MARKET DATA

Nasib UMKM Dihantamp Bencana Banjir Sumatra, Begini Dampaknya

Martyasari Rizky,  CNBC Indonesia
08 December 2025 20:55
Kondisi jalan lintas Tarutung-Padang Sidempuan kilometer 12 hingga Batu Jomba, Sipirok, Tapanuli Selatan, Sumatra Utara, Senin (1/12/2025). (Dok. BNPB)
Foto: Kondisi jalan lintas Tarutung-Padang Sidempuan kilometer 12 hingga Batu Jomba, Sipirok, Tapanuli Selatan, Sumatra Utara, Senin (1/12/2025). (Dok. BNPB)

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO), Shinta Widjaja Kamdani mengungkapkan sejumlah sektor usaha yang mengalami kerugian signifikan akibat banjir dan bencana alam yang melanda Aceh, Sumatra Utara dan Sumatra Barat. Ia menilai dampak terbesar saat ini terutama dirasakan oleh pelaku UMKM, agribisnis, hingga industri pengolahan yang bergantung pada pasokan bahan baku dari wilayah tersebut.

Shinta mengatakan, fokus dunia usaha saat ini masih tertuju pada penanggulangan dan bantuan kepada korban, sehingga evaluasi terhadap dampak makro ekonomi belum dapat dilakukan.

"Apakah akan dapat dampak pada pertumbuhan ekonomi? Terus terang kami belum bisa mengevaluasi sejauh mana itu akan berdampak ke 2026. Tapi kalau kami lihat, sekarang ini kita masih dalam tahapan penanggulangan," kata Shinta dalam konferensi pers di kantor DPN APINDO, Jakarta, Senin (8/12/2025).

Menurut Shinta, kerugian dunia usaha di Sumatra terjadi di banyak sektor, tetapi yang paling terpukul adalah UMKM dan perdagangan lokal.

"Dari pemetaan yang sementara kami terima, itu sektor yang paling berdampak adalah justru yang tentunya UMKM-UMKM dan perdagangan lokal ya," jelasnya.

UMKM disebut kehilangan stok, aset, serta pasar akibat kerusakan fisik maupun menurunnya permintaan. Gangguan juga dirasakan sektor manufaktur dan industri pengolahan yang memasok atau bergantung pada pasokan bahan baku dari Sumatra.

"Terganggunya juga permintaan manufaktur dan industri pengolahan terutama yang bergantung pada supply bahan baku dari Sumatra. Jadi ini juga satu sektor yang harus jadi perhatian kita," ucap Shinta.

Selain itu, utilitas ikut terdampak. "Dan juga dengan gangguan utilitas terutama air dan listrik," sambungnya.

Shinta menyebut sektor agribisnis turut mengalami kerugian akibat kerusakan lahan. Sementara itu, transportasi dan logistik terhenti karena akses jalan dan jembatan yang terputus.

"Transportasi dan logistik karena terputusnya akses jalan, jembatan dan lain-lain. Kondisi ini juga menciptakan supply shock ya, menekan output regional dan meningkatkan biaya logistik juga secara agregat," kata Shinta.

Meski demikian, Shinta menilai dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi nasional kemungkinan tidak signifikan.

"Kalau kita melihat dampak konsumsi dari daerah yang bersangkutan mungkin tidak terlalu besar kalau untuk keseluruhan ekonomi Indonesia. Jadi kalau saya lihat mungkin kalaupun ada dampak mungkin nggak akan, so far sih kelihatannya nggak akan sampai," ucap dia.

Namun, ia menegaskan perlunya perhatian khusus pemerintah terhadap sektor terdampak.

"Tentunya anggaran pemerintah harus dikeluarkan untuk ini, memang sudah dikeluarkan ya angkanya Rp50-an triliun ya kalau nggak salah ya. Jadi kalau kami lihat kita belum ada direct imbas tapi kita sekarang fokus sektor-sektor yang terdampak seperti apa," tambahnya.

Sementara itu, Wakil Ketua Umum APINDO, Sanny Iskandar menyoroti penyebab bencana yang tidak hanya berasal dari curah hujan ekstrem.

"Situasi kondisi bencana-bencana alam yang terjadi itu karena salah satu penyebabnya mungkin terlepas curah hujan yang tinggi dan segala macam. Namun karena kurang atau tidak ada kepedulian juga yang terkait dengan masalah-masalah ramah lingkungan tadi," ujar Sanny dalam kesempatan yang sama.

(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tambang Ilegal Diduga Picu Bencana Banjir Sumatra? ESDM Buka Suara


Most Popular