MARKET DATA

Luar Biasa! RI Bisa Ketiban 'Durian Runtuh' Rp10.305 T dari Proyek Ini

Verda Nano Setiawan,  CNBC Indonesia
09 December 2025 11:25
Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) Fase 1 PT Borneo Alumina Indonesia (BAI). (Foto: Istimewa)
Foto: Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) Fase 1 PT Borneo Alumina Indonesia (BAI). (Foto: Istimewa)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memperkirakan bahwa hingga tahun 2040, kebutuhan investasi untuk merealisasikan proyek hilirisasi mencapai US$ 618 miliar atau sekitar Rp 10.305 triliun (asumsi kurs Rp 16.676 per US$).

Semula, Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung menjelaskan terdapat peningkatan nilai tambah yang signifikan bagi perekonomian dalam negeri semenjak larangan ekspor nikel ore yang telah dilakukan pada tahun 2020 lalu.

Di mana pada tahun 2017, ekspor nikel dan turunannya hanya menghasilkan US$ 3,3 miliar, sementara pada tahun 2024 terjadi peningkatan nilai ekspor nikel dan turunannya menjadi lebih 10 kali lipat, yakni mencapai US$ 33,9 miliar.

"Proyeksi pada tahun 2040, program hilirisasi akan menyumbang investasi sekitar US$ 618 miliar, menciptakan 3 juta lapangan kerja baru, mendorong pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) dan nilai ekspor secara signifikan," kata Yuliot dalam keterangan tertulis, kata Yuliot dikutip dalam keterangan tertulis, Selasa (12/9/2025).

Meski begitu, ia menegaskan bahwa pengolahan mineral harus dilaksanakan sesuai dengan praktik pertambangan yang baik atau good mining practice, dengan melakukan aspek pengelolaan lingkungan hidup pasca operasi dari kegiatan pertambangan, dengan berupa penanggulangan serta pemulihan lingkungan apabila terjadi pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup dan juga untuk pengendalian emisi karbon yang ditimbulkan.

Yuliot mencatat, setidaknya saat ini terdapat 365 Ijin Usaha Pertambangan (IUP) nikel yang berada di enam provinsi, yaitu Provinsi Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Maluku, Maluku Utara, serta Papua Barat Daya.

Sementara untuk pengolahan nikel (smelter) di dalam negeri, terdapat 79 unit smelter yang beroperasi, 74 dalam konstruksi, dan 17 dalam tahan perencanaan dan pengurusan perizinan.

Pada kesempatan yang sama, Ketua DPRD Sulawesi Tengah, Mohammad Arus Abdul Karim, menuturkan bahwa inisiasi pembentukan forum DPRD Penghasil Nikel adalah untuk menjadi wadah menyampaikan aspirasi bagi provinsi penghasil nikel untuk memperjuangkan aspirasinya terkait komoditas nikel.

"Forum ini adalah wadah untuk menyatukan suara dan langkah para wakil rakyat di daerah bersama eksekutif dan seluruh stakeholder agar kepentingan daerah penghasil nikel didengar, diakomodasi dalam kebijakan nasional," tandasnya.

(ven)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Prabowo Punya Proyek Rp 618 Triliun, Terbesar untuk DME-Kilang Minyak!


Most Popular