MARKET DATA
Internasional

Breaking: PM Sanae Takaichi Akhirnya Buka Suara Kisruh Jepang-China

sef,  CNBC Indonesia
21 November 2025 14:20
Perdana Menteri baru Jepang, Sanae Takaichi saat konferensi pers di kantor perdana menteri, Tokyo, Jepang, Selasa (21/10/2025). (Kiyoshi Ota/Pool via REUTERS)
Foto: Perdana Menteri (PM) Jepang, Sanae Takaichi saat konferensi pers di kantor perdana menteri, Tokyo, Jepang, Selasa (21/10/2025). (Kiyoshi Ota/Pool via REUTERS)

Jakarta, CNBC Indonesia - Perdana Menteri (PM) Jepang Sanae Takaichi buka suara soal ketegangan dengan China. Ia menegaskan bahwa dirinya menginginkan hubungan "konstruktif" dengan China walau sikap negaranya terhadap Taiwan tetap "tidak berubah".

"Pada akhir bulan lalu, Presiden Xi (Jinping) dan saya menegaskan arah umum untuk memajukan hubungan strategis kita yang saling menguntungkan secara komprehensif dan membangun hubungan yang konstruktif dan stabil," kata Takaichi kepada para wartawan Jumat (21/11/2025), dikutip AFP.


"Posisi pemerintah tetap tidak berubah," tambahnya terkait Taiwan.

Sebelumnya, pernyataan Takaichi soal Taiwan membuat Beijing berang dan meningkatkan tekanan, baik diplomatik maupun ekonomi. Sejak Rabu, China menerapkan larangan impor ke seluruh produk makanan laut Jepang.

Larangan serupa yang diberlakukan China dua tahun lalu akibat isu pelepasan air limbah Fukushima baru saja dilonggarkan beberapa bulan terakhir. Sekitar 700 eksportir Jepang yang baru bersiap kembali memasuki pasar terbesar mereka di China kini harus kembali gigit jari.

Peringatan perjalanan juga diberlakukan Jepang ke China, sejak Jumat pekan lalu. Menurut Organisasi Pariwisata Nasional Jepang, wisatawan China Daratan merupakan kelompok turis terbesar ke Jepang, sekitar 5,7 juta atau hampir 23% dari seluruh wisatawan Negeri Sakura di 2025.

China sendiri menuntut agar Takaichi segera menarik kembali "pernyataan yang salah". Pemerintah juga meminta Jepang mengambil langkah konkret untuk memulihkan hubungan.

"Jika Jepang menolak dan terus membuat kesalahan, China tidak akan ragu mengambil tindakan balasan yang tegas dan keras, dan Jepang harus menanggung konsekuensi penuhnya," tegasnya dikutip Reuters.

(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jepang Berpeluang Punya Perdana Menteri Perempuan Pertama


Most Popular