MARKET DATA

Penjualan Mobil Jeblok, Ini Ramalan Nasib Asuransi Kendaraan di 2026

Ferry Sandi,  CNBC Indonesia
01 December 2025 19:25
Mobil-mobil milik T Brand yakni di bawah PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) dan Astra Daihatsu Motor (ADM) sudah mengekspor sebanyak 3 juta unit ker berbagai negara. (CNBC Indonesia/Ferry Sandi)
Foto: Mobil-mobil milik T Brand yakni di bawah PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) dan Astra Daihatsu Motor (ADM) sudah mengekspor sebanyak 3 juta unit ker berbagai negara. (CNBC Indonesia/Ferry Sandi)

Jakarta, CNBC Indonesia - Lesunya penjualan mobil tahun ini menimbulkan kekhawatiran mengenai efek berantai ke berbagai bisnis turunan, termasuk industri asuransi kendaraan. Bagaimanapun, sektor ini sangat bergantung pada dinamika pasar otomotif yang menjadi sumber utama premi dari produk perlindungan kendaraan bermotor.

Namun, PT Asuransi Astra menilai kondisi tersebut masih dapat terkelola berkat portofolio bisnis yang lebih beragam.

Head of Communication and Customer Service Management Asuransi Astra, Laurentius Iwan Pranoto, membeberkan gambaran prospeknya.

Iwan menjelaskan bahwa arah bisnis asuransi kendaraan sangat ditentukan oleh performa industri otomotif secara keseluruhan. Menurutnya, asuransi bergerak mengikuti pertumbuhan penjualan mobil dan motor, terutama yang dibeli secara kredit.

"Tahun depan ngikut otomotifnya seperti apa. Kalau tadi kan masih cukup optimis, ya kan. Berarti ya kita lihat, karena gini asuransi itu industri pendukung. Pertama kan jualan mobilnya dulu dong, sama motornya dulu. Begitu mobil motor naik, 70% pembelian kredit. Artinya, kalau kredit pasti ada asuransinya, kita nempel. Jadi kalau industri utamanya tumbuh, dealer-nya tumbuh, leasing-nya ikut tumbuh, kita ikut keangkat," jelasnya di Menara Astra, Jakarta, Senin (1/12/2025).

Namun, jika penjualan otomotif melemah, Asuransi Astra tidak sepenuhnya bergantung pada satu sektor. Lini asuransi kesehatan dan komersial memberi kontribusi besar untuk menopang pendapatan.

"Tapi kalau otomotifnya jeblok, kita dibantu sama health, dibantu juga sama yang komersial. Kalau kemarin health 20% something ya (dari total portofolio), itu nyumbang. Dan untuk yang komersial, kurang lebih 30-40%. Sisanya dari roda ini, dari kendaraan bermotor. Masih tumbuh enggak? So far masih tumbuh. Walaupun kita otomotifnya jeblok, tapi secara premi, kita masih tumbuh. Memang tidak setinggi yang komersial atau ke health," jelasnya.

Iwan juga menyoroti hubungan erat antara bisnis asuransi dan pembiayaan kendaraan. Menurutnya, selama perusahaan leasing masih mencatat pertumbuhan, premi asuransi kendaraan otomatis ikut terangkat.

"Tapi kurang lebih mirip-mirip sama si tempatnya finance. Kan kalau dia finance berarti ada, ada asuransinya juga kan. Kalau dia tumbuh, kita ikut tumbuh. So far sebetulnya kalau dari asuransi Astra, beruntungnya kita itu, unit-unit bisnis kita itu diversifikasi," tuturnya.

Lebih lanjut, strategi penetrasi yang luas membuat Asuransi Astra tidak terpaku pada segmen otomotif tertentu. Perusahaan telah menggandeng banyak komunitas kendaraan, termasuk pemilik mobil listrik dan hybrid.

"Penetrasi kami di otomotif, komunitas, semua digandeng, termasuk listrik, hybrid, semua kita ada. Jadi jangan berkata Garda Oto hanya Astra. Hyundai banyak di tempat kita. BYD juga sudah ada. Jadi mobil listrik pun kita sudah ada. Mobilnya mau mobil bekas, mau mobil baru, kita ada semua. Jadi, berarti kan strateginya penetrasi," katanya.

(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasar Mobil RI Masih Loyo, Toyota-Lexus Tetap Juara Terlaris di RI


Most Popular