MARKET DATA

Breaking News! Inflasi November 2025 Tembus 0,17%

Robertus Andrianto,  CNBC Indonesia
01 December 2025 11:29
Deputi Bidang Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini memberikan pemaparan di gedung Badan Pusat Statistik di Jakarta, Senin (2/9/2024). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Deputi Bidang Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini memberikan pemaparan di gedung Badan Pusat Statistik di Jakarta, Senin (2/9/2024). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan inflasi November 2025 sebesar 0,17% (month-to-month/mtm) dan 2,72% (year-on-year/yoy).

"Secara tahunan inflasi 2,72%, year to date inflasi 2,27%," kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini dalam konferensi pers, Senin (1/12/2025).

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari sebelas lembaga/institusi memperkirakan Indeks Harga Konsumen (IHK) akan mencatat inflasi 0,22% secara bulanan (month-to-month/mtm) pada November 2025.

Sementara secara tahunan (year-on-year/yoy), inflasi diperkirakan mencapai 2,80%, dengan inflasi inti stabil di 2,3%.

Sebagai perbandingan, inflasi pada Oktober 2025 tercatat 0,28% (mtm) dan 2,86% (yoy), sementara inflasi inti sebesar 2,36%.

Melihat historisnya, inflasi Indonesia pada November selama lima tahun terakhir rata-rata berada di bawah 0,20% (mtm).

Kepala ekonom Bank Maybank Indonesia, Juniman, menjelaskan bahwa inflasi pada November masih dipengaruhi oleh pergerakan harga pangan.

Menurutnya, sejumlah komoditas seperti ayam ras, telur, cabai, dan bawang masih menunjukkan kenaikan harga, sementara beberapa komoditas lain mulai terkoreksi. Ia menilai kondisi ini membuat tekanan inflasi tetap terjaga meskipun belum sepenuhnya mereda.

Ekonom Bank Danamon, Hosianna Situmorang, menambahkan bahwa pola musiman menjelang akhir tahun juga mulai terlihat, terutama pada komoditas pangan. Permintaan protein hewani meningkat, sementara harga cabai dan sayuran terdorong naik akibat periode bukan musim tanam yang menekan pasokan.

Selain itu, penyesuaian harga BBM non-subsidi seperti Dexlite turut memberikan tekanan tambahan melalui kenaikan biaya transportasi dan distribusi. Harga emas yang masih tinggi pun menjadi pendorong bagi inflasi inti melalui peningkatan harga perhiasan.

"Tekanan inflasi saat ini lebih banyak berasal dari komoditas pangan dan energi, tetapi skalanya masih terbatas karena beberapa komoditas utama justru mulai turun," ujar Hosianna kepada CNBC Indonesia.

(arj/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Beras Melonjak, Inflasi Juli 2025 Tembus 0,30%


Most Popular