Mendag-Pengusaha Pede RI Kena Efek Dahsyat FTA dengan Wilayah Ini

Martyasari Rizky, CNBC Indonesia
Selasa, 16/12/2025 11:48 WIB
Foto: Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso saat ditemui seusai Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Kadin 2025 di Jakarta, Senin (1/12/2025). (CNBC Indonesia/Martyasari Rizky)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Perdagangan (Mendag) RI Budi Santoso menyatakan optimisme terhadap Perjanjian Perdagangan Bebas Indonesia-Uni Ekonomi Eurasia (Indonesia-EAEU FTA) yang akan segera ditandatangani. Perjanjian ini dinilai menjadi momentum penting untuk memperkuat akses pasar sekaligus posisi strategis Indonesia di kawasan Eurasia.

Optimisme tersebut disampaikan Mendag Budi dalam Strategic Forum Perdagangan Internasional: Indonesia-EAEU FTA yang digelar di Jakarta, Senin (15/12/2025). Turut hadir Wakil Perdana Menteri Belarusia Viktor Karankevich, Duta Besar Belarusia untuk Indonesia Raman Ramanouski, serta Duta Besar Armenia untuk Indonesia Serob Bejanyan. Adapun Mendag Budi didampingi Wakil Menteri Perdagangan Dyah Roro Esti Widya Putri dan Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kemendag RI Djatmiko Bris Witjaksono.

"Melalui Indonesia-EAEU FTA, Indonesia akan memperoleh akses peluang pasar yang lebih luas di kawasan Eurasia yang mencakup Armenia, Rusia, Belarusia, Kirgizstan, dan Kazakhstan. Kawasan ini memiliki potensi pasar yang signifikan dengan jumlah penduduk sekitar 179,8 juta jiwa," ujar Budi dalam keterangan resminya, dikutip Selasa (16/12/2025).


Budi mengungkapkan, kinerja perdagangan Indonesia dengan Uni Ekonomi Eurasia menunjukkan tren positif. Pada 2024, total nilai perdagangan kedua pihak tercatat sebesar US$4,5 miliar. Dalam lima tahun terakhir, yakni periode 2020-2024, rata-rata pertumbuhan perdagangan Indonesia dengan kawasan tersebut mencapai 21,45%.

"Perdagangan Indonesia dengan Eurasia kami harapkan naik hingga dua kali lipat. Selama ini, kinerja ekspor Indonesia di pasar Eurasia juga menunjukkan capaian yang cukup baik. Indonesia juga membutuhkan barang-barang seperti barang modal dari Eurasia," katanya.

Ia menekankan, keberhasilan perjanjian dagang tidak hanya bergantung pada penandatanganan, tetapi juga pada implementasi yang optimal. Pemerintah Indonesia pun mendorong pembentukan forum atau wadah kerja sama bisnis guna mempertemukan pelaku usaha dan memperkuat kemitraan, termasuk melalui forum bisnis Indonesia-Belarusia.

"Semakin terbukanya akses pasar akan menjadi kesempatan untuk memperbesar skala perdagangan dan memperkuat daya saing di pasar Eurasia. Pemerintah Indonesia berkomitmen mendorong perdagangan internasional yang adil, nondiskriminatif, dan saling menguntungkan," ucap Budi.

Sementara itu, Wakil Perdana Menteri (PM) Belarusia Viktor Karankevich menyampaikan, pada 24 November 2025, Presiden Belarusia Alexander Lukashenko telah menandatangani Keputusan Presiden yang menyetujui rancangan perjanjian Indonesia-EAEU FTA. Hal ini menunjukkan kesiapan negara-negara anggota EAEU untuk segera menandatangani perjanjian tersebut.

"Kami berharap kerja sama ini dapat meningkatkan kapasitas ekonomi serta taraf hidup masyarakat di Indonesia, Belarusia, dan negara-negara anggota Uni Ekonomi Eurasia lainnya," kata Wakil PM Karankevich.

Lebih jauh, Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kemendag RI Djatmiko Bris Witjaksono menjelaskan, Indonesia-EAEU FTA berhasil diselesaikan pada 2025 dengan proses perundingan yang relatif singkat, sekitar dua hingga tiga tahun sejak dimulai pada 2023.

"Besarnya pasar Eurasia dengan hampir 200 juta penduduk menjadi salah satu alasan Pemerintah Indonesia menargetkan Eurasia sebagai mitra dagang strategis. Pemerintah Indonesia menargetkan implementasi perjanjian dapat mulai dirasakan pelaku usaha paling cepat pada akhir 2026, atau selambat-lambatnya pada 2027, seiring dengan upaya Indonesia menyelesaikan berbagai perjanjian dagang lainnya dengan mitra internasional," jelas Djatmiko.

Atase Perdagangan RI Moskow Ardianto Ardi Wibowo memaparkan berbagai produk unggulan Indonesia yang berpeluang besar di pasar Eurasia. Mulai dari komoditas berbasis kelapa, produk pertanian seperti kopi, teh, kakao, dan rempah-rempah, hingga produk pangan olahan. Selain itu, sektor industri, khususnya komponen dan suku cadang otomotif, serta produk perikanan juga dinilai memiliki prospek besar.

"Kerja sama di sektor jasa dan ketenagakerjaan juga kami harap dapat dikembangkan seiring dengan kebutuhan pasar Eurasia dan terbukanya peluang kemitraan baru bagi pelaku usaha Indonesia," tambah Ardianto.

Pengusaha-BRIN Beri Respons Positif

Dari sisi industri farmasi, Direktur Utama PT Bio Farma Shadiq Akasya menyampaikan, pihaknya telah menjalin kerja sama dengan sejumlah negara anggota EAEU, termasuk Kirgizstan dan Rusia, serta tengah menjajaki kerja sama dengan Belarusia.

"Melalui penguatan kerja sama antar pemerintah (G2G) yang diturunkan menjadi kerja sama bisnis (B2B), Bio Farma berharap kolaborasi farmasi dengan negara-negara EAEU dapat berjalan konkret, berkelanjutan, dan memberikan manfaat optimal bagi kedua belah pihak," jelas Shadiq.

Sementara itu, Kepala Pusat Penelitian Makro Ekonomi dan Keuangan BRIN Zamroni Salim menilai Indonesia-EAEU FTA dapat berkontribusi signifikan bagi perekonomian nasional, khususnya dalam mendorong diversifikasi pasar di tengah ketidakpastian global.

"Melalui FTA ini, Indonesia diharapkan tidak bergantung pada pasar utama tertentu, melainkan memiliki alternatif pasar baru yang potensial. Nilai perdagangan Indonesia dengan kawasan EAEU ditargetkan terus meningkat dan diyakini dapat tercapai melalui akselerasi kerja sama perdagangan," imbuhnya.

Ketua Bidang Perikanan dan Peternakan DPN APINDO Hendra Sugandhi menambahkan, sektor perikanan Indonesia memiliki peluang besar di pasar Eurasia, meski masih dihadapkan pada sejumlah tantangan teknis.

"Penyelesaian hambatan teknis ini dinilai menjadi prasyarat penting agar pelaku usaha perikanan nasional dapat memanfaatkan secara maksimal terbukanya akses pasar EAEU pascapenandatanganan perjanjian," kata Hendra.


(dce)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Pengusaha Prediksi Ekonomi 2026 Hanya Tumbuh 5%