Siaga I Banjir Lahar Semeru, BMKG-BNPB Operasi Modifikasi Cuaca 5 Hari
Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melakukan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) selama 5 hari mulai hari Rabu (26/11/2025). Operasi bersama ini dilakukan untuk mengantisipasi potensi banjir lahar dingin di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.
Seperti diketahui, pada hari Rabu (19/11/2025) pukul 16.00 WIB lalu, Gunung Semeru di Jawa Timur kembali mengalami erupsi dengan memuntahkan abu dengan ketinggian kolom mencapai 2.000 meter di atas puncak atau sekitar 5.676 meter di atas permukaan laut (mdpl). Selang beberapa jam, di hari yang sama pukul 17:00 WIB tingkat aktivitas Gunung Semeru dinaikkan dari Level III (Siaga) menjadi Level IV (AWAS).
Sejak saat itu, Tim Kerja Gunung Api Badan Geologi melaporkan, erupsi masih terjadi, meski tak beruntun berkelanjutan sepanjang waktu.
Hari ini, Kamis (27/11/2025 pukul 11.18 WIB), Tim Kerja Gunung Api melaporkan, gunung api yang terletak di Lumajang-Malang, Jawa Timur dengan ketinggian puncak sekitar 3.676 mdpl itu mengalami erupsi lagi, namun tinggi kolom abu tidak teramati. Disebutkan, erupsi terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 22 mm dan durasi sementara ini ± 1 menit 39 detik.
"Fokus utama OMC kali ini adalah mengurangi intensitas hujan di wilayah hulu untuk mencegah banjir lahar dingin yang bersifat destruktif," kata Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG, Tri Handoko Seto dalam keterangan resmi.Â
"Selain itu, OMC ditujukan untuk antisipasi kejadian hujan dengan intensitas lebat hingga ekstrem yang berpotensi memicu bencana hidrometeorologi basah lainnya seperti longsor di provinsi Jawa Timur," lanjutnya.
Dia menjelaskan, pelaksanaan OMC didasarkan pada analisis meteorologi yang menunjukkan potensi peningkatan pembentukan awan hujan signifikan di Jawa Timur. Di mana, nilai Outgoing Longwave Radiation (OLR) pada periode 30 November - 2 Desember 2025 menunjukkan nilai negatif di sebagian wilayah Jawa Timur, mengindikasikan peningkatan pertumbuhan awan hujan yang cukup signifikan.
Sementara itu, imbuh dia, BMKG juga mendeteksi adanya aktivasi Gelombang Rossby Equator dan Low Frequency di sebagian besar Jawa Timur pada periode 25 November - 2 Desember 2025.
"Kondisi cuaca ini bertepatan dengan telah masuknya musim hujan di area Jawa Timur, yang meningkatkan risiko bencana susulan mengingat material erupsi vulkanik banyak mengendap di permukaan, khususnya di aliran material erupsi di Kabupaten Lumajang," ujar Seto.
"Objektivitas misi OMC di Provinsi Jawa Timur kali ini lebih difokuskan untuk antisipasi banjir lahar dingin, pascaerupsi Gunung Semeru. Setiap hari kami monitor hasil prakiraannya, apabila ada potensi hujan yang tinggi, maka kami upayakan intervensi melalui OMC. Supaya hujan di hulu tidak terlalu ekstrem, dengan berkurangnya intensitas hujan maka potensi banjir lahar dingin dapat direduksi," tegasnya.
Foto: BMKG dan BNPB Gelar OMC Antisipasi Banjir Lahar Dingin Pasca Erupsi Gunung Semeru mulai 26 November 2025. (Dok. BMKG)BMKG dan BNPB Gelar OMC Antisipasi Banjir Lahar Dingin Pasca Erupsi Gunung Semeru mulai 26 November 2025. (Dok. BMKG) |
Direktur Operasional Modifikasi Cuaca BMKG Budi Harsoyo menambahkan, BMKG mengoperasikan OMC dari Lanudal Juanda, Surabaya.
"Hingga hari ini, telah dilakukan empat sorti penerbangan dengan total empat ton bahan disemai. Dalam operasi kali ini, pesawat Cessna Caravan akan mengintervensi awan yang berpotensi menjadi hujan lebat sebelum awan tersebut mencapai area target yang ingin diamankan (Kabupaten Lumajang)," katanya.
"Hal ini tidak lepas dari pertimbangan safety penerbangan agar selain efektif, OMC juga berjalan dengan aman akibat faktor Gunung Semeru yang masih aktif," ucapnya.
Sementara, Direktur Tata Kelola Modifikasi Cuaca BMKG Edison Kurniawan menekankan, soliditas sinergi antara BMKG dan BNPB dalam misi kebencanaan ini. BMKG secara aktif memberikan rekomendasi implementasi OMC kepada BNPB apabila terdeteksi potensi cuaca pemicu bencana, memastikan upaya mitigasi dilaksanakan secara tepat waktu dan tepat sasaran.
"Harapannya OMC dapat dilaksanakan secara tepat waktu dan tepat sasaran, sebagai bentuk upaya-upaya mitigasi dan penanggulangan bencana. Dalam pelaksanaan OMC di lapangan, personel kami (BMKG) aktif mendampingi BNPB dalam memberikan rekomendasi teknis dan umum terkait pelaksanaan OMC agar objektivitas misi dapat tercapai," ujar Edison.
Semeru Masih Status Awas, Ini Rekomendasi Badan Geologi:
Badan Geologi merekomendasikan kepada warga terkait kondisi status AWAS Gunung Semeru saat ini:
1. Tidak melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan, sejauh 20 km dari puncak (pusat erupsi). Di luar jarak tersebut, masyarakat tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar
2. Tidak beraktivitas dalam radius 8 Km dari kawah/puncak Gunung Api Semeru karena rawan terhadap bahaya lontaran batu (pijar).
3. Mewaspadai potensi awan panas, guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Gunung Api Semeru, terutama sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat serta potensi lahar pada sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan.
Foto: BMKG dan BNPB Gelar OMC Antisipasi Banjir Lahar Dingin Pasca Erupsi Gunung Semeru mulai 26 November 2025. (Dok. BMKG)BMKG dan BNPB Gelar OMC Antisipasi Banjir Lahar Dingin Pasca Erupsi Gunung Semeru mulai 26 November 2025. (Dok. BMKG) |
[Gambas:Video CNBC]
Foto: BMKG dan BNPB Gelar OMC Antisipasi Banjir Lahar Dingin Pasca Erupsi Gunung Semeru mulai 26 November 2025. (Dok. BMKG)
Foto: BMKG dan BNPB Gelar OMC Antisipasi Banjir Lahar Dingin Pasca Erupsi Gunung Semeru mulai 26 November 2025. (Dok. BMKG)