MARKET DATA

Laut Hitam Memanas, Erdogan Ngamuk Kapal-Kapal Diserang

Firda Dwi Muliawati,  CNBC Indonesia
13 December 2025 21:15
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan berpidato pada peresmian kompleks baru di Republik Turki Siprus Utara (TRNC), Sabtu (3/5/2025)). (AFP)
Foto: Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan berpidato pada peresmian kompleks baru di Republik Turki Siprus Utara (TRNC), Sabtu (3/5/2025)). (AFP)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kantor Kepresidenan Turki mengeluarkan peringatan agar Laut Hitam tidak dijadikan arena pertempuran terbuka antara Rusia dan Ukraina. Hal itu menyusul serangkaian serangan terhadap kapal dagang belakangan ini.

Peringatan tersebut muncul setelah sebuah kapal milik perusahaan Turki mengalami kerusakan akibat serangan udara di pelabuhan Odesa, yang memicu ketegangan diplomatik baru di kawasan tersebut.

Melansir AFP, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menegaskan bahwa eskalasi militer di perairan strategis tersebut harus segera dihentikan demi keselamatan pelayaran internasional.

Ia mengingatkan kedua belah pihak bahwa menjadikan jalur logistik vital tersebut sebagai zona perang tidak akan memberikan keuntungan strategis apapun bagi Moskow maupun Kyiv.

"Laut Hitam tidak boleh dilihat sebagai area konfrontasi. Hal ini tidak akan menguntungkan Rusia ataupun Ukraina. Semua orang membutuhkan navigasi yang aman di Laut Hitam," tegas Erdogan dilansir AFP, Sabtu (13/12/2025).

Insiden serangan terhadap kapal Turki itu terjadi hanya beberapa jam setelah Erdogan bertemu langsung dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di sela pertemuan puncak di Turkmenistan.

Dalam pertemuan tersebut, Ibu Kota Turki, Ankara, sebenarnya telah mendorong adanya gencatan senjata terbatas, khususnya terkait serangan yang menyasar pelabuhan dan fasilitas energi yang vital.

"Seperti semua aktor lainnya, Tuan Putin tahu betul di mana posisi Turki dalam masalah ini," ujar Erdogan.

Selain memprotes keras serangan tersebut, Turki juga memanggil utusan dari Rusia dan Ukraina untuk meredam ketegangan mengingat posisi Ankara sebagai pemegang kendali Selat Bosphorus.

Erdogan bahkan berencana membawa isu perdamaian ini ke tingkat yang lebih tinggi dengan melibatkan Presiden Amerika Serikat terpilih, Donald Trump, guna mencari solusi jangka panjang.

"Perdamaian tidak jauh, kita bisa melihatnya," kata Erdogan.

(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Laut Merah Panas Lagi, Houthi Warning Baru-Semua Kapal Kena Serang


Most Popular
Features