Israel Diam-Diam Menyusup & Serang Negara Arab Ini, Korban Berjatuhan
Jakarta, CNBC Indonesia - Israel melancarkan serangan darat ke wilayah Suriah di pinggiran Damaskus, Jumat (28/11/2025). Serangan mendadak di kota Beit Jinn tersebut dilaporkan menewaskan sedikitnya 12 warga Suriah, termasuk dua anak-anak, sementara enam tentara Israel juga terluka dalam bentrokan yang terjadi.
Serangan fajar yang dilaporkan media pemerintah Suriah, SANA, tersebut melibatkan serangan artileri dan rudal Israel. Bentrokan terjadi setelah pasukan Israel memasuki kota, memaksa puluhan keluarga melarikan diri ke daerah yang lebih aman. Puing-puing jenazah warga Suriah, termasuk anak-anak, dibawa ke Rumah Sakit Nasional Golan di Quneitra.
Pihak militer Israel melalui pernyataannya mengklaim operasi telah "selesai" dan semua tersangka berhasil ditangkap atau "dilenyapkan". Namun, laporan dari media Israel, Yedioth Ahronoth, menyebutkan bahwa pasukan Israel yang masuk ke Beit Jinn sempat dikepung, yang memicu serangan udara dan penembakan artileri intensif untuk mengevakuasi dan menyelesaikan penarikan pasukan.
Sementara itu, Tim Pertahanan Sipil Suriah melaporkan tim mereka tidak dapat memasuki Beit Jinn untuk menyelamatkan korban karena militer Israel terus menargetkan setiap pergerakan di area tersebut.
Aksi militer Israel di Suriah ini menjadi semakin berani, sering, dan kejam sejak penggulingan Presiden Bashar al-Assad pada Desember 2024. Israel melanggar perjanjian 1974 dan menginvasi serta menduduki lebih banyak lahan di sepanjang perbatasan sebagai bagian dari pembentukan "zona penyangga", termasuk puncak Jabal al-Sheikh yang vital secara strategis.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sendiri sebelumnya telah mengunjungi wilayah yang diduduki secara ilegal di Suriah Selatan.
Tindakan Israel ini didorong oleh persepsi keamanan perbatasan mereka. Akiva Eldra, seorang analis politik Israel, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa beberapa pihak di Israel melihat "segala jenis ketidakstabilan" di perbatasan dengan Suriah sebagai pembenaran untuk memulai operasi militer dan membangun "zona keamanan".
Tindakan Israel ini, yang juga mencakup pengeboman dan penculikan rutin di Provinsi Quneitra, mempersulit upaya pemerintahan baru Suriah di bawah Presiden Ahmed Al Sharaa yang sedang mencoba keluar dari isolasi internasional dan mengamankan jalur ekonomi penting.
(tps/luc)[Gambas:Video CNBC]