Ringgit Malaysia Makin Perkasa, Ini Kata Pengusaha Ritel Modern RI

Martyasari Rizky, CNBC Indonesia
Jumat, 21/11/2025 19:40 WIB
Foto: Ilustrasi Mall (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Penguatan nilai tukar ringgit Malaysia terhadap rupiah dinilai pelaku ritel sebagai peluang untuk menahan wisatawan Indonesia agar tidak berlibur ke luar negeri, khususnya menjelang masa liburan Natal 2025 dan Tahun Baru 2026 (Nataru).

Ketua Umum Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (HIPPINDO), Budihardjo Iduansjah menyebut momentum ini dapat dimaksimalkan karena pemerintah dan pelaku usaha tengah menyiapkan berbagai program diskon besar di pusat perbelanjaan nasional.

Ia mengatakan, harga destinasi luar negeri menjadi relatif lebih mahal sehingga peluang menarik wisatawan domestik makin besar.


"Saat ini ringgit menguat, artinya kan jadi mahal ya ke Malaysia. (Wisatawan lokal) itu kita tarik," kata Budihardjo saat konferensi pers Belanja di Indonesia Aja (BINA), di kantor Kementerian Pariwisata, Jakarta, Jumat (21/11/2025).

Budihardjo menjelaskan, kondisi ini bisa menjadi kesempatan memperkuat sektor-sektor yang disukai wisatawan, mulai dari kuliner hingga layanan kesehatan. Ia juga menilai momen penguatan ringgit dapat mendorong masyarakat kembali melirik produk-produk buatan dalam negeri.

Menurutnya, sejumlah merek lokal seperti Hammer, Coconut Island, dan Buccheri perlu terus diperkuat agar bisa bersaing dan lebih menarik minat konsumen. Meski begitu, ia mengingatkan, keberadaan merek internasional tetap penting untuk memenuhi kebutuhan belanja masyarakat.

Budihardjo menilai sebagian wisatawan kerap memilih liburan ke luar negeri karena keberagaman produk global yang belum sepenuhnya tersedia di Indonesia.

"Merek global juga harapan kami bisa diberikan kemudahan. Alasan orang Indonesia keluar negeri karena merek global di Indonesia tuh mahal dan nggak lengkap," ucap dia.

Untuk diketahui, Malaysia menunjukkan performa ekonomi yang semakin solid sepanjang 2025. Penguatan ini terlihat dari nilai tukarnya, ringgit Malaysia (MYR), yang mencatat salah satu kinerja terbaik di Asia. Kombinasi antara neraca perdagangan yang kuat, surplus yang konsisten, serta arus investasi asing langsung (FDI) yang mencetak rekor baru menjadi faktor utama yang memperkuat fundamental Negeri Jiran.

Melansir data Refinitiv, pada perdagangan hari ini, Selasa (11/11/2025) per pukul 09.40 WIB, rupiah terpantau mengalami pelemahan sebesar 0,37% ke level Rp4.011/MYR. Level ini sekaligus mencatatkan titik terendah rupiah, setidaknya sejak 2007. Secara year-to-date (ytd), Rupiah sudah melemah 11,67% terhadap ringgit Malaysia. Pada awal 2025, kurs rupiah terhadap ringgit masih berada di kisaran Rp3.591/MYR.

Hari ini, Jumat (21/11/2025), Ringgit Malaysia ditutup di level Rp4.016, melemah 0,9%, mengutip Refinitiv.

Foto: Ketua Umum Hippindo, Budihardjo Iduansjah saat konferensi pers di kantor Kementerian Pariwisata, Jakarta, Jumat (21/11/2025). (CNBC Indonesia/Martyasari Rizky)
Ketua Umum Hippindo, Budihardjo Iduansjah saat konferensi pers di kantor Kementerian Pariwisata, Jakarta, Jumat (21/11/2025). (CNBC Indonesia/Martyasari Rizky)

(dce)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Bisnis Pariwisata Diancam Perubahan Iklim, Pemerintah Bertindak