Melebihi Target, Setoran Freeport ke Negara Diramal Capai Rp70 Triliun
Jakarta, CNBC Indonesia - PT Freeport Indonesia (PTFI) memproyeksikan setoran ke negara atau Penerimaan Negara pada tahun 2025 diperkirakan akan naik meskipun penjualan turun. Direktur Utama Freeport Indonesia, Tony Wenas mengungkapkan, penerimaan negara dari PTFI diperkirakan melebihi target menjadi Rp 70 triliun atau US$ 4,1 miliar.
"Penerimaan negara (Dalam RKABÂ 2025) direncanakan hanya US$ 3,7 miliar. Namun dengan harga emas dan tembaga yang meningkat, proyeksi pendapatan negara sampai akhir tahun 2025 ini bisa US$ 4,1 miliar," ujarnya dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi VI di gedung DPR RI Jakarta, Senin (24/11).
Tony menjabarkan, pendapatan negara dari PTFI juga dapat berupa pajak penghasilan badan yang akan dibayar berdasarkan hasil 2024.
"Pendapatan negara adalah dari pajak perseroan badan, kemudian ada PNBP, dan juga ada dividen. Ini kalau kita lihat di proyeksi 2025 bisa mencapai US$ 4,1 miliar. Ini juga ada faktor lain yaitu faktor cicilan atau installment pajak perseroan badan, pajak penghasilan badan yang harus kami bayarkan berdasarkan hasil di tahun 2024," jelasnya.
Ia memproyeksikan penjualan secara keseluruhan hingga akhir tahun 2025 tidak mencapai target, yaitu hanya US$ 8,511 miliar atau hanya 82% dari target penjualan dalam RKAB 2025 yang mencapai US$ 10,4 miliar.
Dalam paparannya, Tony menyampaikan, tidak tercapainya target penjualan karena produksi tembaga berkurang 30%, emas berkurang 50%.
"Jadi dari total ini proyeksi kami, kalau dalam RKAB itu rencananya sekitar 10,4 miliar dolar untuk pendapatan revenue perusahaan, dengan walaupun produksi tembaga berkurang 30%, emas berkurang 50%, kami bisa mencapai pendapatan penjualan pada tahun ini sekitar US$ 8,5 miliar, atau hanya turun 18% dari proyeksi sesuai dengan RKAB," ungkapnya.
Tony menjabarkan lebih jauh, kinerja PTFI tidak mencapai target pada semester I tahun ini seperti yang direncanakan karena terjadi beberapa insiden seperti insiden kebakaran pada bulan Oktober 2024 pada salah satu unit produksi
"Kebakarannya memang tidak terlalu besar, tapi itu adalah salah satu hal yang pokok karena kalau kita tetap produksi maka akan teremisi SO2, akan sangat mencemari, sehingga smelter tersebut harus berhenti beroperasi seluruhnya, dan baru selesai kembali di bulan Mei 2025," ungkapnya
Menurutnya, hal itu memperlambat kinerja operasional upstream PTFI. Pada RKAB tahun 2025 volume penjualan tembaga tertulis sekitar 770 ribu ton, namun hanya bisa kita capai sekitar 537 ribu ton sampai dengan akhir tahun 2025 ini.
"Sampai dengan saat ini sudah sekitar 470 ribu ton yang kita produksi," sebutnya.
Sementara untuk produksi emas di tahun 2025 yang sesuai dengan RKAB itu adalah 67 ton, namun dengan adanya insiden pada tanggal 8 September 2025 menyebabkan produksi terhenti di Tambang Grassberg Block Caving.
"Kami fokus pada pencarian ketujuh orang karyawan kami, karyawan kontraktor kami yang terperangkap di situ dan menyebabkan kami berhenti produksi itu hampir 50 hari keseluruhannya," ungkapnya.
Dalam paparannya, secara keseluruhan untuk proyeksi sampai dengan akhir tahun 2025, produksi logam tembaga akan mencapai 70% dari rencana, sedangkan logam emas 50% dari rencana.
Pendapatan penjualan akan mencapai 82% dari rencana, terbantu oleh kenaikan harga komoditas yang sangat signifikan. Proyeksi penerimaan negara akan lebih tinggi dari rencana terbantu oleh kenaikan harga komoditas dan juga karena pengaruh mekanisme pembayaran.
(pgr/pgr)[Gambas:Video CNBC]