Internasional

Top! Putin Mau Bangun Pembangkit Nuklir di Bulan, Duet dengan China

tfa, CNBC Indonesia
Rabu, 24/12/2025 18:00 WIB
Foto: Rusia (AP Photo/Alexander Zemlianichenko)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rusia menargetkan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di bulan dalam satu dekade ke depan sebagai bagian dari upaya memperkuat kembali ambisi eksplorasi luar angkasanya. Proyek ini ditujukan untuk memasok energi bagi program bulan Rusia serta Stasiun Penelitian Bulan Internasional yang dikembangkan bersama China.

Perusahaan antariksa negara Rusia, Roscosmos, menyatakan pembangkit listrik tersebut ditargetkan beroperasi pada 2036. Untuk merealisasikan proyek ini, Roscosmos telah menandatangani kontrak dengan perusahaan kedirgantaraan Lavochkin Association.

"Proyek ini merupakan langkah penting menuju terciptanya stasiun bulan ilmiah yang berfungsi secara permanen dan transisi dari misi sekali waktu ke program eksplorasi bulan jangka panjang," ujar Roscosmos dalam pernyataannya, seperti dikutip Reuters, Rabu (24/12/2025).


Meski tidak secara eksplisit menyebut jenis pembangkit listrik yang akan dibangun, Roscosmos mengungkapkan bahwa proyek ini melibatkan Rosatom, yakni perusahaan energi nuklir milik negara Rusia, serta Institut Kurchatov, lembaga riset nuklir terkemuka di Rusia. Keterlibatan kedua institusi tersebut menguatkan indikasi bahwa pembangkit listrik di Bulan ini akan berbasis tenaga nuklir.

Kepala Roscosmos Dmitry Bakanov sebelumnya juga menegaskan arah pengembangan tersebut. Selain membangun pembangkit listrik tenaga nuklir di Bulan, ia juga mengatakan bahwa Rusia juga memiliki ambisi untuk menjelajahi Venus.

Langkah ini diambil di tengah upaya Rusia mengejar ketertinggalan dalam perlombaan antariksa global. Sejak kosmonaut Soviet Yuri Gagarin menjadi manusia pertama di luar angkasa pada 1961, Rusia lama dikenal sebagai kekuatan besar di bidang ini. Namun dalam beberapa dekade terakhir, posisinya tersalip oleh Amerika Serikat (AS) dan semakin tertinggal dari China.

Ambisi Rusia juga sempat terpukul pada Agustus 2023 ketika misi Luna-25 tanpa awak gagal mendarat dan menabrak permukaan Bulan. Di sisi lain, dominasi Rusia dalam peluncuran wahana antariksa turut tergerus oleh kemajuan pesat perusahaan swasta seperti SpaceX milik Elon Musk.

Bulan sendiri berjarak sekitar 384.400 kilometer dari Bumi dan memainkan peran penting dalam menjaga stabilitas iklim serta memicu pasang surut air laut. Kini, satelit alami Bumi itu kembali menjadi medan persaingan strategis negara-negara besar dalam eksplorasi luar angkasa jangka panjang.


(sef/sef)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Polandia Kerahkan Jet Tempur Usai Serangan Rusia