Bukan Bekasi & Karawang! Pabrik Baru di Jabar Banyak Muncul di Sini

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
Jumat, 28/11/2025 12:05 WIB
Foto: Suasana sepi tanpa aktivitas pada pabrik yang sudah tidak beroperasi di Kawasan Berikat Niaga (KBN) Marunda, Cilincing, Jakarta Utara, Rabu (24/5/2023). Pabrik-pabrik di kawasan industri dan kawasan berikat dikabarkan banyak yang tutup. (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Jakarta, CNBC Indonesia - Tidak semua investor merelokasi pabrik mereka dari Jawa Barat (Jabar) ke Jawa Tengah. Begitu juga dengan investor baru, masih ada daerah di Jabar yang dilirik mereka untuk dibangun pabrik baru.

Umumnya lokasi dilirik adalah yang memiliki upah minimum kabupaten/kota (UMK) masih cukup rendah, sehingga menjadi wilayah tujuan investasi pabrik baru. Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Nusantara (KSPN) Ristadi mengungkapkan daerah Jawa Barat bagian timur menjadi tujuan investasi baru.

"Investasi baru di daerah Jawa Barat bagian timur, karena daerah itu UMK-nya masih rendah, di bawah Rp 3 juta," kata Ristadi saat dihubungi CNBC Indonesia, Jumat (28/11/2025).


Adapun kawasan Jawa Barat bagian timur tersebut lebih sering disebut Kawasan Rebana, yakni Subang, Sumedang, Indramayu, Majalengka, Kuningan, dan Cirebon.

Selain Kawasan Rebana, juga ada beberapa daerah di Jawa Barat yang UMK-nya masih cukup rendah dan menjadi tujuan investasi baru, seperti Garut, Tasikmalaya, Ciamis, dan Pangandaran.

Berikut rincian UMK 2025 di Jawa Barat yang berada di bawah Rp 3 juta.

  • Kota Tasikmalaya Rp 2.801.962
  • Kabupaten Indramayu Rp 2.794.237
  • Kabupaten Tasikmalaya Rp 2.699.992
  • Kota Cirebon Rp 2.697.685
  • Kabupaten Cirebon Rp 2.681.382
  • Kabupaten Majalengka Rp 2.404.632
  • Kabupaten Garut Rp 2.328.555
  • Kabupaten Ciamis Rp 2.225.279
  • Kabupaten Pangandaran Rp 2.221.724
  • Kabupaten Kuningan Rp 2.209.519
  • Kota Banjar Rp 2.204.754

"Setahu kami, lebih banyak buka pabrik di sana untuk investasi baru, yang relokasi lebih sedikit," ungkap Ristadi.

Meski begitu, Ia mengakui adanya relokasi pabrik dari Banten, Bekasi, dan Karawang, di mana salah satu penyebabnya yakni biaya tenaga kerjanya sudah cukup tinggi.

"Yang relokasi karena alasan upah minimum pekerja sudah terlalu tinggi, itu dari Banten ya, juga dari Karawang, Bekasi, dan Jakarta. Memang yang saya dengar ya, memang mayoritas karena cost labor-nya di daerah-daerah itu sudah tinggi, itu kan sudah dua kali lipat dari upah minimum Jawa Tengah," ujarnya.

Oleh karena itu, Ia meminta kepada pemerintah untuk mengevaluasi kenaikan upah minimum, agar tidak menambah kesenjangan upah minimum antara kawasan industri di Jawa Barat dan Jawa tengah.

"Kenapa kemudian kami meminta supaya dievaluasi kenaikan upah ini, sebab dengan peraturan kenaikan upah seperti sekarang, itu hanya akan menambah kesenjangan upah minimum dua kali lipat lebih antara daerah Jawa Tengah atau dibandingkan dengan daerah Bekasi, Karawang, Jakarta, Kota Tangerang, ataupun daerah industri di Banten ya," jelasnya.


(chd/wur)
Saksikan video di bawah ini:

Video: PHK Jawa Barat Capai 15.000 Orang - IMF Ingatkan Utang Global