AHY: Jangan Korbankan Bumi atas Nama Pembangunan & Pertumbuhan Ekonomi
Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan Agus Harimurti Yudhoyono mengimbau agar pembangunan nasional dilakukan tanpa merusak lingkungan. Menurutnya, Indonesia memang kaya sumber daya alam sehingga perlu dimaksimalkan potensinya, namun tanpa meninggalkan aspek lingkungan.
"Siapa yang setuju ini? Setuju pro-environment? Membangun tanpa merusak? Setuju? Lihatlah. Jangan atas nama pembangunan atau pertumbuhan ekonomi, kemudian lingkungan bumi kita dikorbankan," ujarnya dalam acara Balairung Dialogue di gedung Graha CIMB Niaga Jakarta, Selasa (9/12).
Pria yang akrab disapa AHY ini menyebut, dirinya yang berperan di sektor infrastruktur juga berkontribusi mendongkrak pertumbuhan ekonomi agar mencapai target pemerintah, yaitu sebesar 8%.
Menurutnya, untuk mencapai angka yang diharapkan, perlu integrasi pembangunan fisik dan sosial. Di mana, hal tersebut dilakukan dengan mempercepat pemerataan pembangunan antarwilayah, memperkuat konektivitas nasional, dan mendorong pusat-pusat pertumbuhan ekonomi di luar Jawa.
Menurutnya, infrastruktur kini dirancang tidak hanya sebagai sarana produktivitas. Lebih dari itu, infrastruktur juga bisa menjadi alat keadilan sosial dan pengokohan persatuan bangsa.
"Infrastruktur menjadi tulang punggung untuk mendukung food security, energy security, dan water security," ucapnya.
Berbicara infrastruktur yang inklusif, AHY menjelaskan pemerintah saat ini telah mengubah paradigma terkait pembangunan. Dalam hal ini, fokus utama bukanlah tentang lebih banyak infrastruktur melainkan tepat sasaran.
Sebagai contoh, ia menggambarkan ketika hendak membangun sebuah bendungan, kini tak lagi terkait seberapa bagus bendungan tersebut. AHY menegaskan apakah bendungan itu benar-benar terhubung dengan irigasi yang mampu meningkatkan indeks pertanahan dan pertanian.
Selain itu, lanjutnya, dalam melakukan pembangunan infrastruktur juga memperhitungkan tata ruang, agar tidak merusak lahan yang tadinya untuk area penyerapan air menjadi pembangunan gedung atau bangunan.
"Karena harus diatur. Gak bisa orang sembarangan, eh itu tanah, mari kita bikin pabrik. Padahal di situ harusnya menjadi ruang terbuka hijau. Harusnya menjadi daerah serapan air. Apa yang sering terjadi? Misalnya bencana, banjir di Jabodetabek. Bukan hanya karena situasi di hilir, tapi ada sesuatu yang terjadi di hulu. Tata ruangnya mungkin diabaikan. Dan lain sebagainya," jelasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Umum IKASTARA Mohamad Fachri menambahkan, pembangunan infrastruktur di era sekarang juga perlu dijalankan secara pruden. Artinya, pembangunan tersebut dilakukan sesuai dengan kemampuan finansial dan tidak merusak alam.
"Apalagi hari-hari ini, penting agar infrastruktur yang pembangunannya menjaga alam kita," jelas Fachri.
Selain itu, Ia juga turut menyoroti pentingnya pembangunan yang memang dirasakan oleh semua pihak. Dalam hal ini, tidak ada pihak-pihak yang merasa dirugikan dalam pembangunan infrastruktur ini.
Menurutnya, saat ini pemerintah memiliki pekerjaan rumah untuk mengembangkan pentingnya berkomunikasi dengan rakyatnya. Misalnya, ketika pemerintah bangun infrastruktur, tidak ada lagi orang yang merasa digusur.
"Orang merasa dapat benefitnya atas infrastruktur tersebut. Perlu diingat, masyarakat itu ada untuk memonitor kita semua," pungkasnya.
[Gambas:Video CNBC]