MARKET DATA

Bukan Mimpi! Ini Kunci Indonesia Bisa Naik Kelas

dpu,  CNBC Indonesia
14 December 2025 12:08
MIND ID
Foto: dok Peluncuran dan bedah buku Indonesia Naik Kelas karya Wakil Direktur Utama MIND ID Danny Amru Ichdan

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah menegaskan upaya mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak dapat bertumpu pada satu kebijakan atau satu institusi semata. Penguatan kapasitas industri nasional, terutama melalui hilirisasi dan pembangunan kapabilitas sumber daya manusia, menjadi kunci dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, target pertumbuhan ekonomi sebesar 8% membutuhkan kerja bersama seluruh pemangku kepentingan, baik pemerintah, dunia usaha, maupun masyarakat. Hal ini disampaikan dalam peluncuran dan bedah buku Indonesia Naik Kelas karya Wakil Direktur Utama MIND ID Danny Amru Ichdan yang menghadirkan sejumlah tokoh nasional dari unsur pemerintah, industri, dan akademisi.

"Dalam perjalanan Indonesia menuju pertumbuhan ekonomi sebesar 8% yang berinklusif dan berkelanjutan, tidak ada satu lembaga atau kebijakan yang berjalan sendiri atau bekerja sendirian," ujar Airlangga dalam sambutannya, Jumat (13/12/2025).

Menurut Airlangga, tanggung jawab menjadikan Indonesia sebagai negara maju melekat pada seluruh elemen bangsa yang memiliki kepedulian terhadap masa depan ekonomi nasional. Salah satunya kontribusi pemikiran yang hadir melalui buku Indonesia Naik Kelas.

Airlangga menilai buku Indonesia Naik Kelas menjadi kontribusi pemikiran strategis di tengah dinamika geopolitik global yang terus berubah. Buku tersebut, lanjutnya, menawarkan refleksi dan gagasan konstruktif dalam menavigasi tantangan pembangunan industri nasional.

Salah satu poin penting yang disorot adalah kebijakan hilirisasi yang telah menjadi agenda utama pemerintah dalam beberapa tahun terakhir. Airlangga menyebut hilirisasi sebagai jalan bertahap agar Indonesia dapat meningkatkan posisi dalam rantai nilai global sesuai dengan kapabilitas industrinya.

"Salah satu refleksi yang saya dapati adalah hilirisasi yang sudah menjadi kebijakan pemerintah dan dicatat sebagai mas Dany sebagai salah satu peluncur agar Indonesia bisa naik kelas bertahap sesuai dengan kapabilitas industri," ujarnya.

Namun demikian, Airlangga menegaskan bahwa pembangunan industri tidak cukup hanya berfokus pada aspek fisik. Penguatan kemampuan rekayasa dan engineering dalam negeri menjadi fondasi agar industrialisasi Indonesia memiliki daya saing jangka panjang.

Lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa industrialisasi yang berorientasi pada _global supply chain_ harus tetap bersifat inklusif. "Industrialisasi juga tentunya mempunyai multiplier effectkepada desa, kota kecil, UMKM, terutama terhadap tempat di mana industri itu berada," kata Airlangga.

Pada kesempatan tersebut, Airlangga juga mengapresiasi pengalaman dan pemahaman Wadirut MIND ID Dany Amrul Ichdan terhadap ekosistem industri nasional dan rantai pasok global. Ia berharap buku Indonesia Naik Kelas dapat menjadi sumber inspirasi bagi generasi muda untuk terlibat aktif dalam sektor industri nasional.

Hilirisasi Jadi Kunci Ekonomi Indonesia Naik Kelas

Indonesia memiliki modal dasar yang sangat kuat untuk keluar dari jebakan pertumbuhan ekonomi stagnan dan naik kelas menjadi negara industri maju. Kekayaan sumber daya alam, stabilitas ekonomi dan politik, serta posisi strategis Indonesia dalam rantai pasok global menjadi fondasi utama untuk mendorong lompatan pertumbuhan yang lebih tinggi dan berkelanjutan.

Wakil Direktur Utama MIND ID Dani Amrul Ichdan dalam peluncuran buku Indonesia Naik Kelas mengulas strategi transformasi ekonomi nasional menuju pertumbuhan yang lebih berkualitas. Dani menilai selama bertahun-tahun ekonomi Indonesia cenderung terjebak di kisaran pertumbuhan 5% karena struktur ekonomi yang masih bertumpu pada komoditas mentah dan nilai tambah yang terbatas.

"Selama lebih dari satu dekade, ekonomi Indonesia seolah nyaman di angka 5%. Padahal, dengan modal yang kita miliki, Indonesia seharusnya mampu melompat ke tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi," kata Dani.

Menurut Dani, Indonesia sesungguhnya memiliki keunggulan komparatif yang jarang dimiliki negara lain. Cadangan mineral strategis Indonesia menempati peringkat teratas dunia, mulai dari timah, nikel, emas, bauksit hingga batubara, dengan usia cadangan puluhan tahun. Potensi ini, kata dia, menjadi dasar filosofis lahirnya Pasal 33 UUD 1945 yang menegaskan penguasaan negara atas sumber daya alam untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Namun, Dani menilai potensi tersebut belum sepenuhnya dimonetisasi secara optimal. Kontribusi penerimaan pajak dan royalti terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia masih berada di kisaran 9%-10%, jauh di bawah praktik negara-negara maju yang sudah mencapai 30%-40%. Kondisi ini mencerminkan masih dominannya ekspor bahan mentah dan lemahnya hilirisasi industri.

"Angka penerimaan negara yang rendah menunjukkan bahwa kita masih menjual bahan mentah. Nilai tambah terbesar justru dinikmati di luar negeri," ujarnya.

Dani menekankan bahwa hilirisasi tidak bisa dipahami secara parsial sebagai pembangunan smelter semata. Hilirisasi harus diikuti dengan roadmap industrialisasi yang terintegrasi, mulai dari pengolahan awal, pengembangan industri turunan, hingga penguatan rantai pasok domestik. Tanpa ekosistem industri yang utuh, nilai tambah ekonomi dari investasi besar di sektor hulu tidak akan maksimal.

Selain mineral primer, Dani juga menyoroti besarnya peluang dari secondary resources dan limbah industri tambang dalam kerangka ekonomi sirkular. Menurutnya, residu seperti red mud, tailing, dan produk samping lainnya justru menyimpan potensi ekonomi jangka panjang yang selama ini belum dimanfaatkan secara optimal. Monetisasi sumber daya sekunder ini dinilai dapat memperpanjang umur ekonomi sumber daya alam sekaligus memperkuat posisi Indonesia dalam rantai nilai global.

Dari sisi kebijakan, Dani menilai percepatan hilirisasi dan industrialisasi perlu didukung oleh peningkatan kapabilitas industri nasional, termasuk penguasaan teknologi, penguatan riset dan pengembangan, serta penciptaan iklim regulasi yang berpihak pada kepentingan industri dalam negeri. Saat ini, anggaran riset Indonesia yang masih sekitar 0,3% dari PDB dinilai belum memadai untuk mendorong Indonesia bertransformasi dari sekadar pengadopsi teknologi menjadi pencipta inovasi.

"Hilirisasi yang sejati bukan hanya soal investasi fisik, tetapi tentang membangun kemampuan engineering, inovasi, dan riset di dalam negeri," kata Dani.

Ia juga menekankan pentingnya pendekatan bertahap dalam pengembangan industri melalui konsep product space walking, di mana transformasi dilakukan secara terukur dan berkesinambungan, bukan loncatan instan. Pendekatan ini dinilai lebih realistis untuk membangun daya saing industri nasional secara jangka panjang.

Peluncuran buku Indonesia Naik Kelas menjadi ruang refleksi lintas sektor mengenai arah pembangunan ekonomi nasional ke depan. Dani Amrul Ichdan yang juga menjabat sebagai Wakil Direktur Utama MIND ID menegaskan bahwa gagasan Indonesia naik kelas bukan sekadar narasi ekonomi atau politik, melainkan orkestrasi kerja bersama antara pemerintah, industri, akademisi, dan masyarakat untuk menciptakan nilai tambah yang berkelanjutan bagi bangsa.

Sekadar informasi, peluncuran buku Indonesia Naik Kelas menghadirkan diskusi lintas sektor mengenai strategi mempercepat transformasi ekonomi nasional. Buku ini sebagai ajakan kolektif untuk menjadikan hilirisasi, industrialisasi, dan penguatan sumber daya manusia sebagai satu orkestrasi besar agar ekonomi Indonesia benar-benar naik kelas dan berdaulat.

(dpu/dpu)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Percepat Hilirisasi, MIND ID Butuh Dukungan 3 Aspek Ini ke Pemerintah


Most Popular
Features