Honda Recall 70 Ribu Mobil, Ada Masalah Pada Rem
Jakarta, CNBC Indonesia - Raksasa otomotif asal Jepang, Honda Motor Co., resmi mengumumkan penarikan kembali (recall) terhadap 70.658 unit kendaraannya di pasar Amerika Serikat (AS). Langkah ini diambil setelah ditemukannya potensi kerusakan pada fungsi pengereman yang dapat membahayakan keselamatan pengemudi dan penumpang.
Berdasarkan laporan National Highway Traffic Safety Administration (NHTSA) pada Rabu, (17/12/2025), masalah ini berfokus pada penurunan fungsi rem yang dapat memperpanjang jarak berhenti kendaraan. Kondisi ini secara signifikan meningkatkan risiko terjadinya tabrakan atau cedera serius, sehingga otoritas keselamatan jalan raya AS mendesak pemilik kendaraan untuk segera melakukan perbaikan.
Honda menyatakan bahwa kampanye recall ini merupakan bagian dari komitmen perusahaan untuk menjaga standar keselamatan tertinggi di tengah meningkatnya persaingan industri. Perusahaan sedang berupaya menghubungi pemilik kendaraan yang terdampak guna memastikan perbaikan pada sistem pengereman dilakukan secara gratis di diler resmi Honda di seluruh Amerika Serikat.
Penarikan massal oleh Honda ini menambah daftar panjang badai recall yang melanda industri otomotif global sepanjang tahun 2025. Sejak awal tahun, sejumlah produsen besar telah dipaksa menarik jutaan unit kendaraan mereka karena berbagai masalah teknis, mulai dari malfungsi perangkat lunak hingga kerusakan komponen mekanis yang krusial.
Tercatat pada kuartal pertama 2025, Toyota juga melakukan penarikan besar-besaran terhadap lebih dari 100.000 unit kendaraan karena isu pada kantong udara (airbag). Di saat yang hampir bersamaan, raksasa mobil listrik Tesla turut melakukan recall perangkat lunak pada model terbarunya guna memperbaiki sistem kemudi otonom yang dilaporkan mengalami glitch di beberapa wilayah.
Selain produsen Jepang dan AS, pabrikan asal Jerman seperti BMW dan Mercedes-Benz juga tidak luput dari tren ini. Kedua merek mewah tersebut sempat mengumumkan recall untuk ribuan unit kendaraan listrik (EV) mereka di pertengahan tahun 2025 akibat kekhawatiran terkait sistem manajemen baterai yang berisiko mengalami overheat.
(tps/șef)