Internasional

Kronologi Geger Tentara Bayaran Rusia di Perang Thailand-Kamboja

sef, CNBC Indonesia
Rabu, 17/12/2025 10:59 WIB
Foto: Ilustrasi tentara bayaran Rusia (REUTERS/STRINGER)

Jakarta, CNBC Indonesia - Tentara bayaran dari Rusia dilaporkan muncul di perang dua tetangga RI, Thailand dan Kamboja. Perlu diketahui, kedua kembali dilanda pertempuran dengan melibatkan tembakan, rudal dan jet tempur, sejak awal pekan lalu.

Lalu Bagaimana Kronologinya?

Hal ini bermula dari laporan sejumlah laman lokal, di antaranya Bangkok Post. Dimuat bagaimana kepolisian di sebuah kota di wilayah timur laut Thailand, Nakhon Ratchasima, mengeluarkan pengumuman melalui media sosial Facebook.


Di Thailand, pengguna aplikasi Facebook lebih banyak dibanding media sosial lain. Kepala Polisi di sana memberi instruksi pada Senin, khususnya di distrik Muang.

"Semua kantor polisi di distrik Muang telah diperintahkan untuk memantau secara ketat warga negara Rusia yang berada di daerah tersebut, di tengah kekhawatiran bahwa mereka mungkin adalah tentara bayaran yang disewa untuk menyabotase situs militer dan area ekonomi," tulis laman itu, dikutip Rabu (17/12/2025).

"Polisi telah menerima laporan bahwa seorang warga negara Rusia telah disewa oleh Kamboja untuk menggunakan drone untuk menyerang situs-situs strategis di provinsi tersebut, termasuk Pangkalan Udara Wing 1," tambahnya menyebut markas militer setempat.

Dikatakan pula bahwa pengarahan ke 32 distrik lain sudah diberikan. Belum ditemukan hal yang mencurigakan sejauh ini.

Hal sama juga diberitakan World Thai. Disebut bahwa tentara bayaran menggunakan Thailand sebagai tempat pertemuan sementara yang lain melakukan perjalanan ke Kamboja melalui bandara Thailand.

Ini kemudian dikaitkan dengan meningkatnya aktivitas kehadiran drone canggih yang digunakan oleh militer Kamboja. Pengoperasian drone yang membutuhkan personel profesional dikaitkan dengan tentara bayaran Rusia.

Respons Putin

Sementara itu pemerintah Presiden Vladimir Putin, melalui Kedutaan Besar Rusia di Thailand telah mengeluarkan pernyataan yang menolak laporan bahwa warga negara Rusia telah terlibat dalam konflik perbatasan Thailand-Kamboja sebagai "tentara bayaran". Dikutip The Nation, kedutaan mengatakan bahwa klaim tersebut tidak berdasar.

Kedutaan mengatakan bahwa mereka mengetahui beberapa media Thailand telah melaporkan kemungkinan bahwa warga negara Rusia disewa oleh Kamboja untuk bergabung dalam konflik di sepanjang perbatasan Thailand-Kamboja. Kedutaan menyebut bahwa laporan tersebut tidak memiliki dasar faktual dan tampaknya telah dibuat-buat oleh sumber-sumber di luar wilayah tersebut, dengan tujuan untuk merusak hak-hak warga negara Rusia yang tinggal di Thailand sebagai turis atau pebisnis.

"Klaim tersebut dapat merusak persahabatan yang telah lama terjalin antara Rusia dan Thailand," ujarnya.

"Rusia memiliki hubungan yang ramah dan kooperatif dengan Thailand dan Kamboja. Kami menegaskan kembali bahwa kami mendukung penyelesaian sengketa ini hanya melalui cara damai," ujar juru bicaranya.

Lebih lanjut kedutaan menekankan bahwa Rusia tidak mendukung atau berpartisipasi dalam konflik tersebut dan menyerukan pelaporan yang bertanggung jawab. Ini untuk mencegah informasi yang salah meningkatkan ketegangan atau merusak hubungan bilateral.

Kata Kamboja

Kamboja sendiri juga membantah laporan. Ketua Senat Hun Sen, yang juga mantan Perdana Menteri (PM) Kamboja, memberi klarifikasi.

"Untuk menjaga martabat Kamboja, serta martabat warga Rusia dan warga asing lainnya yang dituduh, saya ingin mengklarifikasi bahwa Kamboja tidak memiliki pasukan Rusia atau asing yang berperang di medan perang atau bertugas sebagai penasihat militer untuk tentara Kamboja," kata Hun Sen dalam unggahan di halaman Facebook.

Hun Sen mengatakan Kamboja tidak memiliki pasukan asing di wilayahnya sejak UNTAC mengacu pada United Nations Transitional Authority in Cambodia, yang merupakan pasukan penjaga perdamaian PBB Kamboja, kala itu.


(sef/sef)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Bentrokan Thailand-Kamboja Hari 5, Warga Thailand Terlantar