Jepang Warning Gempa Lebih Dahsyat dalam 7 Hari, Picu Tsunami Besar
Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Penanggulangan Kebakaran dan Bencana Jepang menegaskan jumlah korban luka akibat gempa bermagnitudo 7,5 meningkat menjadi 51 orang per Rabu. Angka ini naik dari 30 korban yang sebelumnya diumumkan Perdana Menteri (PM) Sanae Takaichi.
Sebelumnya gempa terjadi Senin malam di lepas pantai Aomori itu. Guncangan dahsyat merusak jalan, memecahkan jendela, mengguncang bangunan, dan memicu tsunami setinggi 70 cm.
Dalam update dikutip Kamis (11/12/2025), otoritas meteorologi kini memperingatkan risiko gempa susulan yang lebih kuat dalam beberapa hari ke depan. Badan Meteorologi Jepang (JMA) mengeluarkan peringatan khusus, sebuah langkah yang jarang terjadi.
"Kemungkinan terjadinya gempa bumi skala besar baru telah meningkat dibandingkan waktu normal," kata JMA, seperti dikutip AFP.
JMA menyebut "ada peluang sekitar 1 banding 100 dalam tujuh hari untuk terjadinya gempa dengan magnitudo setara atau lebih besar". Jika itu terjadi, ada kemungkinan "tsunami besar akan mencapai daerah tersebut atau terjadi guncangan hebat".
Peringatan tersebut mencakup wilayah Sanriku di timur laut Honshu serta pulau Hokkaido yang menghadap Samudra Pasifik. Ini adalah kali kedua JMA mengeluarkan peringatan serupa.
Sebelumnya pada Agustus 2024, JMA juga pernah mengeluarkan peringatan khusus terkait potensi "gempa mega" di Palung Nankai. Pemerintah Jepang memperkirakan skenario terburuk gempa di kawasan itu dapat menewaskan hingga 298.000 orang dan menghasilkan kerugian mencapai US$2 triliun.
Meski demikian, para ahli menekankan bahwa gempa besar tidak selalu berturut-turut. Ahli geologi Kyle Bradley dan Judith A. Hubbard menjelaskan bahwa secara ilmiah tidak ada cara memastikan apakah gempa kuat akan diikuti peristiwa yang lebih besar.
"Kita harus bergantung pada statistik historis, yang memberi tahu bahwa sangat sedikit gempa besar yang segera disusul gempa yang lebih besar lagi," tulis mereka dalam buletin Earthquake Insights.
"Hal itu memang terjadi, hanya saja tidak terlalu sering," tambahnya.
[Gambas:Video CNBC]