
10 Fakta PM Baru Jepang Sanae Takaichi: Bukan Dinasti-Kritikus China

Jakarta, CNBC Indonesia - Sanae Takaichi kini menjadi perempuan pertama yang menduduki kursi Perdana Menteri (PM) Jepang. Wanita berumur 64 tahun ini memenangkan pemungutan suara parlemen, Selasa.
Ia meraih 237 suara dalam putaran pertama pemungutan suara. Hal ini membuat tidak perlu ada pemungutan suara putaran kedua di Majelis Rendah yang beranggotakan 465 orang.
Kemenangannya diraih setelah Partai Demokrat Liberal yang berkuasa beraliansi dengan Partai Inovasi Jepang (JIP). Lalu apa saja fakta soal dirinya?
Berikut 10 fakta dirangkum CNBC Indonesia, Rabu (22/10/2025).
1.Bukan Keluarga Dinasti Politik
Lahir di Nara, sebuah kota di pusat Jepang, Takaichi menempuh jalur yang tidak biasa dalam dunia politik Jepang yang seringkali didominasi oleh dinasti. Dengan latar belakang keluarga yang tidak memiliki koneksi politik-ibunya seorang perwira polisi dan ayahnya bekerja di sebuah perusahaan mobil, ia membangun karirnya dari bawah.
2.Pernah Jadi Drummer Musik Metal
Masa mudanya diwarnai dengan minat pada musik heavy metal. Ia pernah menjadi seorang drummer dan kegemarannya mengendarai sepeda motor.
Setelah menyelesaikan pendidikannya di Universitas Kobe, Takaichi mendapatkan pengalaman politik pertamanya di Amerika Serikat (AS) sebagai staf magang untuk mantan anggota Kongres Patricia Schroeder. Pengalaman ini membentuk pandangan awalnya tentang dunia politik sebelum ia kembali Jepang.
3."Margareth Thatcher" Asia
Wanita ini dikenal sebagai seorang politisi veteran dengan pandangan konservatif yang kuat. Takaichi sering kali menyamakan dirinya dengan mantan PM Inggris, Margaret Thatcher.
Pandangan politiknya yang tanpa kompromi dan seringkali kontroversial telah membentuk citranya di kancah politik domestik maupun internasional. "Tujuan saya adalah menjadi Wanita Besi," katanya kepada sekelompok anak sekolah selama kampanye terbarunya dikutip BBC News.
4.Murid Shinzo Abe
Takaichi adalah murid mendiang PM Shinzo Abe. Meski karier politiknya dimulai tahun 1993 di parlemen, kecemerlangannya terlihat setelah dekat dengan Shinzo Abe pada tahun 2000-an.
5.Pernah Jadi Menteri Keamanan hingga Menteri Dalam Negeri
Sepanjang kariernya, Takaichi telah memegang berbagai posisi menteri yang strategis, termasuk Menteri Keamanan Ekonomi serta Menteri Dalam Negeri dan Komunikasi. Ia telah dua kali mencalonkan diri sebagai pemimpin LDP, yaitu pada tahun 2021 dan 2024, sebelum akhirnya berhasil meraih kemenangan pada tahun ini.
6.Ultranasionalis
Secara ideologis, Takaichi digambarkan sebagai seorang politisi garis keras, ultranasionalis. Ia mengusung pendekatan "Jepang Pertama (Japan First), yang menekankan pentingnya aliansi keamanan yang kuat dengan Amerika sambil tetap memprioritaskan kepentingan nasional Jepang.
7.Kritikus Paling Keras China
Sikapnya yang hawkish kemungkinan memengaruhi dinamika hubungan Tokyo dengan negara-negara tetangganya, terutama China. Ia merupakan kritikus paling vokal menentang dominasi militer dan ekonomi China di kawasan.
Takaichi sebelumnya mengatakan bahwa "Jepang benar-benar dipandang rendah oleh China. Ia juga menyebut, bahwa Tokyo harus "mengatasi ancaman keamanan" yang ditimbulkan oleh Beijing.
8.Menentang Suksesi Tahta Kekaisaran dari Perempuan
Di bidang sosial, pandangan Takaichi sangat konservatif. Ia menentang gagasan untuk mengizinkan pasangan suami istri memiliki nama keluarga yang berbeda, sebuah isu yang populer di kalangan masyarakat namun dianggapnya dapat merusak nilai-nilai keluarga tradisional. Selain itu, ia juga menentang pernikahan sesama jenis dan suksesi tahta kekaisaran dari garis keturunan perempuan.
Ia berpendapat bahwa kekejaman yang dilakukan oleh Jepang selama Perang Dunia II telah dibesar-besarkan. Pandangan ini diperkuat dengan kunjungannya yang rutin ke Kuil Yasukuni, sebuah monumen di Tokyo yang menghormati para pahlawan perang Jepang, termasuk penjahat perang Kelas A.
9.Sanaenomics
Secara ekonomi, dirinya merupakan pendukung setia kembalinya kebijakan "Abenomics". Kebijakan ini mengandalkan suku bunga rendah dan belanja pemerintah yang besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Meski begitu, ia sempat mengatakan akan mengusulkan rencana yang disebut "Sanaenomics". Ini berfokus pada kebijakan moneter yang ekspansif, belanja fiskal yang fleksibel, dan investasi besar-besaran dalam manajemen krisis dan pertumbuhan.
Ia secara khusus menargetkan investasi di sektor-sektor strategis. Mulai dari kecerdasan buatan, semikonduktor, dan pertahanan.
Menurut laporan Nomura Securities yang dikutip Futuun.com, kerangka inti "Sanaenomics" terdiri dari tiga pilar, yang mengingatkan pada "tiga anak panah" dalam "Abenomics". Pilar pertama melibatkan penguatan kemampuan manajemen krisis nasional dan mendorong pertumbuhan ekonomi melalui investasi.
Kedua, kebijakan fiskal ekspansif akan diterapkan. Ketiga, pemerintah akan secara eksplisit memikul tanggung jawab atas kebijakan moneter, sementara Bank of Japan akan tetap mempertahankan otonomi dalam memilih instrumen kebijakan tertentu.
10.Tantangan Pertama: Kunjungan Trump
Tantangan pertamanya sebagai PM saat ini adalah kunjungan Trump, yang akan berlangsung pekan depan. Di mana ia berencana untuk membahas isu-isu bilateral serta kawasan Asia-Pasifik yang lebih luas, Timur Tengah, dan Ukraina.
"Saya ingin membangun hubungan kepercayaan," ujarnya kepada para wartawan, dimuat AFP.
Pembicaraan dengan Trump sendiri diyakini akan terpusat pada tarif dan perdagangan, termasuk permintaan AS tagar Jepang menghentikan impor energi Rusia dan meningkatkan anggaran pertahanan. Investasi Jepang yang diusulkan senilai US$550 miliar di AS, sebagai bagian dari kesepakatan dagang terbarunya dengan Washington, juga diyakini akan dibahas.
Perlu diketahui, sebagai minoritas di kedua majelis parlemen, koalisi baru ini membutuhkan dukungan dari partai-partai lain untuk meloloskan undang-undang. Takaichi merupakan PM kelima Jepang dalam beberapa tahun terakhir yang memimpin pemerintahan minoritas.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jepang Berpeluang Punya Perdana Menteri Perempuan Pertama
