Siap-Siap! Insentif Batal, Harga Mobil Listrik-Hybrid Terbang
Jakarta, CNBC Indonesia - Wacana penghentian insentif bagi industri otomotif pada tahun depan memunculkan kekhawatiran baru. Tanpa dukungan fiskal, harga mobil listrik hingga mobil berteknologi hybrid diprediksi akan melambung.
Pernyataan Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menjadi pemicu awal. Ia mengatakan, pemerintah tidak akan melanjutkan insentif otomotif tahun depan lantaran industri dinilai sudah cukup matang.
"Insentif tahun depan tidak ada, karena industrinya sudah cukup kuat,Apalagi sudah pameran di sini (GJAW 2025) kuat banget," kata Airlangga beberapa waktu lalu.
Namun sikap itu berseberangan dengan pandangan Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita. Ia menyebut insentif tetap diperlukan untuk menjaga keberlanjutan sektor otomotif nasional yang tengah mengalami tekanan.
"Jadi memang pemerintah itu, sudah seharusnya juga menyiapkan insentif buat sektor otomotif di tahun 2026. Jangan tanya jenis insentif-nya, bentuk insentif-nya itu sekarang sedang kita susun," ujar Agus.
Kenaikan Harga Mengintai Mobil Listrik dan Hybrid
Saat ini beberapa jenis insentif masih berlaku. Salah satunya PPN Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) untuk kendaraan listrik sesuai PMK Nomor 12 Tahun 2025. Produsen yang memproduksi EV di dalam negeri dengan tingkat kandungan lokal minimal 40% mendapatkan potongan PPN sehingga konsumen hanya dikenakan PPN 2% dari tarif normal 12%.
Skema tersebut membuat harga mobil listrik lebih terjangkau. Apabila fasilitas fiskal ini dihentikan, beban PPN kembali ke tarif normal dan otomatis harga mobil listrik bakal naik cukup signifikan.
Selain EV, mobil hybrid juga menikmati insentif dalam bentuk PPnBM Ditanggung Pemerintah untuk periode Januari-Desember 2025. Insentif diberikan untuk tiga kategori hybrid-full hybrid, mild hybrid, dan plug-in hybrid-dengan besaran PPnBM yang ditanggung pemerintah mencapai 3%. Tarif yang semestinya 6-8% turun menjadi 3-5%.
Fasilitas ini membuat beberapa model hybrid seperti Suzuki XL7 Hybrid, Suzuki Ertiga Hybrid, Toyota Yaris Cross Hybrid, hingga Toyota Kijang Innova Zenix Hybrid dijual lebih murah. Tanpa insentif, semua model tersebut berpotensi mengalami kenaikan harga.
Motor Listrik Masih Gelap Nasibnya
Sementara itu, insentif motor listrik senilai Rp7 juta yang seharusnya digulirkan pada 2025 juga belum kunjung jelas. Memasuki bulan ke-12, produsen motor listrik masih menunggu kepastian. Tidak adanya kucuran insentif membuat banderol motor listrik kembali ke harga normal, yang membuat minat beli masyarakat melemah.
Kondisi ini memperburuk situasi pemain industri motor listrik yang sebelumnya berharap pada subsidi tersebut untuk mendorong volume penjualan.
Sementara itu pengamat otomotif Bebin Djuana menilai Jika industri otomotif bisa kembali bergerak normal, dampaknya akan jauh melampaui sekadar pemulihan penjualan. Industri ini memiliki efek bola salju ke ratusan sektor pendamping, mulai dari manufaktur sampai distribusi. Ia menegaskan bahwa target dua juta unit bukanlah mimpi kosong, asalkan pemerintah memberikan dukungan yang nyata.
"Jika industri ini mulai bisa bergulir kembali harapannya bukan hanya kembali seperti sediakala, tapi menjadi lebih baik dan lebih kuat sehingga cita-cita bisa merengkuh angka penjualan 2juta unit!" ujar Bebin kepada CNBC Indonesia dikutip Selasa (2/12/2025).
(dce)