Polisi Serbu Markas Gembong Narkoba, Berujung Tragedi Mengerikan
Jakarta, CNBC Indonesia — Laporan investigasi Reuters mengungkap detail operasi polisi paling mematikan dalam sejarah Brasil yang terjadi di kompleks favela Penha dan Alemão, Rio de Janeiro, pada Oktober lalu.
Operasi tersebut menewaskan sedikitnya 121 orang, termasuk lima anggota kepolisian, setelah baku tembak berlangsung selama sekitar 17 jam.
Menurut laporan kejadian polisi yang dilihat Reuters, dikutip Minggu (21/12/2025), bentrokan bermula tak lama setelah tengah malam ketika aparat menemukan sekitar 20 pria bersenjata yang melarikan diri dengan sepeda motor dari kawasan Alemão, salah satu basis utama geng narkoba Comando Vermelho. Dua di antaranya tertembak dan menyebut kepada polisi bahwa informasi mengenai rencana penggerebekan telah bocor.
Beberapa jam kemudian, kembang api dinyalakan di atas favela Penha dan Alemão, yang menurut warga setempat merupakan sinyal peringatan adanya pergerakan polisi.
Sekitar pukul 04.00 pagi, ratusan polisi dengan kendaraan lapis baja mulai memasuki kawasan tersebut. Anggota geng membakar ban dan kendaraan untuk menghalangi akses jalan, sementara drone polisi kesulitan memantau pergerakan di wilayah berbukit dan gang sempit.
Operasi ini dirancang untuk melumpuhkan pimpinan lokal Comando Vermelho, termasuk Edgar Alves de Andrade alias Doca. Namun, berdasarkan deposisi pejabat kepolisian, cuaca buruk sempat menunda operasi berulang kali sehingga memicu beredarnya informasi di kalangan masyarakat. Sejumlah perwira mengakui bahwa skala pengerahan pasukan dan kendaraan juga berpotensi menghilangkan unsur kejutan.
Saat polisi mendekati lokasi target utama, mereka diserang dari posisi lebih tinggi. Seorang detektif tewas tertembak di dada, sementara perwira lain mengalami luka parah hingga kakinya harus diamputasi. Aparat kemudian menyadari bahwa mereka masuk ke dalam jebakan.
Unit elite BOPE dari kepolisian militer yang ditempatkan di perbukitan sekitar dikerahkan untuk membantu. Namun, upaya penyelamatan juga diwarnai baku tembak intens. Drone polisi merekam sejumlah anggota geng bersenjata lengkap bergerak di area hutan. Dalam proses evakuasi, dua anggota BOPE tewas dan beberapa lainnya luka-luka.
Sekretaris Keamanan Publik Rio de Janeiro, Victor dos Santos, mengatakan kepada Reuters bahwa pemerintah berencana mengerahkan hingga 2.500 personel untuk menciptakan keunggulan jumlah. Namun, laporan internal polisi mencatat sekitar 1.100 personel yang benar-benar masuk ke kompleks Penha pada pagi hari operasi.
Baku tembak berlanjut hingga sore dan malam hari. Sekolah ditutup, transportasi umum terhenti, dan sejumlah jalan utama diblokir. Jenazah korban mulai berdatangan ke rumah sakit setempat, sementara keluarga warga yang hilang berkumpul di kantor polisi mencari informasi.
Rekaman video dan kesaksian warga menunjukkan bahwa sejumlah jenazah dipindahkan sebelum proses forensik selesai, yang menurut pakar forensik menimbulkan tantangan dalam penyelidikan independen. Hingga malam hari, warga menemukan puluhan jenazah di area perbukitan dan membawa mereka ke pusat komunitas untuk diidentifikasi.
Reuters melaporkan bahwa dua minggu setelah operasi, akses ke favela masih dijaga pos pemeriksaan geng, dan sejumlah warga serta pejabat setempat menyatakan bahwa struktur kekuasaan Comando Vermelho di wilayah tersebut tetap utuh.
(mkh/mkh)