Bappenas Dukung Transformasi Bisnis Media di Era AI

bul, CNBC Indonesia
Rabu, 03/12/2025 18:27 WIB
Foto: Dok: CNBC Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional / Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) mendorong industri media massa untuk bisa tetap menjaga kualitasnya dalam menyuguhkan informasi kepada masyarakat.

Terlebih perkembangan teknologi digital telah membawa perubahan besar dalam berbagai aspek kehidupan. Ekosistem pers dan media di Indonesia pun turut menghadapi dinamika besar, mulai dari disrupsi digital, kebanjiran informasi, hingga meningkatnya tantangan dalam menjaga integritas dan etika jurnalistik dalam beberapa tahun terakhir.

Untuk itu, Bappenas menggelar acara Diskusi Media Sustainability Forum 2025 "Media Best Practice: Mengupas Transformasi Media di Era AI, Inovasi Model Bisnis, dan Penguatan SDM ke Arah Jurnalisme Berkualitas". Diskusi tersebut dihadiri oleh para narasumber praktisi di industri media massa nasional.


"Beberapa hal yang kemudian menjadi rekomendasi dalam kebijakan, di antaranya yang pertama itu peningkatan SDM di media (jurnalis). Kedua, perlaksanaan program monitor media dan digital, baik untuk media maupun untuk publik. Kemudian yang ketiga memanfaatkan inovasi teknologi untuk adaptasi media," ujar Direktur Ideologi, Kebangsaan, Politik, dan Demokrasi (IKPD) Kementerian PPN/Bappenas, Nuzula Anggeraini di Antara Heritage Center, Rabu (3/12/2025).

Selain itu, dirinya juga menekankan pentingnya bagi industri media massa untuk melakukan kolaborasi. Tidak ketinggalan juga, untuk melibatkan peran media dalam menjaga budaya

"Harapannya bagaimana ini bisa diimplementasikan dan dilaksanakan Tentunya kajian ini bisa mencakup semua yang bisa direkomendasikan. Untuk itu, meskipun kajian ini selesai tapi kita terus perkaya lagi," tandasnya.

Seiring dengan perkembangan digitalisasi, media massa konvensional seperti surat kabar, majalah, radio, dan televisi kini menghadapi persaingan ketat dengan platform digital global seperti Google, Facebook, YouTube, Instagram, dan TikTok.

Platform digital tersebut tidak hanya mengubah pola konsumsi informasi masyarakat, tetapi juga menguasai mayoritas pangsa pasar iklan, yang selama ini menjadi tulang punggung pendapatan media konvensional. Kondisi ini memunculkan tantangan baru bagi media lokal dan nasional untuk bertahan hidup serta beradaptasi dalam ekosistem digital yang berkembang pesat.

Dominasi platform digital juga mengakibatkan banjirnya informasi yang diterima oleh masyarakat tanpa adanya proses verifikasi yang dapat dipertanggungjawabkan.

Platform digital secara umum dikendalikan melalui Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan dalam mengolah berita dan informasi. Algoritma platform digital cenderung menghasilkan konten-konten yang sensasional dan asal viral, hal ini mengorbankan sisi jurnalisme berkualitas.

Di tengah berbagai perubahan dan tantangan tersebut, sejumlah media di Indonesia tetap konsisten menerapkan praktik baik, seperti verifikasi ketat, liputan investigatif, transparansi editorial, penggunaan teknologi untuk cek fakta, serta komitmen terhadap prinsip jurnalisme independen. Pemerintah turut memberi dukungan untuk keberlanjutan pers dan media massa.

Chief Executive Officer KG Media, Andy Budiman Kumala menyatakan, bahwa jumlah konten di media sosial naik secara eksponensial sejak hadirnya teknologi AI pada 2022. Kendati AI masih mengutip media-media mainstream dalam memberikan informasi, namun dirinya mengaku, KG Media telah menyiapkan strategi untuk menghadapi perkembangan yang terjadi di industri media massa.

Menurut Andy, pihaknya menyiapkan strategic intent untuk mencapai kemandirian finansial untuk menjaga keberlangsungan jurnalisme berkualitas, antara lain dengan melakukan investasi pada jurnalis dan jurnalisme. Lalu lewat pengembangan platform sendiri untuk terhubung langsung dengan audiens. Kemudian dengan melakukan diversifikasi pendapatan di luar iklan. Pun dengan melakukan kerja sama dengan perusahaan AI.

"Kita sudah lama melakukan diversifikasi pendapatan di luar iklan, contohnya event. Sedangkan dalam kerja sama dengan AI dengan memperbaiki bargaining dengan platform AI. Seperti menegaskan bahwa konten-konten kita tidak boleh digunakan untuk komersialisasi," tegas Andy.

Lain lagi dengan Pemimpin Redaksi Tirto, Rahmadin Ismail, yang menjelaskan, bahwa dirinya cukup menghadapi tantangan sangat besar dalam mengembangkan Tirto, mengingat media ini tidak termasuk dalam grup besar.

Dia mengakui kalau media massa dewasa ini mulai kehilangan pengaruh akibat semakin banyaknya platform yang bisa diakses Masyarakat dalam mencari dan mengumpulkan informasi, seperti media sosial dan AI. Sementara di lain sisi, reportase yang Tirto suguhkan bersifat longform, atau berita mendalam, sehingga hal ini juga menjadi kendala untuk mendapatkan pembaca baru.

"Pembaca kami itu kebanyakan orang tua. Jadi perlu ada regenerasi audiens. Kita mencoba merangkul generasi yang muda lewat medsos," tukas Rahmadin.

Selain regenerasi audiens melalui platform media sosial, yang nantinya diharapkan bisa menarik minat pembaca generasi muda, Tirto juga mencoba mencari ciri khas untuk meningkatkan daya saing di industri media dan informasi saat ini.

"Kita buat tim kecil fact checking. Ini kami lakukan untuk melawan disinformasi, terutama di kesehatan dan keuangan yang bisa mempengaruhi ekonomi masyarakat sama kesehatan masyarakat," ujarnya.

Selain itu, untuk meningkatkan jangkauan ke masyarakat, lanjutnya, Tirto juga getol melakukan kolaborasi dengan media massa daerah, mulai dari membuat konten bareng hingga menggelar sharing session Bersama.

"Sekarang sudah ada sekitar 400 media daerah, juga dengan teman creator dan para pakar," ucapnya. 


(bul/dpu)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Cara RI 'Goyang' Kecanggihan AI & Pertahanan AS