Memaknai Robohnya Gedung Bursa Efek Indonesia

CNBC Indonesia, CNBC Indonesia
16 January 2018 11:50
CNBC Indonesia
CNBC Indonesia
Tim Redaksi CNBC Indonesia.. Selengkapnya
Tidak ada yang bisa menduga kapan bencana datang. Begitupula kami, CNBC Indonesia, yang mulai tayang perdana pada Senin, 15 Januari 2018.
Foto: Aristya Rahadian Krisabella

Catatan: Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi CNBCIndonesia.com

Tidak ada yang bisa menduga kapan bencana datang. Begitupula kami, CNBC Indonesia, yang mulai tayang perdana pada Senin, 15 Januari 2018, bertepatan dengan ambruknya selasar mezzanine Tower II Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta.
 
Kebetulan juga, kami tengah berada di Gedung BEI ketika peristiwa itu terjadi. Bersama dengan Komisaris Transmedia, Ishadi SK, Tim CNBC Indonesia tengah berkunjung sekaligus mewawancarai Direktur Utama BEI Tito Sulistio.
 
Wawancara khusus yang berlangsung sekitar 1 jam itu berlangsung cukup santai namun tetap serius. Tito menceritakan strategei BEI : "Mimpi Mengejar Ketertinggalan".
 
Usai wawancara, Tito kemudian mengajak kami berkeliling gedung bursa termasuk ke bagian sangat dekat dengan selasar yang ambruk itu. Setelah itu, kami pun meninggalkan gedung BEI untuk kembali menuju kantor.
 
Sekitar 15 menit setelah kami pergi atau tepatnya pukul 11.55 WIB, selasar yang kami lewati itu rubuh. Lebih dari 70 orang mengalami luka karena jatuh dari ketinggian lebih dari 5 meter. Sebagian lagi karena tertimpa puing yang ambruk.
 
Beberapa jurnalis CNBC Indonesia yang masih berada di BEI dalam hitungan detik langsung melaporkan kejadian tersebut kepada tim yang berada di kantor kami, Gedung Transmedia.
 
Kami yang telah meninggalkan BEI pun langsung banting setir putar balik ke kembali dan tiba di gedung bursa dalam hitungan menit.

Pemimpin Redaksi CNBCIndonesia.com yang berada dalam tim rombongan, turun langsung untuk melakukan reportase breaking news. Breaking news tersebut, juga dinikmati pembaca melalui detik.com, sister company dari CNBC Indonesia.


Sontak, live report gedung BEI ambruk menjadi berita yang paling banyak dibaca pembaca CNBCIndonesia.com pada Senin (15/01/2018) kemarin. Kami melaporkan peristiwa tersebut beberapa menit setelah kejadian dan berlanjut hingga larut malam.

[Gambas:Video CNBC]

Banyak yang bilang kami beruntung, karena mendapatkan momentum peristiwa bencana. Tetapi percayalah, kami tidak pernah sedikit pun merasa beruntung dengan kejadian itu. Sebisa mungkin kami juga mengesampingkan kewajiban reportase dan lebih memilih membantu korban yang bergelimpangan meminta tolong.

Rasa kemanusian yang mendorong sebagian tim CNBC Indonesia untuk melakukan evakuasi korban, ketimbang reportase breaking news. Karena tidak ada berita yang lebih bagus, dibandingkan kesempatan menyelamatkan sesama.

Bagi CNBC Indonesia, peristiwa Senin kelabu di BEI bukan hanya peristiwa bencana biasa. Kejadian tersebut adalah peristiwa ekonomi karena setiap bencana akan meningkatkan beban biaya dalam setiap proses bisnis terkait.

Peristiwa tersebut mengingatkan kembali pentingnya sebuah penilaian kelayakan gedung yang akuntabel. Selama ini, penilaian itu merupakan wewenang Pemerintah Daerah dengan izin Sertifikat Laik Fungsi (SLF).

Uniknya, gedung tersebut memiliki SLF alias layak untuk digunakan. Tentu ini jadi pertanyaan ketika sebuah gedung mengantongi SLF tetapi kemudian datang bencana yang patut diduga karena kesalahan dalam konstruksi.

Membedah kejadian tersebut merupakan salah satu niat CNBC Indonesia dalam rangka memaknai peristiwa, tidak sekedar menghadirkan breaking news peristiwa ekonomi terkini. Kami juga melengkapi pemberitaan sebuah momentum ekonomi dengan reportase mendalam dan riset yang aktual.

Dalam rangka mendekatkan diri dengan pembaca muda yang masuk kelompok millennials, kami juga menghadirkan infografis dan vlog yang lebih mudah dicerna.

Akhir kata, kami ucapkan selamat menikmati CNBCIndonesia.com yang menyajikan berita ekonomi serta bisnis terkini dan diulas secara mendalam oleh Tim Riset berpengalaman.

Tim CNBC Indonesia




(dru)

Tags

Related Opinion
Recommendation