Internasional

NATO-UE Pecah! Negara Ini Ogah Beli Senjata AS untuk Ukraina

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
Jumat, 05/12/2025 16:00 WIB
Foto: Seorang prajurit membawa senjata saat NATO mengadakan latihan 'Respon Segera' dengan negara tuan rumah Albania, Bulgaria, Kroasia, Yunani, Kosovo, Montenegro, dan Makedonia Utara, di pangkalan militer Krivolak, Makedonia Utara, 2 Juni 2025. (REUTERS/Ognen Teofilovski)

Jakarta, CNBC Indonesia - Italia menolak bergabung dengan inisiatif baru NATO untuk membeli senjata buatan Amerika Serikat (AS) bagi Ukraina. Langkah ini memperdalam perpecahan di antara negara-negara Eropa terkait dukungan militer di tengah perundingan damai yang sedang berlangsung.

"Kami berharap tidak ada lagi senjata yang dibutuhkan dalam beberapa bulan mendatang... jika gencatan senjata tercapai," ujar Menteri Luar Negeri Italia Antonio Tajani, Rabu (3/12/2025).

Tajani menegaskan Roma tidak akan ikut pendanaan persenjataan tambahan selama proses negosiasi terus berjalan.


Sikap ini berbeda dengan dorongan Uni Eropa yang kembali mempercepat upaya pendanaan bantuan militer bagi Kyiv. Adapun Italia menjadi negara UE pertama yang secara terbuka mempertanyakan urgensi pengiriman senjata baru selama pembahasan gencatan senjata.

Perkembangan terbaru ini juga terjadi ketika Amerika Serikat kembali menekan opsi diplomatik. Presiden Rusia Vladimir Putin pada Selasa menjamu dua utusan Gedung Putih, Steve Witkoff dan Jared Kushner, di Moskow. Putin menyebut pertemuan itu "perlu" dan "bermanfaat," meski menyatakan beberapa usulan Washington "tidak dapat diterima."

Menurut Presiden AS Donald Trump, kedua utusan pulang dari Moskow dengan keyakinan bahwa "kedua pihak ingin mengakhiri konflik."

Di dalam negeri, dukungan Italia terhadap Ukraina sejak 2022 mulai memunculkan gesekan politik. Wakil Perdana Menteri Matteo Salvini mengkritik keras wacana penambahan bantuan militer.

"Mengirim lebih banyak senjata tidak akan mengakhiri perang dan justru membuka ruang korupsi baru," ujarnya, merujuk pada skandal yang mengguncang pemerintahan Presiden Volodymyr Zelensky.

Italia bukan satu-satunya negara UE yang menahan diri. Spanyol, Portugal, dan Hungaria juga menolak paket militer baru tahun ini, dengan alasan risiko eskalasi hingga tekanan anggaran nasional.

Meski demikian, Komisi Eropa tetap melanjutkan rencana menambah dukungan militer melalui skema pembiayaan tingkat UE, termasuk usulan "pinjaman reparasi" yang bersumber dari aset Rusia yang dibekukan.

Moskow berulang kali mengecam pengiriman senjata Barat, menilai langkah itu hanya memperpanjang konflik tanpa mengubah hasil akhir. Putin bahkan menuduh pemimpin UE "membesar-besarkan ancaman Rusia" demi mendorong belanja militer dan menopang industri senjata Eropa.

 


(luc/luc)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Kasus Eks Pejabat Tinggi Uni Eropa, Ketahuan 'Main Proyek'