'Dosa Baru' Panglima Perang Trump Mulai Terungkap, Ada Apa?
Jakarta, CNBC Indonesia - Sebuah penyelidikan internal Pentagon (Departemen Pertahanan AS) menyalahkan Menteri Pertahanan AS, Pete Hegseth, karena menggunakan aplikasi pesan terenkripsi Signal di perangkat pribadinya untuk mengirimkan informasi sensitif tentang rencana serangan di Yaman.
Menurut dua sumber yang mengetahui dokumen tersebut, penggunaan aplikasi itu dinilai berpotensi membahayakan pasukan AS jika sampai disadap.
Laporan dari Inspektur Jenderal independen Pentagon ini belum dirilis secara publik, tetapi diperkirakan akan diumumkan pada pekan ini.
Meskipun laporan IG mencatat adanya pelanggaran, laporan tersebut tidak mempermasalahkan apakah informasi yang diunggah Hegseth tergolong rahasia pada saat itu. Hal ini karena Hegseth, sebagai kepala Pentagon, memiliki wewenang untuk menentukan informasi mana yang rahasia dan mana yang tidak, kata sumber tersebut.
Juru bicara Pentagon, Sean Parnell, dalam sebuah pernyataan, mengatakan tinjauan tersebut telah membebaskan Hegseth dari kesalahan serius dan menganggap kasus ini sudah selesai.
"Masalah ini telah diselesaikan, dan kasusnya ditutup," ujar Parnell dikutip Reuters, Rabu (3/12/2025).
Detail Rencana Serangan Bocor ke Jurnalis
Kontroversi penggunaan Signal ini terjadi pada 15 Maret, menjelang peluncuran serangan AS terhadap pemberontak Houthi di Yaman yang didukung Iran.
Hegseth berbagi detail rencana serangan yang akan segera terjadi tersebut dengan sekelompok pejabat tinggi keamanan nasional Presiden Donald Trump melalui Signal. Secara tidak sengaja, Kepala Editor majalah The Atlantic, Jeffrey Goldberg, juga termasuk dalam grup obrolan tersebut.
Goldberg kemudian mengungkapkan detail obrolan tersebut dalam sebuah artikel. Ketika pejabat pemerintahan Trump menuduhnya melebih-lebihkan pentingnya informasi tersebut, Goldberg bahkan mempublikasikan tangkapan layar percakapan antara Hegseth dan pejabat tinggi Trump lainnya.
Dalam tangkapan layar itu, Hegseth terlihat mengirim pesan tentang rencana spesifik untuk membunuh seorang pemimpin milisi Houthi di Yaman, dua jam sebelum operasi militer rahasia tersebut diluncurkan.
Risiko Operasional
Laporan Inspektur Jenderal menyebutkan informasi dari militer AS tersebut telah diklasifikasikan saat dikirimkan kepada Hegseth. Para sumber mengatakan, jika obrolan itu disadap, informasi itu bisa membahayakan anggota layanan AS dan misi itu sendiri.
Meskipun berulang kali membantah mengirimkan rencana perang dan mengatakan tidak ada informasi rahasia yang dibagikan, Hegseth menolak diwawancarai oleh kantor Inspektur Jenderal untuk penyelidikan tersebut, kata sumber tersebut, mengutip laporan itu.
Dalam pernyataan tertulis kepada IG, Hegseth mengatakan ia diizinkan untuk mendeklasifikasi informasi sesuka hatinya dan hanya mengirimkan pesan yang menurutnya tidak menimbulkan risiko operasional. Ia juga menuduh penyelidikan tersebut didorong oleh lawan politik.
Anggota DPR dari Demokrat, Adam Smith, yang merupakan anggota komite teratas di Komite Angkatan Bersenjata DPR, menilai penyelidikan Signal menunjukkan bahwa Hegseth tidak memiliki penilaian yang dibutuhkan sebagai pemimpin angkatan bersenjata AS.
"Laporan ini adalah tinjauan yang memberatkan terhadap seorang Menteri Pertahanan yang tidak kompeten, sangat tidak mampu menjalankan tugas, dan jelas tidak menghormati atau memahami apa yang diperlukan untuk menjaga anggota layanan kami," tegas Smith.
(tps/luc)[Gambas:Video CNBC]