Serbuan Impor, Pabrik Baja Lokal Hanya Sanggup Operasi di Bawah 50%

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
Selasa, 09/12/2025 17:30 WIB
Foto: Ilustrasi Produksi Baja. (Dok. Freepik)

Jakarta, CNBC Indonesia - Utilisasi atau pemanfaatan produksi dari kapasitas pabrik baja dalam negeri masih belum optimal masih di bawah 50%. Padahal kebutuhan baja nasional mencapai jutaan ton setiap tahun.

Faktor derasnya impor membuat kapasitas produksi domestik belum bisa tinggi karena ceruk pasar domestik direbut oleh baja impor. 

"Kalau pangsa pasar memang sih, semua pabrik baja utilisasinya agak kurang ya, karena banyak impor. Jadinya kita mau menggunakan kesempatan ini (investasi baru) untuk menaikkan (utilitas) kita," ujar Presiden Direktur PT Garuda Yamato Steel (YGS) Tony Taniwan usai Signing Ceremony Marking GYS and SMS Group di pabrik GYS, Cikarang Selasa (9/12/2025).


Pelaku industri baja dalam negeri, termasuk asosiasi kawat, pelaku usaha pengelasan, hingga pabrikan baja lainnya, memiliki kapasitas yang kuat. Pasokan domestik sesungguhnya mampu memenuhi kebutuhan pasar nasional. Namun realisasinya belum maksimal karena serapan pasar kerap tersedot produk impor.

"Saya yakin di Indonesia, dengan teman-teman di asosiasi kawat atau apa, tukang las, kita bisa memenuhi demand lokal. Karena di Indonesia, pabrik bajanya juga cukup kuat, dan potential, cuma memang kita masih belum ada kesempatan untuk utilisasi 100%. Kebanyakan kita di bawah 50% saja," tuturnya.

Kebutuhan baja nasional sebenarnya sangat besar, terutama untuk proyek strategis dan pembangunan infrastruktur. Industri lokal memiliki kapasitas yang memadai untuk mengambil peran lebih besar jika ekosistem pasarnya dibangun dengan lebih kondusif. Selain itu, kerja sama antarpelaku industri dinilai semakin diperlukan agar Indonesia tidak bergantung pada impor.

"Kebutuhan dalam negeri untuk baja sebenarnya di dalam negeri ini bisa sampai 10-an juta ton, cuma kan ada Krakatau Steel, ada pabrik-pabrik yang lain. Kita juga sangat mendukung kerja sama ya, untuk kontribusi kepada industri baja lokal," jelas Tony.

Salah satu pasar terbesar bagi produk baja YGS adalah sektor konstruksi dan infrastruktur. Kebutuhan baja untuk jembatan, tower listrik, hingga bangunan pabrik dan gedung masih terus meningkat. Perusahaan kini berinvestasi untuk memperbesar ukuran dan kualitas produk, termasuk baja tahan gempa yang semakin dibutuhkan di kawasan cincin api.

"Kebanyakan untuk infrastruktur seperti tadi bisa lihat jembatan, tower listrik, dan pabrik-pabrik, dan gedung juga. Ya, kali ini kita investasinya bisa buat ukuran yang lebih besar. Masih belum ada di Indonesia. Jadi, kita buatnya quality seperti kita sekarang kan lagi promosi tahan gempa. Negara-negara di Pacific Zone pasti menggunakannya tahan gempa. Dulu Indonesia, sebelum Yamato masuk, belum ada produk tahan gempa. Sekarang kita sudah ada. Jadinya kita lagi mau educate ke pasar di Indonesia untuk juga menggunakan baja tahan gempa," ungkapnya.

Untuk mendukung ekspansi tersebut, YGS telah menyiapkan peningkatan kapasitas secara bertahap. Tony menyebut produksi saat ini berada di kisaran ratusan ribu ton, namun dalam dua tahun ke depan kapasitasnya ditargetkan menembus 1 juta ton. Peningkatan ini dilakukan sejalan dengan pertumbuhan permintaan baja berkualitas tinggi di pasar domestik.

"Kita sementara bisa produksinya 400.000 ton. Akan datang bisa menjadi 540.000 ton. Tapi, kita ada satu pabrik yang lumayan baru. Total kapasitas kita bisa sampai 1 juta ton. 2027 sudah bisa 1 juta ton," jelasnya.

Selain kapasitas, YGS juga mengedepankan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN). Tony menegaskan bahwa pabriknya telah mencapai TKDN hampir 90%. Bahan baku berasal dari besi tua dalam negeri, energi didapatkan dari PLN dan PGN, serta tenaga kerja nasional mendominasi struktur operasional.

"TKDN kita hampir 90%, ya. Kenapa? Kita beli besi tua. So, kapal bekas atau gudang-gudang yang sudah tutup, kita beli besi tuanya dari mereka untuk melebur di sini. Dan kita menggunakan listrik dari PLN, dan gasnya juga dari PGN. Dan kebanyakan, 95% tenaga kerja orang Indonesia. So, jadinya kita di sini local content-nya sudah sangat tinggi. Di YGS kita dapatnya paling tinggi, di atas 90% local content-nya kita," pungkas Tony.


(hoi/hoi)
Saksikan video di bawah ini:

Video: 20 Orang Tewas, Kebakaran Gedung Ruko di Jakpus