Internasional

Tsunami PHK Hantam Amerika, 557 Ribu Perusahaan Bangkrut

tfa, CNBC Indonesia
Rabu, 26/11/2025 11:42 WIB
Foto:Ilustrasi (REUTERS/Kevin Lamarque)

Jakarta, CNBC Indonesia - Gelombang kebangkrutan di Amerika Serikat (AS) kembali meningkat. Untuk tahun ketiga berturut-turut, Kantor Administrasi Pengadilan AS mencatat kenaikan dua digit.

Data terbaru menunjukkan pengadilan memproses 557.376 pengajuan kebangkrutan sepanjang tahun lalu. Angka ini naik 10,6% dibanding 504.112 kasus pada tahun sebelumnya.


Kenaikan ini terjadi baik di sektor bisnis maupun rumah tangga. Di sisi rumah tangga, pengajuan mencapai 533.337 kasus, melonjak 10,8% dari 481.350 pada 2024.

"Mayoritas warga, sebanyak 333.321 orang, mengajukan kebangkrutan Bab 7 (likuidasi aset), sementara 200.290 orang memilih Bab 13 (restrukturisasi pembayaran utang)," tulis laman courthousenews, dikutip Rabu (26/11/2025).

Kebangkrutan juga menimpa sejumlah perusahaan besar AS. Mulai dari Rite Aid, JoAnn, Forever 21, Hooters, hingga layanan genetik 23andMe.

Khusus di 2025, sepanjang tahun ada 24.039 perusahaan dinyatakan bangkrut. Angka ini naik 5,6% dari 22.762 kasus tahun sebelumnya.

Sementara itu, Direktur Eksekutif American Bankruptcy Institute (ABI), Amy Quackenboss, menilai tekanan ekonomi makro menjadi pendorong utama. Namun ia menegaskan bahwa kebangkrutan justru merupakan mekanisme penting untuk pemulihan finansial.

"Tantangan ekonomi yang terus berlanjut, harga yang lebih tinggi, kondisi pinjaman semakin ketat, dan ketidakpastian geopolitik, terus membebani konsumen dan bisnis," ujar Quackenboss dalam pernyataannya.

"Kebangkrutan tetap menjadi alat yang sangat diperlukan untuk membantu keluarga dan bisnis yang terbebani utang memulai awal baru," tambahnya.

Dari sisi akademis, Asisten Profesor Hukum University of Michigan Belisa Pang mengingatkan bahwa tren kebangkrutan cenderung mencerminkan kondisi lama, bukan kejadian sesaat. Orang-orang, ujarnya, menunggu lama sebelum mengajukan kebangkrutan.

"Ini bukan respons atas apa yang terjadi kemarin, melainkan akumulasi masalah bertahun-tahun," tegasnya.

Pang juga menyoroti fenomena kelompok yang seharusnya bangkrut tetapi tidak mengajukan. Stigma atau hambatan akses seperti biaya hukum menjadi sebab.

"Banyak orang yang menderita tampaknya tidak mengajukan kebangkrutan... Kami belum tahu penyebab pastinya," katanya.

Meski meningkat, tingkat kebangkrutan masih jauh di bawah era sebelum pandemi. Pada 2005, lebih dari 2 juta orang dan bisnis menyatakan bangkrut.

Sepanjang 2010-2022, tingkat kebangkrutan terus menurun dan mencapai titik terendah pada 2022, yaitu 380.634 pengajuan. Saat ini, jumlah pengajuan sudah sekitar sepertiga lebih tinggi dibanding 2022, dan kebangkrutan bisnis di AS telah dua kali lipat dari level terendah tersebut.


(sef/sef)
Saksikan video di bawah ini:

Video: PHK AS Oktober Melonjak ke Level Tertinggi Dalam 2 Dekade