blue Bird sebagai pemimpin pasar taksi konvensional dan brand yang kuat sehingga mendongkrak nilainya menuju kisaran Rp 3 triliun, angka tersebut masih masuk dalam kemampuan modal perseroan.

2. Peluang ke depan
Bagi Go-Jek, kepemilikan dominan di Blue Bird memungkinkan perseroan untuk mengatasi tantangan berupa regulasi. Sebagaimana diketahui, pemerintah telah menerbitkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 108 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang Dengan Kendaraan Bermotor Umum Tidak Dalam Trayek (PM 108).

Aturan tersebut mengatur keberadaan taksi online seperti yang dioperasikan Go-Jek. Salah satu klausulnya adalah mengenai kewajiban uji Kelayakan Izin Restribusi (KIR) atau uji kelayakan. Demikian juga aturan mengenai armada yang harus dibawahi oleh entitas berbadan hukum.

Dengan memiliki seperlima saham Blue Bird, Go-Jek memiliki akses untuk itu semua, memayungi 900.000 mitra pengemudinya.

Demikian juga sebaliknya, Blue Bird memiliki peluang untuk mengintegrasikan armadanya dalam layanan Go-Jek secara lebih fleksibel. Keduanya juga bisa saling bekerja sama untuk menggarap pasar di luar Jawa yang selama ini belum dikuasai Blue Bird.

Keunggulan Go-Jek, dalam hal fleksibilitas penyediaan jasa taksi, memungkinkan Blue Bird untuk membuka layanan di pasar baru dengan tanpa perlu menyiapkan infrastruktur besar seperti misalnya pool atau rekrutmen karyawan baru. Kolaborasi dengan Go-Jek akan memungkinkan layanan Blue Bird terutama taksi non-konvensionalnya untuk tersedia di pasar baru tersebut.

3.  Kendala
Dengan membeli 20 persen saham Blue Bird, maka Go-Jek akan menjadi pemilik saham terbesar kedua di emiten tersebut, setelah PT Pusaka Citra Djokosoetono (37,17%). Ini terjadi jika Go-Jek membeli saham Blue Bird dari anggota keluarga Purnomo Prawiro (total sebesar 46,99%).

Skenario kedua, Go-Jek membeli saham Blue Bird dari pemilik saham terbesarnya, yakni PT Pustaka Citra Djokosoetono sehingga perusahaan investasi tersebut kepemilikannya akan terdilusi menjadi 17,17%, menjadikan Go-Jek sebagai investor terbesar di perusahaan tersebut.

Menurut hemat kami, skenario pertama lebih sulit dilakukan karena Blue Bird perlu mengantongi persetujuan dari para anggota keluarga tersebut. Dalam kultur perusahaan keluarga seperti Blue Bird, persetujuan yang memengaruhi pelepasan saham perorangan umumnya sangat sulit dicapai.

Di sisi lain, negosiasi dalam skenario kedua pun tidak mudah kecuali seluruh anggota keluarga tersebut sepakat melepas kepengendalian atas Blue Bird jatuh ke entitas di luar keluarga. Transaksi yang memengaruhi kontrol kepemilikan demikian dalam sejarahnya hanya bisa dilakukan jika perusahaan mengalami ancaman pailit atau kesulitan keuangan.

Sementara, di atas kertas, Blue Bird masih membukukan laba bersih, yakni senilai Rp 109,05 miliar per September 2017. Arus kas bersihnya pun masih positif yakni di angka Rp 186,99 miliar pada periode yang sama.

Skenario ketiga, Go-Jek menurunkan target pembelian sahamnya dari pemegang saham sekarang, misalnya menjadi 10%, dan kemudian berbelanja 10% kebutuhan sisanya dari pasar saham melalui transaksi di pasar sekunder (block sale). Sebagai catatan, kepemilikan saham publik di Blue Bird saat ini sebesar 15,83%.

Berdasarkan data Reuters, Berikut daftar pemilik saham perseorangan di Blue Bird:

Nama%  
Purnowo Prawiro9,56
Kresna Priawan Djokosoetono5,97
Sigit Priawan Djokosoetono5,97
Bayu Priawan Djokosoetono5,97
Indra Priawan Djokosoetono5,97
Noni Sri Aryati Purnomo4,78
Adrianto Djokosoetono4,78
Sri Adriyani Lestasi3,99
TOTAL46,99


Sementara itu, berikut daftar investor institusi:

Fidelity International
Wells Capital Management Inc.
FIL Investment Management Ltd.
Dimensional Fund Advisor LP
BNP Paribas Asset Management Asia Ltd
Florida State Board of Administration
BlackRock Institutional Trus Company NA
Asset Management One Co. Ltd.
State Street Global Advisors
Credit Suisse Asset Management
Lion Global Investor Ltd.


4. Jejak akuisisi Go-Jek
Jika pembelian saham tersebut terwujud, Blue Bird akan menjadi perusahaan kesembilan di mana Go-Jek memiliki penyertaan saham. Dalam dua tahun terakhir, perseoan tercatat cukup agresif dalam membeli saham perusahaan lain, utamanya startup, sebanyak delapan perusahaan atau rata-rata empat startup per tahun.

Akuisisi tersebut dilakukan tepat setelah Go-Jek membukukan pendanaan eksternal pertamanya yakni berskema Venture Round, yang nilainya tidak dipublikasikan.

Dikutip dari crunchbase, berikut daftar perusahaan yang sahamnya dimiliki oleh Go-Jek:

NamaTanggal Akuisisi
Midtrans15 Desember 2017
PT RUMA15 November 2017
LOKET8 Agustus 2017
MVCommerce24 Oktober 2016
C42 Engineering19 Februari 2016
Leftshift8 November 2016
Pianta27 September 2016




(roy/roy)

Tags

Related Opinion
Recommendation