Cuaca Ekstrem Kepung Negara Arab, dari Hujan Es hingga Banjir Bandang
Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah negara Arab dibayangi cuaca ekstrem dalam beberapa hari terakhir, mulai dari hujan deras, badai petir, hujan es, hingga banjir bandang. Cuaca buruk ini muncul di Arab Saudi, Oman, Yordania, hingga wilayah Gaza di Palestina.
Di Arab Saudi, Pusat Meteorologi Nasional (National Center for Meteorology/NCM) memperingatkan hujan lebat yang berpotensi memicu banjir bandang di sejumlah wilayah utama, termasuk Makkah, Madinah, Riyadh, Qassim, Provinsi Timur, hingga Perbatasan Utara. Kondisi ini disertai badai petir, hujan es, dan angin kencang.
"Hujan badai sedang hingga lebat diperkirakan terjadi di beberapa wilayah dan dapat menyebabkan banjir bandang," tulis NCM dalam prakiraan resminya, seperti dikutip Gulf News, Rabu (17/12/2025).
NCM juga mencatat kondisi laut yang memburuk. Di Laut Merah, kecepatan angin dapat mencapai 50 km/jam dengan gelombang sedang hingga bergelombang, sementara di Teluk Arab angin bahkan diperkirakan menguat hingga lebih dari 60 km/jam dengan gelombang melebihi 2,5 meter di beberapa titik.
Cuaca tidak stabil juga melanda kawasan Teluk. Oman mengumumkan pembelajaran jarak jauh untuk sejumlah sekolah di Provinsi Musandam mulai Selasa (16/12/2025) menyusul hujan lebat yang mengguyur wilayah tersebut.
"Kementerian Pendidikan dan Pengajaran memutuskan sekolah negeri, swasta, dan internasional di Musandam melaksanakan pembelajaran jarak jauh demi keselamatan siswa," demikian pernyataan resmi otoritas setempat, seperti dikutip media lokal.
Sistem tekanan rendah yang sama turut memengaruhi Uni Emirat Arab (UEA). Otoritas setempat sebelumnya telah mengimbau warga untuk waspada terhadap angin kencang dan hujan deras, dengan cuaca tidak stabil diperkirakan berlangsung sepanjang pekan.
Pengalaman banjir besar pada 2024 membuat banyak perusahaan di UEA kini memprioritaskan kebijakan kerja jarak jauh saat cuaca ekstrem.
Dampak paling tragis terjadi di Gaza. Hujan deras yang mengguyur wilayah tersebut selama beberapa hari menewaskan sedikitnya 12 orang, termasuk seorang bayi berusia dua minggu yang meninggal akibat hipotermia.
Curah hujan di beberapa bagian Gaza dilaporkan mencapai lebih dari 150 milimeter dalam sepekan, membanjiri kamp pengungsi dan meruntuhkan bangunan yang telah rusak akibat konflik.
"Setiap kali badai datang, air merembes ke tenda kami dan kasur serta selimut menjadi basah kuyup," ujar Mohammed Gharableh, warga Gaza yang mengungsi dari Rafah, seperti dikutip Al Jazeera.
Sementara itu di Yordania, Departemen Meteorologi mengidentifikasi sejumlah wilayah yang paling rentan terhadap banjir bandang. Direktur Departemen Meteorologi Yordania, Raed Al-Khattab, menjelaskan bahwa penguatan sistem cuaca saat ini disebabkan oleh pergerakan massa udara dingin dan lembap yang bertemu dengan tekanan rendah di permukaan.
"Keselarasan sistem atmosfer atas dan permukaan meningkatkan ketidakstabilan, sehingga hujan lebat dan bahkan hujan es berpotensi terjadi," kata Al-Khattab.
Ia menyebut wilayah tengah seperti Amman, Balqa, dan Madaba, serta Lembah Yordania dan kawasan Laut Mati sebagai area paling berisiko banjir bandang. Topografi dataran tinggi dan lembah, menurutnya, mempercepat akumulasi air hujan dan meningkatkan potensi bencana.
Rangkaian peringatan ini menegaskan bahwa cuaca ekstrem kini meluas di kawasan Arab, memaksa pemerintah setempat meningkatkan kewaspadaan dan langkah mitigasi untuk melindungi warga dari dampak hujan deras, hujan es, dan banjir bandang yang berpotensi mematikan.
Â
(luc/luc)[Gambas:Video CNBC]