Terungkap! Biang Kerok Ekonomi RI Sulit Tumbuh di Atas 5%

Zahwa Madjid, CNBC Indonesia
Selasa, 16/12/2025 09:50 WIB
Foto: Ekonom Senior, Raden Pardede menyampaikan pemaparan dalam acara CNBC Indonesia Economic Outlook 2025 di Hotel Westin, Jakarta, Rabu (26/2/2025). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Ekonom senior yang juga merupakan pendiri CReco Research Institute, Raden Pardede menilai target pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 8% dapat dicapai jika pemerintah berani melakukan transformasi pada kualitas tenaga kerja dan efisiensi sektor jasa.

Raden menjelaskan bahwa sebelumnya Indonesia pernah mencapai pertumbuhan ekonomi tinggi. Pada tahun 1971-1975 yakni saat Orde Baru, pertumbuhan ekonomi dapat mencapai 8,27%. Menurutnya, hal ini disebabkan oleh kontribusi produktivitas faktor total atau Total Factor Productivity (TFP) yang tinggi.


Namun, TFP menunjukkan penurunan bahkan mencapai negatif sejak Orde Baru berakhir yakni pada 1996-2000. Sejak saat itu, pertumbuhan ekonomi hanya berada dalam kisaran 5%.

"Rata-rata, selama 20 tahun terakhir, kita memiliki 5%, yang berarti kontribusi tenaga kerja adalah 3%, kontribusi modal 2%, dan kontribusi produktivitas faktor total adalah 0%. Sekarang, bagaimana kita bisa melangkah ke masa depan dengan target emas tahun 2045? Menurut saya, tanpa angka 2, yaitu produktivitas faktor total, kita mungkin akan tetap pada angka 5%," ujar Raden dalam dalam diskusi di LPEM UI pada Senin (15/12/2025).

Maka dari itu, penurunan TFP menjadi krusial dalam pertumbuhan ekonomi. Hingga saat ini menurut Raden Indonesia masih terlalu bergantung pada sumber daya alam, tenaga kerja, dan akumulasi modal yang berujung pada penggunaan alokasi sumber daya yang tidak efisien.

Sementara dalam menyediakan pekerja dengan keterampilan tinggi Indonesia masih kesulitan. Maka dari itu, peningkatan produktivitas tenaga kerja berjalan lambat dan upah tetap rendah.

"Kita terjebak dalam manufaktur berketerampilan rendah, dan juga akomodasi grosir berketerampilan rendah. Dan itulah mengapa anda melihat tergesa-gesa dalam produktivitas tenaga kerja, dan pada saat yang sama, upah rendah. Jika kita tidak dapat meningkatkan keterampilan kita, maka kita terjebak di sana," ujarnya.


(mij/mij)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Pengusaha Prediksi Ekonomi 2026 Hanya Tumbuh 5%