Diplomasi Kesehatan RI-Tiongkok: BPOM Bidik Potensi Ekonomi 10 T
Jakarta, CNBC Indonesia - BPOM RI melakukan rangkaian kunjungan kerja strategis ke berbagai institusi pemerintah, akademisi, serta industri farmasi dan bioteknologi di Tiongkok. Kepala BPOM Taruna Ikrar mengatakan, tujuan kegiatan ini untuk memperluas kolaborasi regulatori, mendorong inovasi vaksin, mengembangkan riset obat tradisional, serta mempercepat transfer teknologi di bidang terapi biologi dan obat masa depan.
Dalam kunjungan tersebut, Taruna Ikrar bertemu langsung dengan Commissioner of the National Medical Products Administration (NMPA) Republik Rakyat Tiongkok Li Li. Agenda pertemuan tersebut merupakan upaya memperkuat kerja sama bilateral Indonesia-Tiongkok dalam penguatan regulatori untuk produk kesehatan.
Dalam pertemuan yang berlangsung di Beijing, BPOM dan NMPA membahas penguatan harmonisasi regulasi obat, vaksin, produk biologi, dan obat tradisional. Kedua pihak menjajaki pembentukan joint technical working group dan pengembangan confidentiality commitment.
Pengembangan tersebut menjadi langkah untuk semakin memperluas kerja sama dalam hal pertukaran data, peningkatan kapasitas pengawasan, dan penggunaan teknologi digital, termasuk kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) dalam inspeksi, pelacakan, serta farmakovigilans.
"Kami berharap kerja sama ini dapat semakin mempercepat proses evaluasi produk kesehatan tanpa mengurangi standar keamanan, efikasi, dan mutunya," urai Taruna dalam keterangan resmi, Kamis (18/12/2025).
Dia juga menyampaikan komitmen untuk memperpanjang dan memperluas cakupan nota kesepahaman antara BPOM dengan NMPA agar kerja sama kedua lembaga semakin berdampak luas bagi masyarakat di kedua negara dan kawasan Asia. Saat kunjungan ke Xiamen Innovax Biotech dan CanSino Biologics, Taruna beserta tim mengungkapkan rencana peningkatan kolaborasi inovasi vaksin dan terapi biologi.
Kunjungan ini menjadi bagian penting dari agenda BPOM dalam memperkuat kerja sama riset dan pengembangan vaksin. BPOM juga mengapresiasi capaian inovasi vaksin hepatitis dan Human Papillomavirus (HPV) dari Innovax, serta teknologi vaksin inhalasi dan terapi biologis yang dikembangkan CanSino.
Taruna menegaskan komitmen BPOM terhadap regulatory science dan pendekatan reliance dalam evaluasi pre market. Pendekatan ini dilakukan untuk memperluas akses masyarakat terhadap produk kesehatan, termasuk vaksin yang terbukti aman dan efektif.
"Kami telah menerapkan pendekatan ini untuk mempercepat evaluasi produk yang jumlahnya mencapai lebih dari 70 produk biologi sejak 2017 lalu," tambahnya.
Dalam kunjungan ke China Shijiazhuang Pharmaceutical Company (CSPC) Pharmaceutical Co. Ltd, Taruna Ikrar beserta tim meninjau fasilitas produksi terapi sel dan gen (advanced therapy medicinal products/ATMP). BPOM menilai teknologi CSPC dapat menjadi rujukan bagi Indonesia dalam memperkuat kerangka regulasi ATMP dan memperluas akses terhadap terapi inovatif untuk penyakit kronis, termasuk stroke.
BPOM juga menyambut kerja sama pengembangan produk n-butylphthalide (NBP) yang akan masuk ke Indonesia melalui kolaborasi dengan industri farmasi nasional. NBP dalam bentuk tablet dan injeksi ini diindikasikan sebagai terapi untuk penderita stroke iskemik. Taruna juga menilai kerja sama yang akan terjalin ini memiliki potensi ekonomi strategis dan dapat menjadi dasar pengembangan pusat riset bersama Indonesia-Tiongkok. Kerja sama pengembangan obat tradisional dan bioteknologi dapat terus dikembangkan dengan mengacu pada model kolaborasi triple helix atau sinergi ABG (academic, business, and government) yang juga diperkenalkan ke stakeholder di Tiongkok.
Sinergi ini memungkinkan arus kerja sama penelitian, pengembangan, dan hilirisasi produk dapat berjalan lebih terarah. Pada kehadirannya di Health & Life Science Summit 2025 di Shanghai, Taruna kembali menegaskan pentingnya diplomasi kesehatan global dan kolaborasi lintas negara untuk menghadapi tantangan di bidang obat dan makanan.
Dia menekankan perlunya integrasi inovasi, percepatan regulasi berbasis risiko, serta kerja sama pengembangan produk kesehatan yang responsif terhadap kebutuhan masyarakat. Sementara dalam pertemuan dengan National Development and Reform Commission- International Cooperation Center (NDRC-ICC), Tiongkok juga menyatakan ketertarikan untuk memperluas riset bersama mengenai jamu Indonesia serta pertukaran teknologi dan standar regulasi.
Pertemuan ini berdampak positif terhadap transformasi regulasi ATMP dan terapi masa depan di Indonesia. Pertemuan Kepala BPOM dengan akademisi Traditional Chinese Medicine (TCM) juga menekankan pentingnya integrasi TCM dan Jamu Indonesia sebagai peluang strategis dalam pengembangan obat tradisional berbasis riset dan pasar global.
Pembentukan TCM-Jamu business forum dapat dijadikan wadah resmi kolaborasi pemerintah, industri, dan akademisi kedua negara di bidang obat tradisional. Bahkan dalam pertemuan dengan Shanghai Global Health Innovation Institute (GHII), delegasi Indonesia menghasilkan suatu peluang kerja sama dalam pengembangan produk farmasi dan harmonisasi standar regulasi. Kerja sama ini merupakan salah satu langkah keberhasilan diplomasi kesehatan pada Shanghai Health & Life Science Summit 2025.
Di Universitas Xiamen dan Universitas Tsinghua, Taruna juga memberikan kuliah umum dan berdiskusi dengan akademisi mengenai pentingnya regulasi berbasis ilmu pengetahuan untuk mendukung ketahanan kesehatan global. BPOM mendorong perluasan kerja sama riset, pengembangan teknologi, dan pelatihan kapasitas untuk mendukung pengawasan terapi inovatif, termasuk vaksin generasi baru dan ATMP.
Taruna juga memaparkan mengenai penguatan peran akademisi dalam riset dan regulasi. Rangkaian pertemuan di Tiongkok sejalan dengan agenda transformasi pengawasan BPOM, termasuk pengembangan sistem berbasis kecerdasan buatan untuk deteksi dini risiko obat dan makanan.
BPOM juga sedang menggarap integrasi data lintas negara dan peningkatan kecepatan evaluasi tanpa mengurangi prinsip kehati-hatian berdasarkan data ilmiah. Kunjungan kerja di Tiongkok ini sangat potensial dalam percepatan investasi dan perdagangan global serta implementasi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2025-2029, yang menjadi Program Prioritas Presiden RI. Taruna mengungkapkan, potensi nilai ekonomi kerja sama Indonesia dan Tiongkok yang diperoleh dari kunjungan kerja ini diproyeksikan mencapai Rp10 triliun dalam jangka waktu 5 tahun ke depan.
"Nilai ini diperoleh dari proyeksi investasi, transfer teknologi, dan kolaborasi riset bersama. Kolaborasi dimaksud mencakup penyediaan vaksin, terapi berbasis sel dan gen, pengembangan industri farmasi, dan peningkatan kapasitas sektor kesehatan Indonesia," urai Taruna.
Untuk dapat memaksimalkan peran sebagai connector dan katalis antara inovasi, industri, dan kebijakan publik, Taruna menegaskan BPOM perlu senantiasa memastikan manfaat ekonomi dan kesehatan yang berkelanjutan dirasakan dampaknya bagi Indonesia. Langkah strategis yang dilakukan BPOM terbagi menjadi lima, mulai dari percepatan proses registrasi hingga perluasan industri farmasi.
Pertama, mendorong percepatan proses evaluasi dan registrasi produk inovatif dari mitra Tiongkok yang memiliki nilai tambah bagi industri dan kesehatan masyarakat. Kedua, memfasilitasi skema transfer teknologi melalui mekanisme regulatory reliance, scientific advice, dan koordinasi teknis lintas lembaga.
Ketiga, membangun jalur kolaborasi riset bersama (joint research) dalam pengembangan vaksin, ATMP, tanaman obat, dan teknologi kesehatan. Keempat, memperkuat harmonisasi standar dan pengawasan untuk memastikan seluruh produk hasil kolaborasi memenuhi standar keamanan, efikasi, dan mutu sesuai regulasi nasional dan internasional.
Kelima, mendukung perluasan investasi industri farmasi dan bioteknologi melalui penyederhanaan proses regulatori yang tetap menjaga prinsip kehati-hatian. Taruna menekankan peran strategis BPOM dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. BPOM berkontribusi terhadap 30-40% perekonomian nasional melalui pengawasan obat, pangan, dan produk kesehatan.
"BPOM juga mendorong peningkatan kontribusi sektor kesehatan dan farmasi hingga 8% terhadap pertumbuhan ekonomi nasional pada periode 2028-2029 melalui penguatan kolaborasi internasional, transfer teknologi, dan inovasi berbasis riset," punkas Taruna.
Melalui penguatan diplomasi kesehatan dan kemitraan strategis, BPOM terus berupaya memastikan masyarakat Indonesia memperoleh akses terhadap obat, vaksin, dan produk kesehatan inovatif yang memenuhi standar keamanan dan mutu internasional. Rangkaian kerja sama tersebut menegaskan komitmen BPOM dalam membangun ekosistem kesehatan nasional yang maju, mandiri, dan berdaya saing global untuk mewujudkan visi Indonesia Emas 2045.
[Gambas:Video CNBC]