MARKET DATA
Internasional

Singgung Islamofobia, UE Akui Perlu Belajar dari Toleransi di RI

Tommy Patrio Sorongan,  CNBC Indonesia
27 November 2025 12:42
Deputy Head of Mission EU Delegation to Indonesia Stephane Mechati dan Direktur Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri Ani Nigeriawati. (CNBC Indonesia/Tommy Patrio Sorongan)
Foto: Deputy Head of Mission EU Delegation to Indonesia Stephane Mechati dan Direktur Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri Ani Nigeriawati. (CNBC Indonesia/Tommy Patrio Sorongan)

Jakarta, CNBC Indonesia - Di tengah upaya memperdalam hubungan strategis dengan Indonesia, Uni Eropa secara terbuka mengakui masih menghadapi tantangan serius terkait intoleransi, mulai dari Islamofobia hingga antisemitisme.

Pernyataan itu disampaikan Deputi Kepala Perwakilan Uni Eropa untuk Indonesia dan Brunei Darussalam, Stéphane Mechati, dalam Dialog Antaragama dan Antarbudaya Indonesia-UE di Jakarta, Kamis (27/11/2025).

Menurutnya, Indonesia menjadi rujukan penting dalam memajukan praktik keberagaman yang inklusif.

Mechati menegaskan bahwa kemitraan yang mendalam harus terhubung dengan realitas warga negara, dan mengakui bahwa pandangan masyarakat sipil sangat diperlukan untuk menciptakan masyarakat inklusif.

Mechati menjelaskan bahwa kemitraan Indonesia-UE memiliki kesamaan fundamental karena kedua pihak berbagi semboyan yang sama. UE secara kelembagaan memiliki moto "United in Diversity," yang setara dengan semboyan konstitusional Republik Indonesia, "Bhinneka Tunggal Ika."

Ia menekankan bahwa kesamaan prinsip ini menjadikan dimensi agama dan keyakinan dalam masyarakat kedua pihak tidak boleh diabaikan.

"Kami memiliki, kami memiliki kesamaan dalam semboyan ini, yang merupakan semboyan kelembagaan di Uni Eropa dan semboyan konstitusional di Republik Indonesia: Bhinneka Tunggal Ika. United in Diversity adalah semboyan Uni Eropa," ujar Mechati.

Lebih lanjut, Mechati secara terbuka mengakui bahwa meskipun UE berpegang teguh pada hak asasi manusia dan hak beribadah, mereka tidak "dalam penyangkalan" akan masalah internal yang ada.

Ia menyebutkan adanya kecenderungan Islamofobia, anti-Semitisme, dan bentuk-bentuk rasisme di Eropa, dan menekankan bahwa UE sangat berkomitmen untuk melawan sikap-sikap yang mengerikan tersebut. Ia menilai, model toleransi dan keanekaragaman di Indonesia sangat dibutuhkan sebagai pembelajaran.

"Kami memiliki masalah di Uni Eropa. Ada, ada kecenderungan terhadap Islamofobia, antisemitisme, terhadap bentuk-bentuk rasisme, dan kami sangat, sangat berkomitmen untuk berjuang melawan sikap-sikap mengerikan tersebut," tegas Mechati.

Sementara itu, Ani Nigeriawati, Direktur Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri, berharap dialog ini menjadi awal yang baik untuk peningkatan pertukaran budaya dan pertukaran masyarakat, termasuk pertukaran antara tokoh agama atau organisasi berbasis agama.

Ia percaya bahwa koneksi antar masyarakat adalah fondasi utama bagi persahabatan dan perdamaian global.

"Karena kami mempercayai bahwa koneksi antar masyarakat itu menjadi fondasi yang kuat bagi persahabatan dan memberikan pesan bagi dunia ini untuk selalu damai kalau sudah ada mutual understanding kan lebih enak," katanya.

Ani, bersama Pejabat Kemlu lain yang turut mendampingi, menggarisbawahi bahwa dialog ini sangat relevan mengingat keputusan para pemimpin Indonesia dan UE untuk meningkatkan hubungan bilateral menjadi Kemitraan Strategis. Kemitraan ini memerlukan keterlibatan semua elemen kerja sama, tidak hanya politik dan ekonomi, tetapi juga budaya, agama, dan kontak antar masyarakat.

"Para pemimpin kami telah memutuskan untuk meningkatkan hubungan kami dengan Uni Eropa menjadi kemitraan strategis... Dan itu adalah salah satu alasan mengapa kami mengadakan diskusi ini hari ini, dan di masa depan, kami berharap untuk memiliki hubungan yang lebih erat dengan Uni Eropa... dan kami juga harus mengisi hubungan strategis ini dengan dialog-dialog seperti hari ini," tambah pejabat Kemlu tersebut.

 

(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kartunis Turki Ditangkap karena Gambar Nabi Muhammad, Ini Kata Erdogan


Most Popular